Duhai Raja dan Ratu
Michiko
5:06 PM
0 Comments
Duhai Raja,
berbelasan tahun engkau menjadi nahkoda kerajaan kecil ini.
berbelasan tahun engkau menjadi nahkoda kerajaan kecil ini.
Berpuluh bulan engkau melewati hari dengan menerima upah bulananmu
tetapi engkau sisihkan untuk kami.
Beratus minggu engkau arungi gelombang hidup ini
kadang mengapung, terbang, bahkan tenggelam.
Beribu hari telah engkau ukirkan kenangan indah bersamamu.
Duhai Ratu,
sungguh indah rasanya hidup bersamamu.
Duhai Ratu,
sungguh indah rasanya hidup bersamamu.
Senyum manis tetap terukir menetralkan pahitnya hidup ini.
Dekapan hangat menetralkan dinginnya malam.
Besarnya sabar menghadapi kami yang selalu memberontak dengan aturan yang ditetapkan.
Derap langkahmu membawa ketenangan,
di bawah sana lah harta karun disembunyikan.
Duhai putri,
dirimu adalah pelengkap kerajaan ini.
Puisi Ayah Bunda |
Duhai putri,
dirimu adalah pelengkap kerajaan ini.
Dirimu hanya bisa merajuk tak tahu malu.
Dirimu hanya bisa menikmati hasil tanpa tahu perjuangan.
Dirimu hanya bisa menangisi hal yang tak perlu ditangisi.
Pernahkah kau ucap terima kasih?
Pernahkah sempat kau lontarkan kata maaf?
Wahai Ayah dan Bunda,
putri kecilmu sudah beranjak dewasa.
Wahai Ayah dan Bunda,
putri kecilmu sudah beranjak dewasa.
Semakin hari tubuh ini semakin membesar,
semakin hari pemikiran ini semakin dewasa,
dan semakin hari komunikasi di antara kita semakin merenggang.
Kesibukan demi kesibukan datang menerpa,
membuat diri ini sibuk sendiri.
Kesulitan bertubi-tubi menampar,
membuat hati ini menjadi tahan banting walau terguncang dan diguncang.
Walau sesekali kebahagiaan datang menghibur,
terkadang diri ini lupa mengucap syukur.
Telah lama diri ini tak menciummu
seperti aku mencium keduanya ketika aku sedang bahagia.
Telah lama diri ini tak memelukmu
seperti aku memeluk keduanya ketika aku sedang menangis.
Kata terima kasih dan maaf yang telah diajarkan kepadaku
sejak kecil belum sempat aku sampaikan kepada keduanya.
Wahai Ayah,
terima kasih telah berjuang banting tulang untuk menghidupiku.
Maafkan diri ini yang selalu mengecewakanmu dan sering membuatmu terluka.
Wahai Bunda,
terima kasih atas pelukan dan curahan kasihmu untuk diriku.
Maafkan diri ini yang selalu merajuk kepadamu bahkan menyakiti hatimu.
Wahai Ayah dan Bunda,
maafkan diri ini yang belum sempat memberikan sedikit kebahagiaan untuk membalas jasa-jasamu
Wahai Ayah,
terima kasih telah berjuang banting tulang untuk menghidupiku.
Maafkan diri ini yang selalu mengecewakanmu dan sering membuatmu terluka.
Wahai Bunda,
terima kasih atas pelukan dan curahan kasihmu untuk diriku.
Maafkan diri ini yang selalu merajuk kepadamu bahkan menyakiti hatimu.
Wahai Ayah dan Bunda,
maafkan diri ini yang belum sempat memberikan sedikit kebahagiaan untuk membalas jasa-jasamu
***
Baca juga puisi-puisi yang lainnya di sini
Ditulis oleh:
Michiko