23 Juli 2016

Roleplayer World: Dunia Pelarian Para Manusia Alay

10:09 AM 21 Comments
Hello, guys!

Seperti judulnya, aku akan membahas tentang roleplayer. Banyak orang kadang-kadang ngomongin dunia roleplayer ini. Nggak jarang juga banyak yang bertanya, apa itu roleplayer? Banyak banget yang penasaran tentang roleplayer dan cara untuk bisa menjadi seorang roleplayer. Sebelum masuk ke pembahasan, kenali dulu apa itu roleplayer biar paham. 

Apa itu roleplayer?

Roleplayer berasal dari dua kata, yaitu role dan play. Role artinya peran, play artinya bermain. Jadi, roleplay adalah bermain peran dan roleplayer adalah pemain peran. Maksudnya bukan bermain opera kayak OVJ ya. Bermain peran di sini maksudnya adalah memerankan seseorang, bisa berupa manusia atau karakter. Intinya, kita berperan "berpura-pura" menjadi idola. 

Biar singkat, aku sebut roleplayer ini sebagai RP gitu ya. Istilahnya gini, misalnya aku punya idola seorang artis, sebutlah Chou Tzuyu. Kemudian, aku membuat sebuah akun di media sosial yang identitasnya menggunakan identitas Tzuyu, dari mulai nama, tanggal lahir, pekerjaan, dan lain-lain. Kemudian, aku nggak mungkin diamkan akun itu aja, kan? Ya iyalah, ngapain juga bikin akun kalau nggak dimainkan. Nah, untuk memainkan akun itu, maka kita harus berperan sebagai orang yang memiliki identitas itu. Otomatis kita harus berperan seperti artis itu sendiri dan nggak boleh mengungkap identitas asli apalagi sampai show up tentang diri sendiri. Emang situ siapa?

Apa itu roleplayer world?

Roleplayer world adalah dunianya para manusia alay. Nggak deng, canda. Itu cuma clickbait aja buat mancing, biasanya yang ngamuk duluan berarti belum baca isinya. Sebenarnya aku kasih judul itu karena isi roleplayer world kebanyakan RP artis Korea yang mana pemerannya pasti adalah KPOPers yang notabene biasa disebut "alay" oleh para normies. Mungkin alasannya karena sering teriak-teriak sendiri kalau lihat bias dan kebanyakan halu, kayak aku. 

Roleplayer world itu adalah dunianya para roleplayer. Maksud dari dunia ini adalah semacam komunitas para RP dari seluruh platform media sosial. Intinya semacam persatuan roleplayer seluruh dunia. Biar singkat, aku sebut RPW ya. RPW ini adalah istilah untuk menyatukan seluruh RP di segala penjuru dunia (lokal dan internasional) dan seluruh platform media sosial (Facebook, Twitter, WhatsApp, Blackberry Messenger, Telegram, dll.). Kalau kamu bermain RP berarti kamu adalah anggota RPW.

Baca juga media sosial yang gulung tikar: Media sosial pensiun: WHO IS NEXT?

Bonus foto cogan

Pengalaman Bermain RP

Aku sendiri juga bermain RP sejak tahun 2011 sampai sekarang. Pertama kali aku bergabung di RPW, aku gabung di Facebook pada awal tahun 2011. Alasannya karena sering fantalk dengan para RP. Jadi, aku penasaran bagaimana rasanya berperan menjadi seorang artis. Sekalian, exposure gratis biar dicari fans, walaupun yang dicari adalah idolanya bukan aku ahahahahahaha. Kemudian, pada pertengahan tahun 2012 aku hijrah ke Twitter dan bermain RP di sana. Akunku banyak, nggak perlu disebut lah ya, nanti kepo.

Cukup lama juga aku hidup di RPW. Pastinya banyak banget pengalaman yang aku dapatkan selama berada di RPW. Tentu saja, zaman aku pertama kali bergabung di RPW dan sekarang itu jauh berbeda. Oleh karena itu, aku berniat menulis ini untuk membandingkan RPW zaman dulu dan RPW yang sekarang. Nah loh, mampus.

Perbandingan Roleplayer Dulu dan Sekarang

Perbandingan Roleplayer Facebook Dulu dan Sekarang

Awal join RP Facebook

Awal 2011, aku join RP Facebook. Aku bergabung dengan grup yang cukup terkenal, yaitu Korean Celebrities Roleplayer and KPOP Fans International yang biasa disingkat KCR. Di grup ini harus berinteraksi memakai bahasa Inggris. Banyak akun personal para fanboy atau fangirl yang bergabung juga di grup ini, berbaur dengan RP. Biasanya, RP dan akun personal mengobrol seperti dengan teman sendiri atau berbagi fansign (semacam afeksi dari idola untuk fansnya). 

Sekarang, grup itu diisi dengan akun roleplayer yang menurutku "alay" karena display name mereka nggak menunjukkan nama artisnya sama sekali. Kebanyakan dari mereka juga anti dengan RP dari Indonesia. Privasi grup yang semula terbuka untuk semua, diubah menjadi grup rahasia sehingga hanya yang diundang ke sana yang bisa masuk. Sekarang, akun personal nggak boleh ada di sana. Kalau mereka kelihatan berkeliaran di grup itu, langsung dikeluarkan. Padahal, salah satu tugas RP sebenarnya adalah memberikan afeksi kepada fans seorang idola yang diperankannya. Kalau hanya berbaur sesama RP saja sih, menurutku itu cuma sekumpulan komunitas nongkrong doang. Akibatnya, aku sekarang malas banget buat berbaur dengan RP sekarang karena banyak RP yang nggak profesional pada membuka identitas asli si pemilik akunnya bahkan memanggil nama asli mun-nya [read: orang yang memainkan akun RP], bukan nama idola yang diperankannya.

Indonesia's Celebrities Roleplayer

Ini adalah grup yang paling legend bagi para Indonesian RPs. Semenjak banyak anti dari RP Internasional terhadap RP Indonesia, grup ini selalu rame. Rame banget! Notifikasi dari grup ini pun selalu muncul tiap detik. Grup ini juga punya banyak cabang:

ICR BASH (ICRB): Tempat buat ribut, berantem, ngamuk, anjing-anjingan, asu-asuan, dan cari sensasi. Dulu grup ini hanya beranggotakan dua ribu anggota. Itu pun isinya seru banget apalagi kalau ada yang dilabrak, panas panas kayak tahu bulat. Kemudian, ICRB pindah lapak kalau nggak salah karena akun admin hilang kena disable semua dan anggotanya mencapai puluhan ribu. Semenjak bermunculan RP yang sok famous, ICRB jadi nggak asyik lagi.

ICR galau+frontal (ICRGF): Tempat buat spam, galau, nangis, merana, pokoknya pada mengenaskan yang ada di sini. ICRGF ini dulu tempat aku mangkal. Suatu hari grup ini di-hacked dan pindah lapak lagi. Sama seperti grup ICRB yang lama, grup ICRGF yang lama pun nggak ada adminnya karena akun yang hack kena disable. Grup ini masih hidup sampai sekarang, walaupun nggak seramai dulu. Kalau main ke grup ini jangan terlalu berharap untuk dikomen, karena memang tempat untuk spam dan sambat aja. Lucunya, aturan terbaru di grup ini sekarang dilarang pacaran, mungkin efek demo para jombs.

ICR Yadong (ICRY): Tempat mesum dan pencabulan dede polos (apa ini), perenggut kepolosan, pokoknya 18+ area. Aku nggak pernah gabung ke sini sih karena awal gabung RPW, aku belum cukup umur dan nggak mau tambah dosa. Penghuninya sering banget koar-koar di grup ICR yang lain, katanya grup ini berkali-kali hilang karena dilaporkan ke pihak Facebook, mungkin karena isinya pornografi juga. 

ICR Share Your Real Photo: Tempat untuk membuka identitas asli, mengumbar foto mun. Ini cabang ICR yang paling baru karena sejarahnya dahulu di ICR pusat banyak banget RP yang kirim foto mun. Supaya nggak menimbulkan kontroversi, maka dibuatlah grup ini. Nggak jarang sih banyak faker juga di sini, mempublikasikan foto orang lain, entah apa tujuannya. Sekarang isinya minta uname IG, pin bbm, nomor wa, dan sebagainya.

Kita balik lagi bahas grup induk, ICR Pusat. Sama seperti KCR nasibnya, bermunculan RP yang sok famous. Ukuran famous di ICR Pusat itu mungkin karena orangnya rusuh dan banyak banget yang komentar di postingannya. Kemudian, kebanyakan yang umbar identitas asli juga dan memanggil nama mun kalau berinteraksi. Esensi bermain RP jadi beda dan nggak kayak dulu lagi. Sekarang, grupnya sepi, lebih mirip grup mati sih karena cuma ada beberapa orang yang masih berkeliaran di sini bahkan bisa dihitung jari. Postingan seminggu yang lalu pun, posisinya bisa paling atas.

Fanservice

Tujuan main RP adalah menjadi artis khayalan, berlagak seperti artis yang sebenarnya. Salah satu tugasnya adalah memanjakan para fans, mengayominya dan memberikan afeksi dalam bentuk sapaan, foto-foto, interaksi, minta dukungan fans supaya dukung kegiatan artisnya, atau fantalk
Sekarang, entah mengapa RP jadi anti dengan akun fans. Jangankan menyapa fans atau melakukan fantalk, buat konfirmasi permintaan teman saja gak mau. Justru, malah lebih sering memberikan fanservice ke sesama RP. Coba bayangkan. Tiffany meminta fanservice kepada Taeyeon. Hah? Bingung nggak tuh.

Wall to wall

Pengguna akun facebook yang lama pasti mengerti istilah ini karena dulu profil facebook berupa dinding atau wall. Dulu, kita menulis pesan di dindingnya untuk mengobrol atau menyapa. Begitu juga RP Facebook berinteraksi, jadi mereka menyebutnya wall to wall karena kalau mengobrol pasti lewat wall bukan lewat private message (RP Facebook biasa menyingkatnya jadi PM). PM biasanya dipakai buat mengobrol yang penting saja. Dulu, orang pacaran aja malah ngobrolnya wall to wall juga. Jadi, waktu mereka sedang sayang-sayangan, rakyat TL cuma bisa menonton. Kasihan banget yang jomblo.
Semenjak profil Facebook berubah jadi timeline dan bentuknya yang terkesan ribet, anak RP sekarang lebih memilih mengobrol melalui private message. Bahkan, nggak jarang juga ada RP yang lock profile-nya supaya nggak ada yang ajak wall to wall/timeline to timeline.

Disable Account

Kebijakan Facebook ini muncul sekitar tahun 2012-2013an. Pertama kali bergabung, nggak ada yang namanya disable akun atau akun dinonaktifkan oleh pihak Facebook. Disable ini biasanya dimulai dengan check point. Check point itu banyak jenisnya, ada check point foto, nanti kita harus pilih nama facebook teman kita dan menebak itu foto milik siapa, kalau temannya ribuan sih pasti sulit banget. Ada juga check point ID, kita harus upload foto identitas alias KTP yang nama, tanggal lahir, kota, dan job sama persis dengan identitas akun. Anak RP mana punya KTP idolanya? Karena kebijakan inilah, Om Mark dicintai seluruh anak RP. 

RP Yadong Facebook

Sejak tahun 2014-2015an, mulai ada RP pornstar, contohnya kayak Maria Ozawa. Aturannya, RP pornstar nggak boleh keluar dari kandangnya, yaitu ICRY. Namun, entah apa yang terjadi, RP pornstar itu sempat berkeliaran di grup umum dengan foto profil yang nggak senonoh. Padahal, di grup itu pasti masih banyak anak RP yang masih di bawah umur. Alangkah lucunya RPW zaman sekarang. 

Nama-nama alay bayi RP Facebook

Dulu, nama akun RP di Facebook normal sesuai dengan karakter yang diperankan, misalnya RP Park Jiyeon nanti display name-nya nggak akan jauh dari nama artisnya misal Jiyeon Park, Park Jiyeon Maknae, Jiyeon T-Ara, dan semacamnya. Untuk nama alay zaman dulu sih, paling menambahkan marga di belakang namanya seperti Bengbeng, Chilvaris, Frontal, Polarfuchs yang ditulis di belakang nama asli artisnya jadi Krystal Jung Bengbeng, Leader Suho Chilvaris, Eunji Polarfuchs.

Sekarang, nama akun RP di Facebook aneh-aneh. Ada yang alay, ada yang panjang kayak kereta api, ada yang plesetan, ada juga yang nggak mencerminkan artis yang diperankan. Contohnya, Exo-k'sleader Suholangkaya Chuyungsmuah-member'muach, kontyeol, dan sebagainya. Ada juga yang menggunakan display name huruf China yang dibuat sendiri, saat dibuka profilenya nggak ada informasi tentang identitas artis yang diperankan. RPW masa kini semakin nggak jelas menurutku.

Perbandingan Roleplayer Twitter Dulu dan Sekarang

Roleplayer Agency Twitter

Pertengahan tahun 2012, RP Twitter mulai diperkenalkan. Awalnya, RP di Twitter bergabung melalui agensi. Agensi biasanya punya peraturan, anggotanya nggak boleh memerankan artis yang sama. Jadi, harus di-booking lebih dulu dan booking melalui DM pakai akun personal karena aturannya satu anggota cuma boleh bergabung dengan satu akun. Agensi juga meminta anggotanya menggunakan username yang ada kode agensinya, misalnya WLK_Krystal94, RP_Seohyun91, Apple_Sandara85, dan lain-lain. Kemudian, lama-kelamaan, RP Twitter pun malas untuk cari agensi. Jadi, biasanya kalau mereka nggak punya agensi pasti di bio Twitter bakalan ditulis "Roleplayer without agency". 

Setelah RP Twitter menjamur, sekarang kebanyakan RP twitter pada lepas dari agensi dan solo player. Agensi masih ada sih, tetapi nggak seribet dulu kalau mau gabung. Agensi juga sekarang jadi macam-macam jenisnya, ada yang fix username, free username, sistem poin, dan sebagainya. Sekarang, RP Twitter lebih sering mencari agensi free username, mungkin karena username yang dia punya adalah lucky username.

Nick dan no-nick RP

RP Nick adalah RP yang membuat nama panggilan sendiri. Ada yang membuat dari nama asli artisnya, ada juga nama yang dibuat jauh dari nama artisnya. Biasanya, kalau nickname jauh dari nama artisnya, itu berfungsi sebagai ID aja biar gampang dicari. Menurutku, RP Nick lebih banyak membahas hal yang out of character dan nggak bersinggungan dengan artis aslinya, walaupun nggak semua RP Nick begitu. Lebih mirip kelompok orang nongkrong saja sih. Biasanya, mereka yang memakai nickname yang jauh dari nama artisnya punya circle sesama RP Nick juga. Kadang, nggak mudah mengenali artis yang dia perankan hanya karena lihat nickname-nya. Contohnya, nickname Pahun, Dobil, Fanol, dan sebagainya, kalian tahu nggak mereka memerankan siapa? RP Nick ini bisa dibilang pendatang baru, mungkin tahun 2013 atau 2014an. Sebab, pertama kali aku bergabung RP Twitter, aku nggak pernah melihat RP nick. Sekarang, nickname nggak cuma dipasang di di DN saja, tapi dipasang di username juga. Aneh-aneh aja deh. 

Sedangkan, RP no-nick adalah mereka yang nggak membuat nama panggilan. Jadi, display name akun mereka cuma nama artisnya aja, misalnya Hanbin, T.O.P, dan Choi Minho. Biasanya, RP no-nick adalah jenis RP yang semi-less OOC atau less OOC, mereka lebih sering membahas kegiatan artis yang mereka perankan. Topik dua jenis RP ini berbeda seratus delapan puluh derajat. Makanya, nggak jarang RP no-nick jarang bergaul dengan RP nick karena perbedaan topik yang mereka bawa, mungkin. 

Bot dan autoupdate Twitter

Dulu, sebelum muncul teknologi bot, RP interaksi aja seperti biasa. Semenjak kemunculan bot, RP jadi sering memasang bot dan tweetnya menyampah padahal nggak sedang on. Sebenarnya, itu agak mengganggu penduduk TL karena sering kena zonk membalas tweet bot mereka. Ada juga yang memasang auto-update artis supaya nggak perlu cari info tentang artis yang diperankannya dan melakukannya dengan manual. Padahal, kalau begitu apa dia bakal tahu kegiatan artis yang diperankannya? Ada juga yang memasang bot untuk merepost ulang tweet dari base. Itu sih menyampah banget di TL orang lain.

Selective Following

Dulu, nggak ada istilah ini karena semua RP berbaur dari berbagai agensi, kecuali yang closed agency karena mereka nggak boleh interaksi dengan orang di luar agensinya. Namun, sekarang muncul istilah selective follow yang dilatarbelakangi oleh hadirnya RP bot dan up followers. RP bot dan up-followers ini biasanya jarang aktif dan kerjaannya hanya mencari followers tetapi nggak berinteraksi dengan following-nya. Oleh karena itu, RP yang selective follow biasanya ogah buat follow RP jenis ini dan mencari akun yang benar-benar aktif dan mau berinteraksi.

RP Yadong Twitter 

RP Yadong di twitter agak berbahaya. Twitter adalah plaform media sosial yang aktivitasnya bebas dilihat siapa saja sehingga aktivitas RPY biasanya menjadi konsumsi publik. Ada beberapa base Yadong di sana dan timelinenya adalah area untuk 18+ sebagai konten untuk para RPY. Anak yang masih di bawah umur harus lebih hati-hati kalau bergabung di RP Twitter. Untung ada show and hide sensitive media jadi bisa aman dari hal kayak begitu. 

Dulu, ada aturan kalau retweet gif atau foto 18+ hanya dilakukan setelah jam 10 malam untuk menghindari anak di bawah umur melihatnya. Namun, lama kelamaan, RPY nggak tahu waktu untuk retweet hal 18+ bahkan RP yang nggak bertagar NSFW saja sering melakukannya. Padahal banyak banget anak RP yang masih di bawah umur. RPY juga agak mengerikan sih, sebab ada penjahat kelamin atau om-om bergabung di RPY hanya untuk memburu yang enak-enak (you know what I mean).

Perbandingan Roleplayer Dulu dan Sekarang Secara Umum

Setelah memberikan testimoni perbandingan antara RP dahulu dan RP sekarang di kedua platform media sosial, aku mau membandingkan secara umum.

Imagine dan Plot

Imagine adalah ciri khas RP zaman dulu. Sekarang juga masih ada sih, tetapi nggak sesering zaman dulu. Dulu, hampir semua anak RP bisa imagine ringan karena cuma membayangkan ekspresi atau aksi yang biasa aja. Sedangkan sekarang, ada beberapa RP yang nggak bisa imagine karena syarat imagine yang sekarang agak berat soalnya harus ada alurnya dan menuntut detail. 

Seperti artinya, imagine ini adalah berkhayal. Seolah kita itu sedang melakukan aksi dengan tulisan. Biasanya diawali dengan # atau *(...)* atau kadang -(...)-, sekarang lebih sering pakai tanda /(...)/. Jadi, terkesan seperti aksi di dunia nyata. Begini contohnya:
👧: Ayo jalan-jalan! *tarik tangannya*
👦: Mau jalan ke mana? Malas ih. *ikutin tarikannya malas*
👧: Kita main ke taman, jalan-jalan sore. :( *ayun-ayun tangannya*
👦: Iya deh iya, ayo ke taman. *genggam tangannya* *jalan tuntun ke taman*
👧: *lihat kanan kiri* Ih mau ituuuu~ *tunjuk tukang permen kapas*
👦: *lihatin arah telunjuknya* ah, gak ada duit buat belinya.
👧: ih aku mau ituuuuuu~ beliin ;~; *manyun*
👦: Jangan manyun gitu ah jelek. *cubit pipinya* Bentar lihat uang dulu. *ambil dompet*
👧: ada uangnya gak? *lihatin*
👦: ada. Bentar ya. *acakin rambutnya* *beliin permen kapas* *kasih permen kapasnya* Nih.
👧: asiiiiiikkk!!! *ambil permen kapas* Makasih yaaaa~ *makan permen kapasnya*
👦: sama-sama. *makan permen kapasnya di sisi yang lain*
👧: Ih! o.o *stuck* 
👦: Kenapa? *lihatin wajahnya yang cengo*
👧: *pukul bahunya* Nanti kalau kena bibir gimana? >///< 
👦: *ketawa* hahahahaha, kalau kena bibir ya aku cium. *meletin*
👧: mesum woooo! *sentil jidatnya*
👦: aduh sakit! *elus jidat sendiri* minta maaf sama jidat. *bungkuk kasih liat jidat*
👧: maaf ya jidat. *elus jidatnya*
👦: *tunjuk jidat* cium.
👧: muah. *kecup jidatnya*
-the end- 
Kurang lebih begitu lah ya, nggak usah dilanjutin lagi. Nanti yang jomblo pengen. 

Sekarang ada istilah baru, drama dan plot. Kalau drama itu mirip imagine di atas tapi ada alurnya jadi ada latar tempat dan waktu. Biasanya pakai bahasa formal aku dan kau, suka Dancow. Nggak deng. Kalau plot atau para-drama itu semacam bikin cerpen tapi dua author gitu. Bisa pakai sudut pandang satu atau tiga. Contohnya yang sudut pandang satu:
👧: Aku melihatnya terdiam sambil menundukkan kepala. Raut wajahnya tampak sedih. Hatiku tak sanggup melihat wajahnya yang suram. Aku hampiri ia yang sedang duduk seorang diri dan aku tepuk bahunya pelan. "Hey, kau tampak sedih. Apa yang terjadi?" tanyaku. 
👦: Aku memikirkannya lagi, terus menerus. Ia terus menghantui dan membayangiku. Semakin larut pikiranku. Namun, seketika semua hilang ketika ada suara lembut bertanya kepadaku. Aku mengangkat wajahku, menoleh padanya dan berusaha menyunggingkan senyum di hadapannya. "Hanya ada sedikit masalah, beri aku waktu untuk memikirkannya," ucapku hati-hati agar tidak menyakiti hatinya.

Seperti itu lah, memang seru tapi terkesan kaku. RP sekarang sulit diajak imagine, jatuhnya nanti malah drama. Setiap diajak imagine, yang awalnya mengobrol dengan bahasa gue-lu atau aku-kamu, berubah menjadi aku-kau. Malah ada yang nggak bisa diajak imagine, jadi dia nggak balas perlakuan kita. Sekarang main RP kayak SMS-an biasa, nothing special

Sunbae-hoobae atau senior-junior RPW

Senior-junior di sini bukan yang main RP paling lama siapa. Akan tetapi, ini adalah hubungan senior-junior artis yang diperankan. Dulu semua RP mau yang tua atau muda, pasti berbaur nggak peduli umurnya karakter yang diperankannya yang penting ngobrol. Sekarang, umur itu jadi patokan untuk berinteraksi sesama RP. Artis yang baru debut harus hormat dengan seniornya, menggunakan bahasa baku, intinya tunduk banget lah. Padahal RPW itu kan ajang mencari kawan juga. Sopan sih sopan saja tapi jangan sampai gila hormat. 

Family

Dulu, cari keluarga di RPW itu gampang. Caranya, kita selalu ada dan peduli pada sesama. Nggak perlu pakai istilah verif as family lah, semua juga bisa jadi keluarga. Namun, seiring berjalannya waktu, RP makin menjamur, pemikiran pun semakin banyak. Keluarga di RPW jadi terasa nggak seperti keluarga. Ada istilah verif jadi ibu, ayah, kakak, adik, tetapi mereka nggak ada ketika sedang dibutuhkan. Susah cari family yang benar-benar seperti keluarga sendiri.

Hiatus dan leave

Dulu, kalau hiatus pasti yang kenal dan sering mengobrol bakalan dispam lewat chat atau wall, berharap supaya balik karena RP zaman dulu punya prinsip "gak ada lo gak rame". Apalagi kalau mau leave, kebanyakan mencegah. Ada yang tanya cara hapus akun, pasti ada yang komen jangan dikasih tahu dan memang benar nggak ada yang kasih tahu. Kalau ada yang mau memberi akun, ada yang cegah dan nggak bakal ada orang yang komen mau terima akun itu.

Sekarang? Jangan berharap ketinggian deh. Orang yang hiatus aja dibiarkan dan malah mencari yang lain. Nanti waktu balik, mereka lupa kita siapa. Ketika ada yang bilang mau leave juga, seolah nggak ada yang peduli. Tanpa tanya alasannya, mereka hanya bilang, "take care". Waktu ada yang mau menyumbangkan akun juga, pasti balasan penuh dengan orang yang mengemis akun. 

Couple

Couple ini sama halnya dengan pacar di dunia nyata, hanya saja ini virtual boyfriend/girlfriend. Dulu, couple ini datang karena kenyamanan dan ketentraman bersama doi. Nggak ada yang namanya pacaran dengan stranger. Biasanya, pacarannya pun langgeng bisa bertahun-tahun bahkan sampai real life. Sekarang, anak RP sibuk cari couple seolah RPW jadi ajang untuk mencari jodoh. Sudahlah, nggak mengerti aku dengan pemikiran anak RP zaman ini.

LGBT RPW

Lesbian Gay Bisex Transgender juga ada di RP. Kalau transgender di RP sih sudah marak dari zaman dulu juga. Aku juga pernah berpasangan dengan transgender dan sekarang kami bersahabat selama 4 tahun. Transgender di RP bukan hal yang tabu lagi. Kadang ada laki-laki yang gay, tapi ternyata mun-nya satu cewek dan satunya cowok. Dulu ini gak terlalu dipermasalahkan mau bromance, sismance, atau transgender itu hak setiap RP. Dulu, kalau memerankan laki-laki ya tetap memerankannya dengan maskulin walaupun pemainnya perempuan.

Sekarang, ketika satu RP ketahuan transgender pasti langsung dikeroyok massa. Ada juga yang cowok bersifat lebih gemulai daripada cewek, padahal artis yang diperankannya nggak seperti itu. 

Buka lapak RPW

Semenjak akun-akun media sosial sering disable atau ditangguhkan, tengkulak akun bermunculan. Jual beli akun dengan harga tertentu. Kalau akun Facebook biasanya Rp.5000/2 akun. Kalau untuk twitter tergantung dengan jumlah followers, tweet, tahun akun dibuat. Akun dengan followers 3k bisa dijual dengan harga 60k, tergantung banyaknya tweet juga, semakin banyak semakin mahal. Mungkin ini salah satu alasan mengapa RP twitter pakai auto-update dan bot. Ada juga RP yang jual smule vip, joox vip, atau kuota murah. Ya begitulah, sekarang RPW jadi macam-macam rasanya kayak nano nano.

Tulisan ini sepertinya sudah panjang banget sih. Aku akhiri sampai di sini saja. Mungkin kapan-kapan aku bakal kembali membahas tentang dunia pelarian para manusia alay ini lagi. Weits, nggak usah ngamuk!

Have a nice day



Michiko ♡

1 Juli 2016

Aku dan Senja

12:01 PM 0 Comments
Hello!
Aku baru balik nih. Berapa lama nggak nulis? Gara-gara kebanyakan malasnya. Jadi, aku pos di blog semaunya aja hehehe. 

Sekarang ada pembahasan baru nih, gosip terhangat sehangat tahu bulat lima ratusan yang digoreng dadakan gurih nyoy. Ah, jadi pengen tahu bulat. 
Hari ini, aku mau cerita tentang si doi. Kode-kode sedikit lah ya. Hari ini dia ulang tahun. Sebenarnya tulisan ini jadi ajang kode keras gitu deh hahaha. Semoga dia gak baca, mau ditaruh di mana muka aku kalau dia tahu aku bercerita tentang dia? Haduh, malu.

Aku sudah pernah cerita tentang dia sedikit, dia dikisahkan dalam postingan Secret Admirer. Disebutkan bahwa, aku menjadi penggemar rahasianya selama lima tahun. Jadi panggil saja dia Senja karena dia ini sangat tampan di kala senja. Nggak deng, bercanda. Pokoknya, kalau urusan asal-usul nama samaran cuma aku doang yang tahu kisahnya deh, soalnya ini rahasia.

Baca rahasia seorang penggemar rahasia: Secret Admirer


Jadi begini awal mula ceritanya...

HEY AKU DEG-DEGAN.
Ini adalah kisah cintaku di zaman SMP, cinta monyet yang masih bertahan sampai saat ini. 

Aku adalah seorang murid baru di sebuah sekolah Islam terpadu yang cukup dikenal untuk kalangan sekolah yang baru berdiri. Yap, aku merupakan siswa pindahan. Aku masuk ke sekolah ini setelah tiga bulan dimulainya pembelajaran. Di sekolah ini, kelas perempuan dan laki-laki dipisah. Namanya juga sekolah Islam terpadu, harus ada sekat jarak antara perempuan dan laki-laki. 

Nah, dari sini lah dimulainya kisah itu. Kelas perempuan saat semester pertama ada di lantai dua, sedangkan kelas laki-laki ada di lantai satu. Awalnya, kami nggak saling kenal sama sekali. Benar-benar nggak kenal. Jangankan berkenalan, tatap mata atau melihat wajahnya sekali saja sudah malu banget. Semester pertama, aku sama sekali nggak mengenal laki-laki dan banyak sekali desas-desus yang berkata kalau aku ini jutek bin judes. Emang iya sih, soalnya aku memang agak kasar kalau berhadapan dengan laki-laki. Entah kenapa, tapi itu reaksi yang selalu aku berikan kalau berurusan dengan laki-laki.

Semester kedua, kelas perempuan dan kelas laki-laki ditukar. Kelas laki-laki di lantai dua, sedangkan kelas perempuan ada di lantai satu. Dikarenakan kelas perempuan bersebelahan dengan tangga, jadi nggak jarang para siswi duduk di anak tangga, sekadar untuk nongkrong saat istirahat. Tahu sendiri lah ya, jalan untuk lewat kalau dipakai sebagai tempat untuk duduk dan bersantai, nggak bisa dipakai sebagai jalur untuk lewat. Tangga itu menjadi salah satu akses yang bisa dilewati oleh kaum Adam yang mau pergi ke kantin. Biasanya kalau risih, mereka lebih memilih untuk menggunakan tangga di ujung gedung. Tetapi kadang ada juga yang nekat sih melangkahi para siswi yang sedang duduk di tangga. Biasanya, yang berani lewat itu cowok yang agak "bandel" dan kepedean dan sok ganteng walaupun beberapa emang ada yang ganteng. 

Ternyata, kebiasaan duduk di tangga, nggak cuma jadi kebiasaan para siswi tapi para siswa juga sama. Bedanya, mereka nongkrong di anak tangga yang bagian atas yang ada di sebelah kelasnya. Dari sini nih, aku mulai mengenal Senja. Nggak. Bukan berkenalan secara langsung. Lebih tepatnya, digodain oleh guru yang masih muda, yang bisa dibilang gaul lah sama para siswa. Guru ini biasanya ikut nongkrong di tangga atas bareng sama para siswa, sekadar bercanda atau curhat. 

Awal mulanya, saat sedang istirahat jam pertama. Aku baru selesai jajan dan mau kembali ke kelas. Aku sedang melepas sepatu karena di kelas memang nggak boleh pakai sepatu. Saat sedang sibuk lepas sepatu, aku dipanggil sama guru gaul yang lagi duduk di anak tangga atas. Lalu aku menoleh ke atas dengan jajanan yang penuh di kedua tangan. Aku menggubris panggilan guru itu, ya iyalah, masa dipanggil guru nggak menoleh.

Saat itu, aku melihat seorang laki-laki berambut ikal dengan baju biru motif kotak-kotak dan celana putih. Dia duduk tepat di sebelah guru yang memanggilku. Aku cuma sekadar tahu, nama dia Senja.  

Seperti biasa, laki-laki kalau iseng bagaimana sih? Guru itu tiba-tiba berceletuk, "Nad, ada salam dari Senja."

Nah, saat itu aku yang notabene adalah wanita kasar dan jutek, jelas nggak suka kalau digoda seperti itu. Aku mendengus, bibirku ditekuk, dan mendelik judes. Setelah itu, aku pun lewat aja tanpa peduli dengan perkataan guru yang hobinya memasang-masangkan siswa siswi. Aku sadar sih, emang reaksi aku itu agak kurang ajar. Hahaha. Tetapi sebenarnya, aku deg-degan, malu atau senang, entahlah. Bahkan sampai kepikiran juga. Namanya juga bocah, diciein sedikit bisa langsung baper [read: bawa perasaan]. Ternyata, setelah kejadian itu, perasaan aku jadi terasa ada yang beda. Nggak berhenti dalam waktu sehari dua hari saja. Perasaan itu malah berlanjut sampai aku naik kelas. 

Saat itu, sebenarnya aku sudah punya orang yang aku suka. Memang hanya sekadar suka aja, bukan pacar. Tetapi setelah kejadian itu, aku malah nggak bisa melupakannya. Jadi, hatiku terbagi dua. Aku menjadi fans berat seseorang dan--baru sadar--suka dengan Senja juga. Aku mencoba untuk memilih salah satu, Senja bukan pilihanku walaupun perasaan itu sebenarnya masih tersimpan di dalam. Aku nggak mengembangkan perasaanku pada Senja karena lebih fokus dengan orang satunya. Selama satu semester, aku nggak terlalu fokus terhadap perasaanku pada Senja. Jadi, aku nggak terlalu penasaran siapa orang yang dia suka, seperti apa latar belakangnya, atau apa saja hal-hal yang dia suka. 

Semester selanjutnya, aku merasakan hal yang berbeda. Perasaan yang aku simpan dalam-dalam, justru muncul lebih besar. Perasaan suka pada Senja tiba-tiba muncul, mungkin karena saat itu aku juga sedang berpikir realistis karena merasa nggak memungkinkan untuk suka dengan orang yang jauh lebih tua daripada aku apalagi jarak umur yang begitu jauh. Saat itu lah, aku mulai terfokus dengan Senja. Aku mulai penasaran tentang dia, latar belakangnya, siapa orang yang pernah dia suka dan siapa orang yang dia suka saat ini.

Setelah mengulik banyak fakta tentang Senja, ada suatu hal yang mengejutkan. Jelas, aku juga menyesal baru mengetahuinya. Aku mengetahuinya lewat Senja secara langsung melalui SMS. Iya, kami diam-diam kontakan, walaupun memang ada aturan bahwa siswa dan siswi nggak boleh berhubungan lewat mana pun. Tahu sendiri lah, label Islam terpadu dilarang berbicara hal tidak penting kepada yang bukan mahram. Tapi lupakan saja soal itu, kembali ke hal yang mengejutkan saja. Aku terkejut ketika mengetahui orang yang disukai Senja. Senja suka dengan sahabatku sendiri. Benar-benar sahabat dekatku, orang yang selalu pergi ke mana-mana dan mengobrol banyak hal denganku. Walaupun itu masa lalu, tetapi jelas itu cukup membuat aku terkejut. 

Fakta menarik lainnya, yang nggak kalah mengejutkan, ternyata sahabatku juga masih menyukai Senja. Kami baru dekat sejak semester tiga dan dia nggak pernah cerita apa pun tentang orang yang dia suka. Saat masih semester satu, dia pernah suka juga dengan Senja, lalu rasa itu ia kubur dan dia nggak pernah membicarakan tentang perasaannya pada Senja kepada siapa pun, termasuk aku. Ah, kisah cinta macam apa ini. Aku sepertinya memang ditakdirkan hanya menjadi seorang figuran dalam kisah romantis seseorang. Dengan keadaan yang seperti itu, mana mungkin aku bercerita tentang Senja, kan? Bisa-bisa aku dicap sebagai seorang pengkhianat, bahkan persahabatan kami bisa terancam hanya karena menyukai laki-laki yang sama. Sering banget sahabat aku ini menanyakan tentang orang yang aku suka, tetapi aku nggak berani mengungkapkan yang sebenarnya. Jadi, aku jawab orang yang suka adalah orang yang umurnya jauh lebih tua daripada aku, orang yang pernah aku suka sebelum aku menyukai Senja. Nama Senja jangan sampai disebut dalam keadaan ini. Orang-orang di kelasku pun, jadi tahu kalau aku suka dengan orang yang jauh lebih tua daripada aku, padahal saat itu sebenarnya aku sudah move on dan hatiku tertambat pada Senja. Walaupun sahabatku pernah bilang, nggak masalah kalau misalnya aku suka dengan Senja, tetapi untukku rasanya kurang etis saja sih apalagi dia belum melupakan Senja. 

Berbicara tentang SMS dengan lawan jenis, sebenarnya aku mendapatkan nomor Senja nggak mudah dan mencari topik untuk mempertahankan obrolan juga sulit. Apalagi di bawah ancaman peraturan kalau berhubungan dengan lawan jenis akan dipanggil ke ruang kepala sekolah. Ngeri juga. Tetapi dengan kedok kepentingan, aku menghubungi Senja lewat salah satu media sosial dan mendapatkan nomornya. Setelah mendapatkan nomornya, aku bimbang harus aku hubungi atau nggak, antara mau dan malu. Akhirnya, aku menghubungi dia. Awalnya, mengangkat topik tentang OSIS, saat itu kami tergabung dalam divisi OSIS yang sama. Semakin lama, semakin sering kami berkomunikasi. Awalnya penting, lama-lama jadi basa-basi nggak penting, bahkan sampai aku tahu siapa saja orang yang pernah disukai Senja karena kami sering berbalas SMS. Kadang, aku curi-curi pandang ke arah Senja ketika sedang rapat OSIS. 

Selama satu semester aku bertahan, berusaha menutupi semua. Aku pura-pura nggak tertarik kalau ada yang membicarakan Senja. Lama kelamaan, salah tingkah juga. Aku nggak bisa mengontrol reaksiku saat ada suatu hal yang berkaitan dengan Senja. Ternyata, rasa itu makin membuncah dan nggak mau disembunyikan lagi sehingga menimbulkan kecurigaan. Bukan Senja yang curiga, tetapi teman-teman satu kelasku. Senja sih mana peka soal begituan. Lagi pula, mustahil juga Senja akan membalas perasaanku kalau dia tahu tentang perasaanku. Toh saat itu aku juga jelek, sedangkan Senja... sulit membayangkannya kalau kami bersanding. Bisa jadi kisah Beauty and The Beast, tapi aku yang jadi beast.

Satu tahun jabatan berakhir, jabatan dalam organisasi pun harus berakhir. Saat-saat terakhir untuk menghubungi Senja dengan kedok mengoordinasikan laporan pertanggungjawaban. Kami makin asyik SMS-an, dia juga nggak seformal dulu dan lebih banyak curhat. Aduh jadi nyaman, bau-baunya aku berada di friendzone. Aku nggak masalah sih, lebih baik Senja nggak tahu perasaanku daripada dia menjaga jarak setelah mengetahuinya. Setelah pengumpulan laporan pertanggungjawaban, aku nggak pernah berhubungan dengan Senja lagi selama tiga bulan. Aku juga nggak galau atau sedih sih karena saat itu aku sibuk persiapan Ujian Nasional dan membuat novel. Aku jadi nggak terlalu sering memikirkan Senja, lagi pula aku masih bisa kok melirik Senja di ruangan sebelah kalau akan pergi ke kantin karena ruang kelas kami bersebelahan. Dasar mata nakal. Di semester itu pula, desas-desus menyebar ke penjuru kelas bahwa aku menyukai Senja. Saat itu pula, hubunganku dengan sahabatku menjadi renggang, mungkin karena dia tahu juga aku suka dengan Senja. Barangkali dia merasa terkhianati. Maafkan aku ya, perasaan aku nggak bisa berhenti untuk menyukai Senja. 

Menjelang Ujian Nasional, kelas sembilan diajak rekreasi dan doa bersama. Hitung-hitung sebagai ajang untuk refreshing setelah diserang try out bertubi-tubi. Saat itu aku sedang dekat dengan Big Mama dan si Tomboy. Mereka menemaniku yang sedang makan di bus pariwisata, sedangkan yang lain sedang menikmati makan siangnya di taman. Saat itu, rupanya Senja duduk di belakangku. Si Tomboy yang usil dan suka ceplas-ceplos, dengan entengnya berbicara dengan Senja.

"Senja, mau makan nggak?" 

"Mau. Mana makanannya?" Senja sih mau-mau saja kalau dikasih makanan.

Si Tomboy menunjukku dengan dagu. "Tuh, minta ke Nad."

Aku yang sedang menggigit ayam, melirik ke arah si Tomboy, melotot dengan galak. Sialan, bisa-bisanya si Tomboy usil begitu.

Si Tomboy tertawa. Dia malah memprovokasi. "Nggak apa-apa, Nad. Terakhir, sebelum kelulusan biar dia tahu."

"Mana?" Senja mencari makanan. Entah dia mendengar ucapan si Tomboy barusan atau nggak. Sepertinya sih kedengaran, tapi dia pura-pura nggak peka.

"Senja, mau makan bareng Nad, nggak?" Si Tomboy tersenyum usil sambil menunjukku. "Tuh, diajak makan bareng sama Nad."

Aku melotot, memandang si Tomboy dengan tatapan galak. Emang, ini orang minta digetok kayaknya.

Senja melirik ke arahku, lalu dia tersenyum. "Nggak ada makanannya hehehe."

Si Tomboy tiba-tiba merebut wadah makanan yang aku pegang, menyodorkannya kepada Senja. Senja mengintip ke dalam isi wadah. Aku hanya bisa mengerutkan alis, mulai kesal dijahili si Tomboy terus-terusan.

"Ayam, bukan?" Senja melirik si Tomboy. "Nggak mau ah, tadi sudah kenyang makan ayam. Kirain makanan yang lain." Senja berlenggang melintas dan pergi.

Dasar si Tomboy menyebalkan! Kejadian ini bikin aku merasa malu banget, tetapi ada sedikit rasa berbunga-bunga juga sih karena sudah lama aku nggak berkomunikasi dengan Senja. Kejadian itu, membuat aku menghindar setiap kali akan berpapasan dengan Senja. Melihat wajah Senja, membuat aku malah teringat kejadian di dalam bus.

Setelah pulang rekreasi, semester terakhir di sekolah itu, kami mulai fokus belajar untuk menghadapi Ujian Nasional. Satu angkatan dipecah menjadi beberapa kelas, kalau nggak salah lima kelas, diurutkan berdasarkan ranking try out berturut-turut. Saat itu, aku masuk ke kelas A bersama orang-orang yang hampir semua pintar. Ternyata, Senja juga termasuk di dalamnya. Aku satu kelas dengan Senja. Senang tapi malu, aku belum bisa melupakan kejadian itu dan pipiku selalu memanas setiap kali berpapasan dengan Senja. Kelas A seringkali dibiarkan belajar mandiri, dibebaskan juga menentukan lokasi belajar asalkan tidak berpecah. Namanya juga masih pelajar, surganya sudah pasti kantin, jadi kami memilih kantin untuk belajar. Kami belajar bersama, membentuk dua lingkaran, satu lingkaran untuk sekelompok laki-laki, satu lingkaran untuk sekelompok perempuan. Kadang kami saling diskusi menemukan jawaban bersama. Sejak saat itu, aku nggak canggung lagi untuk berkomunikasi dengan Senja--tampaknya dia juga sudah lupa. 

Setelah ujian berakhir, kelas sembilan latihan untuk pertunjukan acara perpisahan. Kabarnya, Senja akan mendaftar di sekolah yang sama denganku. Wah, kesempatan untuk SMS-an lagi dengan Senja. Basa-basi menanyakan pendaftaran sekolah. Sudah lama banget aku nggak menghubungi Senja, mungkin hampir satu tahun. Akhirnya, kami saling bertukar informasi sambil menyelipkan sedikit curhat dan canda. Sampai tiba waktunya untuk pergi. Aku kira pendaftaran sekolah akan ditutup sebelum digelarnya acara perpisahan sehingga aku nggak ikut perpisahan. Aku merantau sebelum waktunya.

Kamu tahu apa yang terjadi setelah itu?

Saat aku berhenti di perjalanan untuk mampir di sebuah restoran untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan yang panjang lagi, teleponku berbunyi. Nomor yang nggak dikenal muncul di layar. Sebenarnya, aku enggan mengangkatnya karena takut telepon jahil tetapi akhirnya aku angkat juga karena takut ada hal yang penting.

"Halo, assalamu'alaikum." Suara di ujung telepon menyapa, suaranya lembut dan adem.

"Wa'alaikum salam. Maaf, ini siapa?" Aku bertanya karena nggak mengenali suaranya. Aku yakin itu bukan suara teman sekelasku karena mereka kalau berbicara nyaring seperti monyet Ragunan.

"Ini ibunya Senja."

S H O C K!

K A G E T.

Aku menarik napas dalam dan menahannya. Aku nggak mau suara napasku mengganggu dan menyinggung ibunya Senja. Gugup.

"Kata Senja, Nad mau masuk ke sekolah yang sama juga, ya?"

Ih, Senja cerita tentang aku ke ibunya. Aku senyum-senyum malu, nggak jelas. 

"Iya, Tante."

"Boleh tanya, nggak? Pendaftaran sekolah sebenarnya sampai tanggal berapa?"

"Sampai tanggal sekian Mei, Tante." Anggaplah aku menyebutkan tanggal. Jujur, aku lupa. "Tapi nanti kayaknya ada gelombang yang kedua."

"Oh begitu." Ibunya Senja terdiam sejenak. "Katanya, Senja mau ikut perpisahan dulu. Kasihan masa-masa terakhir dengan teman-teman."

"Oh begitu ya, Tante." Aku mengangguk walaupun ibunya Senja nggak bisa melihat anggukanku. "Masih bisa kok nanti ikut gelombang kedua."

"Ya sudah, nanti Senja ikut yang gelombang dua saja. Sekarang Nad sudah berangkat?"

Aku mengangguk lagi. "Iya, sudah, Tante."

"Sudah sampai mana?"

Aku melirik papan reklame restoran. "Sudah sampai Pekalongan. Ini lagi istirahat buat makan."

"Oh gitu, kalau gitu hati-hati di jalan ya, Sayang." 

S-A-Y-A-N-G. Suara lembut ibunya Senja membuat aku meleleh. Aku tersenyum lebar. "Iya, Tante, terima kasih ya."

"Iya, Sayang, sama-sama. Tante tutup ya, assalamu'alaikum."

Telepon terputus. Aku melompat senang nggak karuan. Senyuman merekah dan wajah memerah. Ibuku sampai penasaran apa yang membuatku kegirangan.

"Telepon dari siapa?"

"Calon mertua."

Bodo amat. Aku keceplosan tiba-tiba bilang begitu di depan ibuku. Aku terlalu senang. Jantungku berdebar dengan kencang. Senang sekali dipanggil "sayang" oleh orang tuanya Senja. Aku semakin baper lah.

Itulah perjalananku menjadi penggemar rahasia Senja selama tiga tahun. Sebenarnya, aku masih bingung. Apakah aku masih menyukai Senja atau nggak? Karena aku masih menutup pintu hati dan nggak membiarkan orang lain masuk untuk mengisi. Setiap aku mau membuka hati, aku malah teringat Senja lagi. Bisa dibilang ini sudah tahun ke-lima aku menjadi penggemar rahasianya. 

Baca juga kisah-kisah bucin lainnya klik di sini

Sekian kisah tentang Senja. Sepertinya sepotong kisah ini sudah terlalu panjang. Jadi, kapan-kapan lagi aku menceritakannya.

Have a nice day,


Michiko ♡