18 Juli 2018

Pejuang Mimpi

8:07 AM 1 Comments
Cita-cita yang kau impikan bukanlah sekadar bunga tidur. Itulah tujuan terbesarmu. Perjuangkanlah cita-citamu hingga tiada lagi yang dapat kau pertaruhkan.

Kali ini, aku mau bercerita tentang perjalananku dari awal sampai aku bisa membuat blog seperti ini. Curhat sedikit lah ya. Sebab, ini sebenarnya blog pribadi yang beralih fungsi menjadi konten acak-acakan. Kategori yang ada di label terbawah itu hanya sebagai wadah siapa tahu aku sedang waras lalu mau berbagi tips kepada dunia (Soalnya biasanya nggak waras).

Pejuang Mimpi

Semua Berawal dari Hobi

Aku orang yang suka menulis, menulis cerita atau apa pun itu. Akan tetapi, jujur saja, aku bukan orang yang suka membaca. Pertama kali aku menulis adalah ketika aku duduk di bangku kelas 3 SD. Iya, kelas 3 SD, bukan SMP atau SMA. Dulu, aku menyisihkan satu buah buku tulis yang Bunda belikan untuk sekolah. Setiap kali aku ada waktu luang di sekolah, aku selalu menulis cerita di buku itu. 

Kamu tahu nggak sih buku KKPK (kecil-kecil punya karya)? Dulu aku punya cita-cita seperti mereka. Di dalam buku itu, ada satu halaman isinya sebuah gambar ilustrasi cerita. Sebenarnya, selain menulis aku juga suka menggambar. Jadi, aku persis membuat buku yang kayak gitu. Setelah bercerita, aku mengosongkan sebuah halaman kertas. Di satu halaman itu, aku gambar semua tokoh dan ilustrasi dalam cerita yang aku tulis. Biasanya, satu buku aku habiskan untuk menulis dan sudah jelas tulis tangan dong sampai pegal banget tangan aku kayak mau copot. Namun, sayang sekali, buku itu aku sudah lupa ke mana perginya. Apa dikasih ke tukang loak ya? 

Pada saat aku kelas 4 SD, aku mulai mendalami hobi menggambar tetapi aku sama sekali nggak melupakan hobi menulisku. Jadi, aku mengubah format buku cerita DIY punyaku. Formatnya jadi seperti ini.

Menulis cerita ala kelas 4 SD

Bentuknya dan ceritanya persis kayak begitu, gaes. Rusaaak, rusak!  HAHAHAHAHAHA. Bentar ngakak dulu.

Dulu, aku suka banget kasih nama karakternya Melinda, Nia, Safira, Sherina. Nama yang dari kelas 3 SD nggak pernah aku ganti, Chintya. Demi apa, entah kenapa dulu aku suka banget dengan nama Sintia sampai nggak rela kasih sifat jahat buat tokoh yang namanya ini. HAHAHAHA. 

Waktu kelas 4 SD, di rumahku pasang TV kabel jadi tontonanku channel Disney. Setiap malam jam 19.00 WIB selalu tayang Disney Movie dan semacamnya. Aku sering menulis ulang cerita itu dengan bahasaku sendiri, aku ingat waktu itu aku habis nonton film Cinderella 3 kalau nggak salah, yang ada adegan tongkat ibu peri diambil sama ibu tirinya Cinderella. Waktu jam pelajaran, aku malah menggarisi buku bukannya belajar, setelah menggarisinya aku langsung menggambar dan membuat cerita.

Pernah juga aku membuat cerita absurd setelah menonton sebuah sekuel cerita si Kerudung Merah, The Red Riding Hood bukan ya? Ending-nya si Kerudung Merah ini berantem dengan si Serigala karena si Kerudung Merah ini belajar karate. Absurd banget, sumpah.

Di kelas 5 SD, aku dibelikan buku komik Nakayoshi. Sebenarnya, itu buku komik dewasa dan nggak cocok buat anak-anak sebab isinya adegan ciuman, wah emang rusak sejak dini deh. Dari situ, aku jadi berubah pikiran dan mulai bosan menulis. Kemudian, aku memutuskan untuk membuat komik. Tentu, masih di buku tulis. Begini bentuknya.

Komik Karya Michiko saat kelas 5 SD
Serius, persis seperti itu komik yang aku buat dari mulai gambar sampai alur cerita. Ini aku buat versi tanpa garis ya, pegal bikin komik pakai paint dan touchpad laptop. Konten komiknya persis, emang generasi rusak aku tuh kebanyakan nonton drama dan sinetron. Kadang semua yang pernah aku tonton, aku gambar dan jadi sekuel komik itu. Intinya, di buku komik DIY ini aku menggambar satu karakter tapi wajahnya beda, cara mengenali tokohnya yaitu dari baju yang dipakainya. Kalau tokohnya banyak, aku buat rambut dan model rambutnya beda-beda dan nggak pernah ganti-ganti WKWKWK. Lalu, waktu dulu, aku gak bisa gambar rambut cowok, jadi kayak apaan anj1r mirip Woody Woodpecker gitu.
Ah sudahlah, malu kalau bahas ini lebih lanjut. 

Baca juga kisah hidup dalam berbagai genre: Genre Kehidupan

Dari Hobi Jadi Prestasi

Kemudian, kelas 7 SMP aku masih lanjut dengan komik buatanku sendiri. Semakin luas pergaulan, semakin kejam dunia ini. Ada teman satu kelasku, dia suka dengan Naruto dan gambarnya... Ya Tuhan keren banget gila. Aku minder dengan gambarannya, jadi aku buat komik dengan sembunyi-sembunyi. Soalnya, aku takut ketahuan orang lain, nanti diledekin dan diketawain kalau gambarku jelek. Habis itu, entah kenapa ada temanku yang merebut gambaran komik buatanku dan memberikannya ke guru. Kemudian, kelas pun jadi ribut karena adegan kejar-kejaran. Malu banget. Tapi, guru itu seolah mengapresiasi dan memuji kalau gambaranku bagus. Nggak tahu juga ya kalau cuma pura-pura supaya aku senang atau gimana. Nggak pernah dipuji, jadi pola pikirku begitu.

Satu hal yang membuat aku kaget, aku didaftarkan oleh sekolah untuk ikut lomba komik. Wah, kaget lah, jelas. Aku berpasangan dengan kakak kelas 9 SMP dan kami membuat cerita komik pendek tentang organ pencernaan. Hasilnya? Nggak disangka, juara kedua gaes. 

Kelas 8 aku sudah mulai bosan dengan komik tetapi ternyata aku kembali didaftarkan lomba komik lagi dan di tempat yang sama lagi. Kali itu, aku berpasangan dengan teman sekelasku yang suka Naruto dan jago gambar. Serius, ini perlombaan yang mengenaskan karena waktu perlombaan tabrakan dengan acara sekolah jadi tidak ada guru yang antar ke lokasi. Beruntung, ada dua guru yang mau mengantar kami ke lokasi sambil mengebut. Setelah perjuangan itu, kami membuat cerita pendek tentang teknologi masa depan, laptop yang bisa digulung. Entah inspirasi dari mana, mungkin kami pernah nonton video teknologi masa depan seperti itu. Hasilnya? Beruntung lagi, kami mendapat juara kedua lagi. Terharu, hiks. Cuma aku agak kesal aja sih, soalnya piagam penghargaannya salah nama.

Dari prestasi yang pernah aku capai, aku pun dikirim oleh sekolah untuk mewakili Kabupaten dalam pemilihan Duta Sanitasi Provinsi di Bandung pada tahun 2015. Nggak menang sih, cuma aku dapat pengalaman tidur di hotel mewah selama empat hari tiga malam dengan GRATIS. Makanannya enak semua, dapat uang saku 150 ribu rupiah pula. Dulu, 150 ribu untuk seukuran anak SMP adalah uang yang cukup besar buat jajan cireng sebakul. Selain itu, aku dapat ilmu juga mengenai pengolahan limbah dan sanitasi lingkungan.

Lihat perkembangan gambarku di Instagram atau di sini

Menekuni Hobi untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Kelas 8 SMP, aku merengek ingin beli laptop. Setelah aku dibelikan laptop, aku beralih profesi. Tiba-tiba, aku jadi ingin membuat buku cerita horor buatan sendiri dan aku cetak sendiri. Hasilnya adalah Vila Kematian (link: Villa Kematian). Ceritanya cuma berupa draf dan beberapa kali sempat aku modifikasi ulang. Cerita original versi penulis pemula ada di blog-ku yang lama (link: http://orangjelek-kecebadai.blogspot.com/). Setelah itu, aku jadi aktif posting di blog tentang cerita horor. Beberapa lama berlangsung, aku selalu merinding setiap membuat cerita horor, aku pun jarang posting cerita lagi di blog itu dan lupa password gmail-ku.

Baca juga kisah-kisah horor lain yang membuat merinding di sini

Pohon Flamboyan Inspirasi Novel
Saat aku kelas 9 SMP, marak novel series karya Ilana Tan yang tetralogi musim: Summer in Seoul, Winter in Tokyo, Spring in London, Autumn in Paris. Aku pun bercita-cita untuk menjadi seperti dia. Sejak berpikiran begitu, aku pun mulai menulis sebuah novel ala-ala anak muda amatiran. 

Aku mendapat inspirasi dari sebuah gambar pohon flamboyan. Berkat gambar itu, aku mulai menulis kisah yang ada dalam imajinasiku dan aku membuat sebuah kisah yang bisa dibilang sad ending. Aku membuatnya dengan kilat, mungkin sekitar enam bulan sampai aku mengabaikan Try Out Ujian Nasional. Setelah selesai menggarapnya, dengan kepercayaan diri yang terlalu berlebihan aku mengirim buku itu ke Gramedia. Jelas, ditolak. Aku pun hiatus selama setahun.

Baca juga hambatanku dalam pengerjaan novel yang berbarengan dengan ujian: Examination Syndrome

Belajar dari Masa Lalu

Setelah lama kutinggalkan novel yang telah aku buat, di kelas 10 SMA aku kembali merombak hampir 70% dari cerita dan mencoba lagi mengirimkannya. Keberuntungan nggak berpihak kepadaku, tetap ditolak. Aku sadar novel yang aku buat itu masih banyak kurangnya, dialog yang nggak kuat, kurang riset, dan plot yang membosankan juga pengetahuan kosa kata yang sempit. Jujur, menulis novel memang kesukaanku tetapi hal itu terlalu menyita waktu. Mungkin, penolakan itu adalah buntut dari aku yang malas membaca. 

Selepas tragedi penolakan, aku vakum dari pembuatan novel dan beralih ke dunia blog. Dulu, nama blog-ku Kicauan Bidadari. HAHAHAHAHA. Iya, aku ganti soalnya alay. Mulanya, aku mau jadi penulis anonim tetapi itu sulit karena cita-citaku bukan menjadi seorang penulis anonim tetapi jadi penulis terkenal. Sebagai ajang branding diri sendiri juga kan, siapa tahu ada yang mau hire aku ini bisa jadi portofolio. Uhuk. Memang, sampai sekarang cita-cita untuk menjadi seorang penulis terkenal belum tercapai. Kadang--bahkan memang betul--kenyataan itu lebih pahit daripada mimpi. 

Begini lah aku sekarang, menjadi seorang penulis blog pribadi yang masih berjuang merintis karirnya. Semoga suatu saat aku bisa mencapai cita-citaku, ya. Semangat untuk kita semua dan sukses selalu!

Have a nice day, 


Michiko ♡

16 Juli 2018

Konspirasi Kemacetan

11:42 PM 2 Comments
Macet.

Pasti kalian nggak asing dengan kata yang satu ini. Ini sudah jadi problematika hampir di seluruh penjuru Indonesia, apalagi kota-kota besar seperti ibu kota. Kali ini, aku akan membahas tentang konspirasi kemacetan berdasarkan pemikiran aku sendiri. Sebelumnya aku mau memberitahu kalau pemikiran setiap orang berbeda-beda. Biasa, konspirasi ala-ala anak muda.

Sebenarnya, apa sih yang bisa buat jalanan selebar itu bisa tetap macet panjang kayak lagi main ular naga? Jalanannya kah? Kendaraannya kah? Aturan lalu lintasnya kah? atau pengendaranya?

Konspirasi Kemacetan

Kalau dilihat dari berbagai aspek, banyak sekali penyebabnya. Tapi pernah kepikiran nggak sih siapa biang kerok kemacetan jalan? Siapakah dalang di balik kemacetan ini?

Sudah pasti, masyarakat nggak ada yang tahan dengan kemacetan ini. Sudah membosankan, menjengkelkan, bikin emosi pula. Rasanya kalau terjebak macet jadi ingin terbang naik elang biar nggak dicegat lampu merah dan dikepung kemacetan. Tapi apa daya, kamu bukan Prabu Siliwangi si pengendali elang di channel ikan terbang. Hanya manusia yang tak sempurna dan kadang salah. 

Kalau dipikir-pikir lagi juga, banyak banget lho upaya pemerintah daerah buat mengatasi macet. Dari mulai penutupan jalan, membuat jalan satu arah bahkan sampai buat jalur memutar padahal cuma mau ke rumah tetangga yang dekat lima langkah dari rumah. Tetapi, macet itu bukannya musnah justru berpindah tempat. Heran nggak? Sama, aku juga jadi herman. Hmm. Konspirasi macam apa ini?

Apakah pemerintah membuat konspirasi supaya misteri ini tidak dapat terpecahkan? Atau pengendaranya yang membuat konspirasi supaya pemerintah kebingungan? Memang, sulit sekali.

Seandainya, kemacetan ini disebabkan oleh aturan lalu lintas. Di mana salahnya? Apakah aturannya kurang tegas? Bukankah sejak dahulu kala aturan lalu lintas itu mutlak kalau merah berhenti dan hijau jalan? Bukankah rambu lalu lintas sudah dicantumkan di buku pelajaran dan mainan kartu gambar? Bukankah rambu lalu lintas maknanya juga sama? Lalu apa yang salah dengan aturan lalu lintas? Hm, atau aturan lalu lintas memang sengaja dibuat untuk menyebabkan macet di jalan supaya orang-orang jengkel dan semakin sedikit orang yang menggunakan kendaraan bermotor? Boleh jadi.

Seandainya, kemacetan ini disebabkan oleh pemerintah daerah. Di mana salahnya? Bukankah pemerintah membuat jalanan lebar supaya kemacetan tidak semakin panjang? Bukankah pemerintah membuat jalur satu arah supaya meminimalisir kecelakaan dan kemacetan? Bukankah pemerintah membuat taman di tengah jalan sebagai penunjuk jalur? Hm, atau mungkin pemerintah sengaja memusatkan kemacetan pada satu titik saja agar tidak ada kemacetan di titik lain? Boleh jadi.

Seandainya, kemacetan ini disebabkan oleh kendaraannya. Di mana salahnya? Bukankah memang benar yang terjebak macet itu adalah kendaraan? Bukankah kendaraan bisa diatur untuk menghindari kemacetan? Kalau memang kendaraan, yang mana biang keroknya? Mobil atau motor? Atau mungkin becak dan delman? Tetapi, zaman dahulu orang-orang naik becak dan delman memangnya terdengar bunyi klakson tantantintin di mana-mana? Jadi, yang mana penyebab utamanya? Motor atau mobil?

Seandainya, kemacetan ini disebabkan oleh pengendara. Di mana salahnya? Bukankah pengendara sudah memahami rambu lalu lintas dan mematuhi segala aturannya? Bukankah pengendara sudah memiliki surat izin mengemudi sebelum terjun langsung mengemudi ke jalanan? Hm, atau mungkin sebagian besar pengemudi tidak memiliki kesadaran dan menggunakan jalanan seenaknya sendiri sehingga menyebabkan kemacetan? Boleh jadi.

Jadi, konspirasi yang mana sebenarnya yang menjadi biang kemacetan? 

Kalau menurutku, biang kerok kemacetan ada pada pengendara yang nggak patuh lalu lintas dan pejalan kaki yang sembarangan. Manusia yang mengendarai kendaraan bermotor itu ada banyak dan bermacam-macam isi kepalanya. Ada yang patuh, ada juga yang bandel. Nah, problem utamanya ada pada si pengendara yang nggak patuh terhadap lalu lintas yang telah diatur oleh pemerintah. 

Pengendara mana yang salah? Motor atau mobil? Berdasarkan analisaku, yang salah adalah dua-duanya. Sebab, pengendara yang nggak mematuhi aturan lalu lintas itu benar-benar biang kerok kemacetan. Contohnya, pengendara motor yang hobi menyalip atau menerobos rambu lalu lintas, ia akan membuat kendaraan di belakangnya atau kendaraan yang berpapasan dengannya menginjak rem mendadak. Semula berjalan dengan kecepatan konstan, kendaraan-kendaraan itu harus memperlambat lajunya karena takut menabrak si tukang salip ini. Akibatnya, kendaraan di belakangnya pun harus memperlambat lajunya juga. Kebayang nggak kalau hal ini berlangsung pada antrian kendaraan yang panjang, jelas itu akan menyebabkan sebuah kemacetan.

Contoh yang lainnya, jika pengendara mobil menggunakan mobil nggak sesuai anjuran pemakaian. Misalnya, dia hanya sendiri tapi menggunakan mobil untuk berkendara padahal idealnya mobil itu dibuat setidaknya untuk dua sampai enam orang. Jika semua mobil hanya diisi oleh satu orang, lalu ada sepuluh orang yang menggunakan mobil berbeda, maka antrean mobil akan panjang ke belakang. Sedangkan, jika mereka menggunakan motor atau kendaraan umum yang dapat menampung penumpang sampai delapan orang atau lebih dalam satu mobil, maka jalanan pun nggak akan sesak dan meminimalisir kemacetan.

Sedangkan pejalan kaki yang sembarangan juga sama menyebalkannya seperti pengendara motor yang hobi menyalip kendaraan lain. Hal ini membuat para pengendara motor dan mobil harus mengerem kendaraannya supaya nggak menabrak orang ini. Biasanya, alasannya menyeberang sembarangan karena nggak mau jalan ke zebra cross atau jalan sambil main gadget.

Baca juga dampak negatif gadget: Gadget Mania

Menurutku, kesimpulan dari konspirasi kemacetan ini adalah pengendara dan pejalan kaki yang nggak bijak dalam berkendara dan menaati rambu lalu lintas. Jadi, upaya untuk meminimalisir kemacetan adalah berkendaralah dengan bijak dan sesuai dengan aturan. Kalau menurutmu, konspirasi apa yang menyebabkan kemacetan di jalan?

Have a nice day,


Michiko ♡

Picture source on Pinterest