22 Februari 2017

Hari Menetas Momo

Coba tebak, hari ini aku mau menulis apa? Eh harusnya sudah bisa ketebak ya, aku mau membuat kado abadi untuk seseorang yang berulang tahun pada tanggal 22 Februari. Siapa tuh? Orangnya ada di postingan yang sebelumnya lho. ( Dia ada di postingan Surat Kecil Untuk Lord )

Ciri khas orang yang berulang tahun adalah matahari mini alias si rambut pirang. Rambutnya yang berwarna cerah kayak matahari kalau terkena sinarnya, jadi oranye bagai lembayung senja gitu. Dia  ini adalah teman kampusku, teman sekelasku dan teman sebangkuku. Perempuan ini adalah manusia yang paling cuek dan dingin juga. Pendiam dan menanggapi obrolan seadanya aja. Akan tetapi, selama berteman dengan dia nyambung aja sih dan sekarang dia sedang berulang tahun.

Balon online untuk Momo

Pertama kali bertemu dengannya adalah saat kami masih maba alias mahasiswa baru. Kami masih terasa asing dengan lingkungan kampus sehingga saat mau bertemu dosen doang harus janjian dulu biar datangnya ramai-ramai. Maklum masih awam, takut dilabrak kating. 

Aku kenal lewat grup chat LINE karena dia ini kalau lewat chat rusuh abis, sama sih aku juga. Kami berdiskusi tuh mau pergi ke kampus bareng dengan janjian di tengah jalan, kami sama-sama anak kos yang belum tahu lingkungan sekitar. Mencari titik untuk bertemu tetapi dua-duanya nggak paham arah. Setelah panjang berdiskusi, grup chat terasa seperti chat privat, hasil keputusannya adalah kita bertemu di kampus saja hahahaha. Emang ini freak banget sih asli. Sudah berisikin notifikasi grup, ujungnya malah ketemu di kampus.

Nah, saat hari H itu kami bertemu di depan rektorat. Dia sedang duduk termenung menunggu pujaan hatinya. Nggak deng, dia bilang itu temannya. Kemudian dia menyuruh aku duluan. Tetapi aku kan takut ya, nggak tahu jalan gitu. Aku pun menunggui dia saja dan temannya itu. Lagipula dia juga sendirian daripada melamun mendingan mengobrol sama aku.

Setelah beberapa lama menunggu, temannya pun datang. Eh cowok ternyata, pujaan hatinya kali ya. Uhuk. Kami pun naik ke lantai tiga dan pergi menemui dosen. Setelah meminta tanda tangan, kami duduk di sofa yang terletak di lobi lantai tiga dan mengobrol sebentar, kenalan gitu deh.

Pertama kali masuk kelas, dia ini duduk di bangku paling depan dan pojok kanan. Sendirian. Aku duduk saja di sebelahnya, mengisi ruangan yang kosong karena kalau di sekolah semua kursi pasti terisi penuh. Ternyata, kursinya sisa banyak banget dan baris depan selalu kosong dan hanya diisi oleh kami berdua. Sejak sering duduk bersebelahan, kami jadi lebih dekat dan mengenal lebih jauh satu sama lain. Kami juga sering pulang jalan kaki bersama kalau kelas selesai pukul 8 malam, berhubung kos kami searah. Sebelum pulang biasanya mampir di tukang nasi goreng depan kampus, kami sebut nasi goreng legend. Kami lebih mudah akrab sih, soalnya nasibnya sama, sama-sama anak kos yang budgetnya tipis. Hiks sedih banget.

Lama kelamaan, kami makin dekat. Kami sering cari makan bersama juga di sekitar kos atau kampus. Kadang-kadang kalau waktunya pulang kampung kami juga pulang bareng naik bis karena searah. Selain itu, kami jadi sering curhat masa-masa semester satu saat masih polos, ngobrol ngalor ngidul nggak jelas. 

Momo ini orang yang pintar berbahasa. Bahasa Inggris dan Bahasa Jepangnya mantap. Dia juga rival akademik aku sih, patokan saja biar aku semangat untuk kuliah. Kami beda latar belakang, semasa SMA dia mengambil jurusan bahasa sedangkan aku mengambil jurusan IPA. Kadang, aku juga suka banyak bertanya sih kalau nggak paham tentang sesuatu ke dia. Dia juga nggak pelit ilmu sih soal bahasa Jepang. Jadi, kalau ada materi yang nggak aku pahami, aku biasanya tanya dengan dia.

Soal sifat dan sikapnya selama aku mengenalnya, mau tahu yang jelek dulu apa yang baik dulu? Mau yang awalnya manis, tetapi berujung pahit? Atau mau yang awalnya pahit, tetapi berujung manis? 

Momo ini orang yang baik. Walaupun dia anak kos, dia selalu ingin traktir orang yang makan bersamanya tetapi tahu diri saja woy masa anak kos mau dipalak. Momo juga orang yang dewasa, pemikirannya terbuka dan suka melihat suatu fenomena dari segala sisi. Saat aku mulai menyerah dan terpuruk dalam hidup, dia selalu memberikan solusi yang oke banget. Dia cukup dewasa untuk menghadapi aku yang cover-nya kekanak-kanakan. 

Orangnya juga pengertian, makanya aku suka curhat dengannya karena karena dia merupakan pendengar yang baik. Kalau aku sedang galau karena si doi atau karena masalah pribadi, dia mengerti apa yang aku rasakan. Asik. Dia juga suka menolong. Kalau aku sedang ada dalam kesulitan, seperti dompet ketinggalan atau sedang menghadapi kebingungan yang melanda dalam belajar, dia akan membantuku buat talangi makan atau belanjaan. Dia juga orang yang perhatian. Ketika aku sakit, dia bisa saja datang ke kosku dan membawakan obat untukku. So sweet ya.

Namun, nggak ada orang yang sempurna di dunia ini. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan yang seimbang, termasuk Momo. Dia juga memiliki kekurangan. 

Momo ini orangnya jutek dan cuek, kalau melihat dia sebagai orang yang nggak pernah kenal sih bawaannya takut aja mendekati dia soalnya terasa dingin banget dan jutek. Aku pun pertama kali takut dengan dia. Dia pendiam dan gengsi untuk mengajak orang lain berkenalan duluan, makanya kelihatan seram. Cuma don't judge a book by its cover, setelah berkenalan juga nanti tahu sifat aslinya seperti apa.

Dia galak dan sentimental, dia orangnya sensitif banget. Ada yang salah sedikit nanti dia merasa bersalah dan banyak minta maaf. Kalau dengan laki-laki biasanya dia bersikap tegas dan galak sih. 

Selain itu dia tertutup dan perfeksionis, hal yang paling menyebalkan darinya. Ketika aku mengajaknya berbicara, dia malah melamun entah apa yang ia pikirkan. Mungkin, karena ada masalah tersembunyi yang ia pikirkan dan gak mau menceritakannya padaku. Suatu ketika, dia sedang gelisah galau merana dan aku nggak tahu penyebabnya. Kemudian, dia badmood seharian dan mengasingkan diri dari keramaian termasuk memisahkan diri dari aku dan merasa tidak ada yang peduli padanya. Padahal, dari jauh aku bertanya-tanya, dia kenapa tiba-tiba seperti itu bukannya bercerita padaku? Tetapi, aku biarkan saja dia sendiri dulu, mungkin dia butuh waktu untuk sendiri. Dia juga bakal kepikiran kalau nilainya kurang sedikit dari kata sempurna. Ketika aku melihat lembar jawabannya, angka yang tertulis adalah 98 dari 100. Please, it's almost perfect and better than me.

Walaupun begitu, dia termasuk orang yang aku sayangi. Ia mampu mengembalikan kepercayaanku yang sempat sirna dan tak mau lagi membuka hati untuk orang lain. Banyak perbedaan di antara kami seperti ras, suku, bangsa, agama, tetapi itulah kegunaannya kami berteman, yaitu untuk saling melengkapi. Inilah contohnya Bhineka Tunggal Ika.

Hari ini adalah hari di mana ia menetas. Nggak banyak sih yang bisa aku berikan untuknya. Kado bentuk fisik pun cuma bisa aku berikan kalau ada duit lebih, maklum ya anak kos gini tipis banget kantongnya. Jadi, aku akan mendoakan dia dulu saja. 

Teruntuk Momo.
Selamat hari menetas. Tuhan memberkatimu. Semoga semua angan dan cita-citamu tercapai. Mudah-mudahan diberi umur yang panjang, sehat selalu, selalu bahagia dan sejahtera dalam hidupnya, bisa merelakan doi bahagia bersamanya. 

Sudahlah segitu aja, mungkin suatu saat nanti kalau dia ulang tahun lagi, dia harus datang ke postingan ini untuk mengenang dan membaca doaku untuknya lagi! Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu. 

Have a nice day,


Michiko ♡

Photo by Morgan Lane on Unsplash

Tidak ada komentar:

Posting Komentar