Tampilkan postingan dengan label Drama Korea. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Drama Korea. Tampilkan semua postingan

18 April 2021

Tamparan Keras untuk Si Tukang Insecure

9:43 PM 1 Comments
Kamu butuh penyemangat? Mungkin, kutipan-kutipan ini bisa jadi penyemangat untuk kamu yang sedang overthinking, insecure, merasa down, stres, depresi, cemas, dan sebagainya.

Hari ini, aku menonton sebuah drama Korea yang menyinggung tentang psikologi manusia. Kisah drama ini menceritakan tentang kehidupan psikiater yang menghadapi pasien dengan bermacam-macam gangguan psikis. Drama Korea ini berjudul Fix You (Soul Mechanic).

Aku belum selesai menonton keseluruhan episodenya. Akan tetapi, baru delapan episode berjalan, aku sudah menemukan beberapa kutipan yang langsung aku masukkan ke dalam catatan bank motivasiku. Next time, kalau aku sudah selesai menonton drama ini, aku akan buatkan ulasan drama Korea Fix You di postingan selanjutnya ya!

Sekarang, kita akan fokus dulu pada kutipan yang ada di dalam drama ini. Kalau mau baca review drama yang lain bisa baca di sini

Aku, sebagai seorang overthinker yang langganan banget insecure, merasa "gue banget" dengan kutipan-kutipan yang ada di drama ini. Apa saja sih kutipan yang ada di dalam drama ini? Yuk, simak tulisan ini sampai habis!
Tamparan Keras untuk Si Tukang Insecure
Ini lah beberapa kutipan penyemangat untuk si Overthinker yang sering insecure.

1. Salah Itu Manusiawi

Melakukan kesalahan bukanlah apa-apa dibandingkan dengan prestasimu
— Dr. Lee sang Psikiater, Fix You Eps. 1

Kutipan ini dilontarkan oleh seorang psikiater bernama dr. Lee untuk menyemangati seorang pemain sepak bola hebat yang sedang merasa tidak percaya diri karena pernah kalah saat bertanding.

Makna kutipan

Hidup nggak selalu sempurna. Kita adalah seorang manusia yang nggak pernah luput dari kesalahan. Satu kegagalan nggak bisa dibandingkan dengan jutaan prestasi yang kita raih. Jangan menyerah dan berhenti hanya karena kita mengalami satu kegagalan. Sebab, ada seribu prestasi yang bisa kita raih.

Aku pribadi suka dengan kutipan ini karena melihat fakta dalam kehidupan bahwa nggak banyak orang-orang sukses yang bisa bangkit lagi setelah mengalami sebuah kegagalan. 

Ketahui strategi untuk bangkit dari  kegagalan: Memaknai Kegagalan

2. Jangan Ikuti Standar Orang Lain

Jangan mengukur diri dari standar yang ditetapkan oleh orang lain. Pujian dan makian semua hanyalah angin lalu. Mereka tidak bertahan lama.
— dr. Lee, Fix You Eps 3

Kutipan ini diucapkan oleh dr. Lee dalam podcast-nya.

Makna kutipan

Kita nggak harus selalu mengikuti standar dan keinginan orang lain sampai mengesampingkan kebahagiaan kita sendiri. Kita nggak perlu merasa kurang atau nggak berguna, hanya karena kita nggak bisa memenuhi ekspektasi orang lain. Kita nggak harus selalu memenuhi ekspektasi orang lain sampai lupa membahagiakan diri sendiri hanya untuk mendapatkan validasi dan pujian dari orang lain.

Kenapa aku suka dengan salah satu kutipan ini? Sebab, kita hidup di lingkungan yang punya standar tinggi dan dituntut serba sempurna. Bahkan masyarakat sampai lupa, kalau kita cuma manusia biasa yang nggak sempurna. Misalnya, harus putih dan kurus kalau mau dianggap cantik, usia 23 tahun harus punya karir cemerlang, usia 25 harus sudah punya rumah sendiri, usia 27 tahun sudah harus punya pasangan, usia 30 harus sudah punya anak, dan hal-hal lain yang membuat pekak telinga.

Setelah menginjak usia standar yang ditetapkan masyarakat, apakah perjalanan hidup kita semulus itu? Nggak. Setiap orang punya jalannya masing-masing sekalipun kita menginjak usia yang sama. Akan tetapi, kita nggak punya kemampuan crowd control untuk mengubah standar dan tuntutan orang di sekitar kita. Kita cuma bisa mengatur diri kita agar nggak perlu mengubah hidup kita sepenuhnya demi memenuhi standar orang lain. 

3. Diri Sendiri Bisa Menjadi Musuh Utama

Musuh yang paling berbahaya adalah dirimu sendiri.
— dr. Lee, Fix You eps 4

Makna kutipan

Diri sendiri adalah seseorang yang paling mengerti kita. Akan tetapi, diri sendiri juga bisa jadi yang paling jahat dalam hidup kita. Pikiran kita sendiri yang sering membuat kita terjatuh dan terluka.

Aku suka dengan kutipan ini karena ini merupakan tamparan keras untuk orang yang langganan overthinking, kayak aku. Mungkin sebagian dari kamu juga tertampar dengan kutipan ini. Kenapa sih diri kita sendiri bisa jadi musuh paling berbahaya? Sebab, pikiran negatif kita lah yang bisa menjatuhkan mental kita sendiri.

Kerap kali dalam kasus overthinking, pikiran kita suka bilang hal-hal negatif kepada diri kita sendiri. Kalimat yang sering diucapkan pikiran kita kepada diri kita sendiri: 
  • "Kayaknya aku nggak bisa deh."
  • "Aku nggak berguna banget sih."
  • "Orang-orang benci sama aku ya?"
  • "Aku tuh bego banget sih, gini aja nggak bisa?"
  • "Orang lain umur segini sudah punya rumah, aku masih jadi kacung perusahaan."

Kalimat-kalimat itu kan yang biasanya dikatakan oleh pikiran kita sendiri? Padahal kalimat itu sama saja kayak ucapan musuh yang paling toxic dan bisa menghancurkan kepercayaan diri kita sendiri. Ini bisa jadi tanda kamu belum berdamai dengan diri sendiri. 

Baca juga tips biar nggak toxic pada diri sendiri: 4 Tips Berdamai dengan Diri Sendiri

Nah, itulah kutipan-kutipan penyemangat dan tamparan keras untuk kamu yang sering overthinking, insecure, merasa down, cemas, dan semacamnya. Semoga kutipan ini bisa membantu kita untuk mengembangkan diri menjadi orang yang lebih baik lagi. Mulai sekarang, jangan jahat lagi sama diri sendiri ya? Ayo kita mulai perubahan dari diri sendiri!

Apa kutipanmu hari ini? Apa makna kutipan itu bagimu? Yuk, tulis jawabanmu di kolom komentar!

Sekian tulisan untuk hari ini.
Have a nice day,


Michiko ♡

#JejakWarnaWritingChallenge #Day7
Hashtag:
#JejakWarnaWritingChallenge #GetCloserToMe #Day7

Challenge by JejakWarna.id
Picture by Gabrielle Audu on Unsplash

11 Desember 2020

Belajar Bersyukur dari Drama Korea: 18 Again

5:00 PM 0 Comments

Drama korea seringkali dijadikan kambing hitam karena kisahnya yang kelewat uwu alias gemas gitu. Orang-orang yang nggak pernah nonton drama korea kebanyakan punya pemikiran stereotip kalau drama korea itu cuma kisah cinta antara cewek bucin dan cowok yang kelewat romantis. Walaupun aku akui memang banyak drama korea yang begitu, jangan salah, banyak banget makna yang terkandung dalam kisahnya. Nggak selalu jadi kisah romantis yang picisan kok. Drama korea juga banyak memberikan pesan-pesan tentang kehidupan yang bermakna. Salah satunya adalah drama korea '18 Again'.


Disclaimer

Postingan ini mungkin akan mengandung spoiler drama korea 18 Again. Bagi yang belum menonton dan benci dengan spoiler, kalian tetap bisa baca isi postingan ini dengan skip bagian spoiler setelah membaca sinopsis. Kalau beberapa dari kalian siap dengan spoiler yang akan diberikan pada postingan ini, silakan baca dari awal sampai akhir.


Poster Drama Korea '18 Again'

Sebelum masuk ke dalam pembahasan utama, mari ketahui sedikit tentang drama ini. 

Judul: 18 Again

Direktur: Ha Byung Hoon

Penulis: Kim Do Yeon, An Eun Bin, Choi Yi Ryun

Jumlah Episode: 16 Episode

Jadwal Tayang: 7 September sampai 10 November 2020 (Setiap Senin dan Selasa pukul 21:30 KST)

Channel: JTBC

Sumber: Asianwiki.com


Sinopsis Drama

Masa-masa ketika berusia 18 tahun itu gold age banget. Kita bisa melakukan apa aja yang kita sukai, juga sebagai tolakan untuk menggapai mimpi. Drama Korea '18 Again' menceritakan kisah tentang seorang laki-laki yang harus menjalani hidup sebagai seorang ayah sejak dia berusia 18 tahun. Kehadiran kedua anak kembarnya ini membuat kedua orang tuanya harus menunda mimpi mereka karena harus mengurus kedua buah hatinya. Mereka banting tulang, hidup susah untuk membesarkan kedua anaknya. Suatu hari, sang Ayah (Hong Dae Young) mengucapkan kata-kata yang mengungkapkan penyesalannya mengapa harus mengorbankan mimpinya ketika masih muda karena "kecelakaan" itu. Hong Dae Young berpikir, seandainya dulu dia nggak meninggalkan lapangan basket saat pertandingan kejuaraan, mungkin hidupnya akan jauh lebih baik daripada saat ini. 


Suatu malam, Hong Dae Young galau karena tiba-tiba digugat cerai oleh istrinya. Akhirnya, dia mampir ke lapangan basket dan melempar bola basket ke ring. Keajaiban pun terjadi. Tiba-tiba dia jadi muda kembali. Sejak saat itulah, kisah ini dimulai. Banyak kisah yang nggak pernah Dae Young ketahui semasa dia menjadi seorang ayah. Dia nggak tahu alasan istrinya menggugat cerai, dia nggak tahu tentang mimpi anak-anaknya, sampai akhirnya dia sendiri yang membuka mata dan melihat apa yang sebenarnya terjadi pada anggota keluarganya.


[!!!] SPOILER ALERTKlik di sini untuk lompati spoiler ] 


Hong Dae Young hidup sebagai seorang pekerja reparasi barang. Dia sering diperlakukan semena-mena oleh pelanggannya dan atasannya. Tetapi dia tahan amarah itu, dia nggak mau resign dari pekerjaannya karena mau menghidupi kedua anaknya yang sudah berusia delapan belas tahun. Lagipula dia juga sebentar lagi akan dipromosikan. Jadi, dia legowo aja gitu jadi tukang reparasi walaupun sering diperlakukan semena-mena. 


Suatu hari, istrinya tiba-tiba memberikan surat cerai kepada sang suami tanpa menyebutkan alasan mengapa dia menggugat cerai suaminya, malah disuruh mikir sendiri. Jelas, Dae Young nggak mau menandatangani surat itu karena dia nggak tahu alasannya. Dae Young yang galau itu mencari hal untuk melepaskan beban pikirannya, dia pun akhirnya mengajak kedua anaknya makan bersama sekalian tanya tentang rencana hidup anaknya. Ketika ditanya terkait masa depannya setelah lulus, Hong Si A (anak perempuan) berkata kalau dia nggak mau melakukan apa-apa setelah sekolah. Sedangkan ketika bertanya kepada anak yang satunya, Hong Siwoo (anak laki-laki), tentang minatnya dalam bermain basket, Si Woo berkata kalau dia nggak tertarik main basket untuk mengikuti jalur ayahnya. Akhirnya, percakapan mereka berhenti di sana.

Suatu malam, Dae Young menghadiri sebuah pertemuan perusahaan. Saat itu pula, dia merasa senang karena sebentar lagi dipromosikan. Namun, kejadian malam itu nggak sesuai rencana. Alih-alih dipromosikan, dia malah dimutasi ke Busan. Ternyata, yang dipromosikan malah orang dalam alias keluarga atasannya. Malam itu, dia nggak terima dengan keputusan itu tetapi hal itu nggak mengubah keputusan atasannya. Justru dia tambah diinjak-injak oleh atasannya dan membuat dia marah. Dia pun mengamuk. Dia menghajar atasannya dan dia berhenti bekerja saat itu juga. 

Sepulangnya dari pertemuan itu, dia galau dan bingung karena sekarang jadi seorang pengangguran bahkan lebih buruk daripada menjalani pekerjaan sebagai tukang reparasi. Akhirnya, pemikiran itu mulai muncul, seandainya dulu dia tetap bermain basket mungkin saat itu dia bakal menjadi pemain basket profesional atau seenggaknya dia punya karir yang cemerlang. Akhirnya, dia mampir ke lapangan basket sekolahnya yang dulu (SMA Serim) dan mengambil bola basket. Dia perhatikan bola itu lama banget dan berpikir seandainya ada cara untuk kembali. Kemudian, dia melemparkan bola itu ke ring. Keajaiban pun terjadi, dia jadi muda kembali.

Sepulang dari lapangan basket, dia pergi ke sebuah minimarket. Dia juga belum menyadari kalau rupanya sudah berubah menjadi seorang pemuda. Saat dia akan membeli bir, dia dimintai kartu identitas. Dae Young yang sudah tua merasa lucu karena diminta kartu identitas. Saat melihat ke penjaga kasir, dia langsung berteriak marah. Ternyata, penjaga kasir itu adalah anak perempuannya, Hong Si A. Hong Si A bekerja part time di minimarket itu tanpa pengetahuannya. Namun, Si A yang nggak tahu kalau itu bapaknya, jelas takut karena diserang orang asing dan melaporkan dia kepada pemilik toko serta mengancam akan memanggil polisi. Dae Young yang marah pun melihat ke pintu kaca, dia melihat bayangan wajahnya yang menjadi muda dan seumuran dengan anaknya. Dia kaget bukan kepalang saat melihat wajahnya. Akhirnya, dia kabur dan nggak melanjutkan keributan di toko itu.

Selama bertengkar dengan istrinya, dia tinggal di rumah teman dekatnya, Go Dok Jin. Saat pulang, Dok Jin kaget karena ada orang asing masuk ke dalam rumahnya. Dia mengeluarkan senjata untuk mengusir orang asing itu yang ternyata adalah Dae Young yang sudah berubah jadi pemuda. Setelah beberapa lama keributan terjadi sampai rumah jadi kapal pecah, Dok Jin pun menyadari kalau itu adalah Dae Young. Dok Jin pun menanyakan cara Dae Young bisa kembali muda tetapi Dae Young sendiri nggak tahu caranya. Itu hanya terjadi secara tiba-tiba, begitu saja. Dae Young pun ingin memanfaatkan keajaiban itu. Dia punya satu permintaan, dia ingin sekolah lagi dengan Dok Jin berpura-pura sebagai ayahnya. 

Hong Dae Young pun membuat identitas baru dengan nama Go Woo Young. Ini lah hari pertama dia kembali sekolah dan menjalani hidup sebagai seorang pemuda. Dia nggak mau melewatkan kesempatan yang telah dianugerahkan kepadanya, dia mau meraih mimpi yang semasa muda pernah disia-siakannya. Kebetulan, saat dia masuk sekolah, dia sekelas dengan kedua anaknya. Saat itu pula, dia tahu perangai anaknya di sekolah.

Dae Young yang saat itu akan pergi ke toilet mendengar seseorang meminta dibukakan pintu dari luar. Ternyata, orang yang terkunci di dalam toilet adalah anaknya sendiri, Hong Si Woo. Dae Young kaget saat mengetahui Si Woo dirundung teman sekolahnya. Belum sempat menjawab pertanyaan Dae Young, Si Woo sudah bergegas pergi. Dae Young nggak tahu soal perundungan yang dihadapi Si Woo. Saat itu pula, ia merasa nggak enak hati karena nggak pernah mengetahui kehidupan anaknya yang bisa dibilang sengsara di sekolah. 

Dae Young ingin menanyakan alasan Si Woo dirundung kawannya. Saat Dae Young berniat mengejar Si Woo, dia malah dihadang anak perempuannya. Dia dibawa ke atap oleh Si A dan dirundung di sana. Dae Young terkejut melihat perangai anak perempuannya di sekolah. Dia pun merasa seperti bukan melihat anaknya. Dae Young yang kesal pun, mengungkit tentang Si Woo yang dirundung kepada Si A. Akan tetapi, Si A nggak terkejut sama sekali. Dia sebenarnya sudah mengetahui tentang perundungan Si Woo. Hanya saja dia nggak pernah melaporkannya kepada Dae Young.

Di kantin sekolah, Dae Young menghampiri Si Woo yang sedang makan. Datanglah Goo Ja Sung dan kawanannya, anggota tim basket yang merundung Si Woo. Dae Young melihat langsung Ja Sung yang merundung Si Woo dengan melempar bola basket ke kepala Si Woo. Emosi Dae Young pun meluap, dia mencoba melindungi anaknya dan menjadi kawan untuk Si Woo dengan identitas Woo Young. 

Dae Young stres melihat perangai kedua anaknya di sekolah dan nasib Si Woo yang dirundung di depan matanya. Dia pun mampir ke halaman belakang sekolah untuk merokok. Saat dia sampai di sana, dia melihat seorang pelajar perempuan juga merokok di halaman belakang. Saat dihampiri, ternyata itu adalah Si A. Dae Young berseru marah melihat anak perempuannya merokok di sekolah. Namun, Si A justru balas berteriak kalau Dae Young juga sama tukang merokok. Sejak saat itu, ingin sekali Dae Young mengungkapkan identitasnya dan mengaku kalau dia adalah bapaknya karena Si A nggak mau mendengarkan dia. Akan tetapi, dia mengurungkan niatnya. 

Kebetulan Woo Young yang mau merokok itu ketahuan gurunya. Dia pun melaporkan diri kalau dia merokok bersama Si A. Mereka berdua pun dimarahi di ruang guru bersama. Saat dimarahi gurunya di ruang guru, gurunya menyuruh orang tuanya untuk datang. Kemudian, Jung Da Jung (ibunya Si A sekaligus istrinya Dae Young) dan Go Dok Jin (ayah gadungan Woo Young) datang menemui gurunya. Itulah pertama kalinya Da Jung bertemu Woo Young. Dae Young terkejut saat melihatnya dan menutupi wajahnya tetapi Da Jung nggak menyadari kalau itu adalah Dae Young, dia cuma menganggap kalau Woo Young punya wajah yang mirip dengan Dae Young saat masih muda sehingga dia sempat salah paham kalau Woo Young adalah anak hasil perselingkuhan Dae Young yang dititipkan kepada Dok Jin. Setelah melalui kesalahpahaman itu, akhirnya Da Jung mengerti dan menganggap Woo Young hanya sebatas teman anaknya, Si Woo. 

Namun, sudut pandang Dae Young terhadap Da Jung nggak berubah, dia tetap perhatian kepada Da Jung dan melidunginya selayaknya istrinya sendiri walaupun dia nggak bisa mengungkap identitas Woo Young yang sebenarnya. Saat Da Jung berhasil bekerja di JBC, yang mana dulu mimpinya adalah menjadi seorang presenter, alih-alih pura-pura nggak tahu, Woo Young malah ikut mendukung Da Jung dan turut senang mendengarnya. Woo Young pun sering memberikan perhatian kepada Da Jung dan banyak cerita tentang Si A dan Si Woo. Sejak saat itu, Dae Young tahu seberapa sulitnya Da Jung menghadapi Si A dan Si Woo selama dia nggak berada di sisi Da Jung. Dae Young juga mulai mendekati kedua anaknya sebagai Woo Young agar dia bisa mengetahui lebih jauh tentang anaknya.

Suatu malam, Dae Young melihat Si Woo bermain basket sendirian. Padahal, saat ditanya, Si Woo pernah bilang kalau dia nggak tertarik main basket seperti ayahnya. Dae Young pun menghampiri Si Woo. 
"Kukira kamu nggak tertarik untuk bermain basket."
Siwoo yang masih sibuk bermain basket berkata, "Siapa bilang aku nggak tertarik?"
Mendengarnya, Dae Young paham kalau Si Woo sebenarnya memiliki ketertarikan terhadap basket. Namun, Si Woo berbohong kepada ayahnya. Dae Young yang saat itu berada di posisi Woo Young hanya diam, nggak berkomentar karena Si Woo hanya melihat dirinya sebagai Woo Young, kawan baru yang nggak tahu apa-apa tentang Si Woo. 

Melihat ketertarikan anaknya, Dae Young pun berniat untuk membantu Si Woo agar bisa bergabung dengan tim basket. Keesokan harinya, Dae Young pun mengajak Si Woo untuk melawan Goo Ja Sung, si anggota tim basket, penyebab Si Woo nggak mau gabung tim basket. Woo Young menantang Ja Sung untuk melakukan pertandingan basket dua lawan dua dengan perjanjian jika Woo Young dan Si Woo menang, maka Ja Sung harus berhenti merundung Si Woo dan Si Woo boleh bergabung dengan tim basket. Setelah bertanding, Woo Young dan Si Woo pun memenangkan pertandingan. Sejak kemenangan itu, Si Woo dan Woo Young pun bergabung dengan tim basket SMA Serim.

Di sekolah, saat jam pelajaran olahraga, Si A sakit dan jatuh pingsan. Dae Young dengan cepat kilat menggendong Si A dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Saat Si A tertidur, Dae Young memperhatikan wajah Si A, dia merindukan anaknya yang saat itu sudah beranjak dewasa. Dia pun mengelus rambut Si A. Si A yang terbangun langsung menepis tangannya juga marah karena melihat Woo Young mengelus rambutnya. Padahal saat itu Dae Young sangat khawatir tentang kesehatan Si A. 

Saat berada di rumah sakit, Si A dijenguk oleh teman kecilnya, Seo Ji Ho. Mereka berdua mengobrol di halaman rumah sakit. Saat itu pula, Dae Young menguping pembicaraan mereka. Si A mengatakan kepada Ji Ho, bahwa ayahnya nggak pernah peduli dengan mereka. Bahkan saat Si A sakit pun ayahnya nggak tahu tentang itu. Dae Young yang mendengar ungkapan perasaan Si A merasa sedih. Dia ingin mengatakan bahwa dia, ayahnya, ada di sana bersama Si A. Namun, wujudnya sebagai Woo Young membuatnya urung untuk mengungkapkannya. Di saat yang bersamaan, Dae Young mendapatkan telepon dari Da Jung. Da Jung menanyakan keberadaan Dae Young, Dae Young jelas nggak bisa mengatakannya. Jadi, dia jawab kalau dia ada di Busan. Namun, Da Jung tahu kalau Dae Young berbohong karena dia menerima surat pemecatan dari kantornya. Saat itu lah, Dae Young merasa menjadi seorang ayah yang tidak pernah mengerti keadaan keluarganya sendiri. 

Beberapa hari berlalu, Da Jung terus mendesak Dae Young untuk hadir di sidang perceraian tetapi Dae Young kukuh nggak mau datang karena alasan Da Jung nggak punya alasan jelas untuk menggugat cerai. Dae Young bahkan sempat mengira kalau itu terjadi karena Da Jung selingkuh. Akan tetapi, Dok Jin yang saat itu bersamanya, menyuruh Dae Young untuk mengingat kembali apa yang telah Dae Young perbuat sampai Da Jung meminta cerai. Setelah diingat kembali, ternyata alasannya karena ucapan penyesalan yang pernah diucapkan Dae Young saat mabuk. 

Saat itu Dae Young menghadiri acara reuni, teman-teman seangkatannya memamerkan karir dan kekayaan, sedangkan Dae Young hanya bekerja sebagai seorang tukang reparasi. Teman-temannya memandang Dae Young dengan sebelah mata dan Dae Young merasa kesal. Dia pun minum sampai mabuk dan melampiaskan amarahnya kepada Da Jung. Saat itu dia berkata bahwa dia menyesal bertemu dengan Da Jung sehingga mengalami kesengsaraan. Dae Young yang mengingatnya, menyesali ucapannya. Dia pun mengakui kesalahannya dan datang ke sidang perceraian. Dia meminta maaf kepada Da Jung secara langsung dengan wujudnya sebagai Woo Young.

Sejak melihat kehidupan istri dan anaknya dari sudut pandang Woo Young, Dae Young menyesal. Dia bahkan nggak merasa menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya. Untuk menebus rasa bersalahnya, Dae Young tetap berada di sisi Da Jung dan kedua anak-anaknya. Dae Young juga merangkul dan memperhatikan kedua anaknya sambil menjalani kehidupan barunya sebagai Woo Young, siswa SMA. Dia juga menikmati masa mudanya lagi dan mencapai mimpinya untuk bermain basket kembali.

Woo Young dan Si Woo masuk ke dalam tim untuk pertandingan kejuaraan, saat itu Si Woo meminta waktu sendiri. Woo Young pun meninggalkan Si Woo di lapangan basket dan pada saat yang bersamaan dia menerima telepon dari Si Woo. Si Woo meminta ayahnya untuk datang, tetapi Dae Young yang masih berwujud Woo Young beralasan kalau ia tidak bisa datang untuk menonton pertandingannya. Hal itu membuat Si Woo sedih. Dae Young yang saat itu bersamanya, kembali menghampiri Si Woo. Si Woo pun bercerita alasan dia bergabung dengan tim basket untuk membanggakan ayahnya. Dae Young yang mengetahuinya, merasa bingung karena dia nggak bisa memberikan dukungan kepada anaknya sebagai seorang ayah.

Saat bimbingan konseling tentang karir, Dae Young sempat menguping tentang rencana karir Si A. Si A memutuskan untuk nggak melanjutkan kuliah. Awalnya, dia terkejut mendengarnya. Saat mengobrol dengan Si A dan bertanya alasannya, ternyata Si A ingin masuk ke sekolah tata rias dan tertarik dengan make up, maka dari itu dia kerja part time untuk mengumpulkan uang. Banyak kisah yang nggak diketahui oleh Dae Young sebagai seorang ayah, tetapi dia bisa tahu saat dia menjadi Woo Young. Itu lah alasan dia nggak mau mengungkapkan rahasianya.

Namun, hari demi hari, kenangan kebersamaan itu justru kembali membuat Dae Young gagal move on. Kesenangan itu berubah menjadi sebuah penyesalan, apalagi ketika mengetahui kalau kedua anaknya sangat merindukan ayahnya dan ingin bertemu dengannya. Si A selalu cerita kalau dia merindukan ayahnya, walaupun ayahnya menyebalkan tetapi ayahnya tetap sayang kepada Si A. Si Woo juga bercerita kepada Woo Young bahwa dia masuk ke tim basket karena ingin membanggakan ayahnya tetapi ayahnya nggak bisa hadir di pertandingannya. Namun, Dae Young nggak bisa melakukan apa-apa karena dia berwujud sebagai seorang pelajar SMA. 

Dae Young akhirnya sadar, bahwa apa yang dilalui selama hidupnya ini semua demi anaknya dan keluarganya. Hal itu membuat dia ingin kembali menjalani hidup normal sebagai seorang Hong Dae Young bukan Woo Young. Dia pun memutuskan untuk mengaku kepada Da Jung bahwa Woo Young sebenarnya adalah Dae Young. 

Setelah beberapa lama berusaha untuk meyakinkan Da Jung bahwa Woo Young adalah Dae Young, akhirnya Da Jung pun percaya. Dae Young pun mengajak Da Jung balikan dan kembali pacaran seperti anak muda. Sebab, saat Da Jung masih muda dia sibuk membesarkan kedua anaknya sehingga nggak pernah merasakan pacaran ala anak muda. Namun, hubungan mereka justru menuai pandangan aneh dari orang-orang sekitar yang mengira bahwa Woo Young adalah anaknya Da Jung. Saat itulah, Da Jung kembali berpikir untuk melepaskan Dae Young seutuhnya, terlebih karena perbedaan umur mereka saat itu. 

Malam sebelum pertandingan, Da Jung mengungkapkan alasan ia menggugat cerai Dae Young karena ingin membebaskan Dae Young agar nggak seterusnya hidup dalam penyesalan. Sedangkan, saat itu Dae Young benar-benar ingin kembali bersama Da Jung dan kedua anaknya. Namun, Da Jung tetap bersikeras untuk meninggalkannya. 

Hari patah hati untuk Dae Young pun tiba. Dia menangis dan merajuk, ingin hidupnya kembali seperti semula. Dia berlari ke lapangan basket SMA Serim, melempar bola ke ring berulang kali. Berharap keajaiban itu akan kembali. Akan tetapi, setiap dia melihat ke cermin, wajahnya nggak berubah juga. 

Tiba hari pertandingan basket dimulai, Da Jung mengurungkan niatnya untuk menonton Si Woo bermain basket. Sebab, dia tahu bahwa Woo Young juga akan bermain di sana. Sedangkan, semalam dia mencoba melepaskan Dae Young dan meninggalkannya. Dia nggak mau kalau setelah mematahkan hati Dae Young, Dae Young akan pergi mengejarnya seperti delapan belas tahun lalu, awal mula kehancuran karir Dae Young. Da Jung nggak mau mengulanginya. Dia nggak mau menghancurkan hidup Dae Young untuk kedua kalinya. Akhirnya, dia pergi dan berjalan menyusuri jembatan. 

Saat Da Jung menelusuri jembatan, Woo Young berdiri di depannya, menghadang Da Jung. Da Jung terkejut melihat Woo Young yang nggak berada di lapangan basket. Da Jung pun marah karena pilihan yang dibuat Dae Young untuk nggak ikut pertandingan basket (lagi). Da Jung nggak mau Dae Young menyesali hidupnya untuk kedua kalinya. Dia juga merasa bersalah karena delapan belas tahun yang lalu mengaku hamil saat Dae Young sedang bertanding. 

Dae Young pun berkata, "Ini semua bukan salahmu. Ini berkat kau. Tidak akan ada penyesalan lagi. Melihat kedua anakku tumbuh, lebih membahagiakan daripada saat aku memenangkan pertandingan basket. Aku tidak menyadari betapa berharganya momen itu. Setiap ada masalah, aku justru menghadapinya dengan penyesalan. Memimpikan kehidupan yang tidak pernah aku jalani. Aku bertanya-tanya, apakah aku akan bahagia hanya karena bermain basket? Sekarang, aku tahu kehidupan seperti apa yang aku inginkan. Kamu tidak menghancurkan hidupku. Kamu memberikan kesempatan untukku dan keputusan yang aku ambil saat itu adalah keputusan yang terbaik dalam hidupku. Aku tidak akan melewatkan kesempatan itu."

Lewat pengakuan itu, rupa Dae Young pun kembali seperti semula. Da Jung yang sangat merindukan Dae Young pun merasa sangat senang melihat Dae Young kembali. 

Setelah itu, Dae Young pun datang bersama Da Jung untuk menonton pertandingan Si Woo. Datang untuk menyemangati Si Woo yang saat itu merasa kehilangan Woo Young, sekaligus melihat kemenangan tim basket SMA Serim. Kemudian, Dae Young pergi menemui Si A. Si A yang sangat rindu ayahnya tentu bahagia bisa bertemu dengan Dae Young.

Dae Young pun mengajak mereka mengobrol dan meminta izin kepada kedua anaknya untuk rujuk dengan Da Jung. Da Jung dan Dae Young pun menggelar acara pernikahan. Hidup mereka pun terus berlanjut. 

Spoiler Berakhir

Hikmah yang Bisa Dipelajari dari Drama Korea 18 Again

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari drama '18 Again'. Drama ini mengajarkan bagaimana kita untuk menghargai kehidupan walaupun tidak pernah mendapatkan apa yang kita impikan. Juga mengajarkan kita bagaimana belajar dari kehidupan supaya nggak hidup dalam penyesalan. Aku suka banget dengan salah satu ucapan karakternya, Hong Dae Young dan Jung Da Jung.

Hong Dae Young berkata:
Memperlakukan waktuku bersama kalian sebagai sebuah penyesalan adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Ada satu hal yang aku pelajari setelah kembali muda. Berapa pun usiamu, selalu ada hal baru untuk dipelajari. Jika kau menganggapnya penyesalan, tamatlah sudah. Tetapi jika kau menganggapnya sebagai pelajaran, ini menjadi awal yang baru. Aku akan mencoba belajar lebih banyak mulai sekarang, baik soal pekerjaan, kehidupan, atau cinta. Jadi, aku akan mencoba mencari hal yang aku sukai lagi. Aku akan menghabiskan waktuku tanpa penyesalan. 
-- Hong Dae Young, "18 Again" Eps. 16 (2020)

Jung Da Jung berkata:
Kita belum terlambat untuk mempelajari semua yang kita inginkan dan menghargainya. 
-- Jung Da Jung, "18 Again" Eps. 16 (2020)

Hidup mungkin nggak selalu bahagia seperti apa yang dikisahkan dalam dongeng-dongeng yang kisahnya berakhir dengan sempurna. Di dalam kehidupan, pasti kita akan menemukan kesulitan. Namun, dari kesulitan itulah, kita belajar untuk memahami kehidupan, lebih menghargai satu sama lain, dan mencintai satu sama lain. Ada banyak hari-hari lain yang membuat kita lebih bahagia. Kebahagiaan sekecil apa pun itu akan selalu ada dalam hidup kita dan semua orang berhak untuk mendapatkan kebahagiaan itu. 

Penyesalan untuk keputusan yang telah kita buat di masa lalu hanya akan berakhir sia-sia. Namun, apabila kita mempelajarinya, seburuk apa pun pengalaman itu, itu akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik. Jangan pernah menyesali keputusan yang pernah diambil tetapi berusahalah untuk mencintai keputusan itu dan menerima segalanya dengan lapang dada. Hargai segala yang kita punya sebelum kehilangan semuanya. Dengan begitu, hidup penuh dengan rasa syukur akan membuat hati tenang dan bahagia. Selain itu, tetaplah untuk belajar dari kehidupan karena hidup akan terus berlanjut seperti itu adanya.

Yuk, untuk kita semua yang punya banyak penyesalan karena merasa mengambil keputusan yang salah di masa lalu, mulailah untuk memaafkan diri sendiri. Mungkin nggak mudah untuk melakukannya, tetapi lebih baik mempelajarinya daripada menyesalinya.

Aku sendiri juga pernah punya sebuah penyesalan dan berusaha untuk menerima semuanya. ( Baca juga sepotong kisah penyesalanku: Mimpi, Hanya Tinggal Kenangan dan Masih Iri )
Sebab, apa yang kita inginkan itu memang nggak selalu menjadi kenyataan. Boleh jadi, apa yang kita inginkan itu nggak baik untuk kehidupan kita. Boleh jadi juga, apa yang nggak kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita.

Kalian punya suatu penyesalan juga? Kalian boleh lho sharing denganku lewat komentar atau kontak email. Setelah menuliskannya, kalian bisa membacanya dan mulailah untuk mencintai keputusan yang telah kalian buat dan menjadikannya pelajaran. Semangat, guys
( Baca ini jika butuh semangat: Ganbarimashou )

Oke, sekian pelajaran hidup untuk hari ini. Sampai jumpa di lain kesempatan.
Have a nice day


Michiko ♡