25 Juli 2023

Menanti Chapter Selanjutnya

2:01 PM 0 Comments
"Bagaimana harimu?" sapa dia dengan ramah. 

Setiap hari dia selalu saja menyapaku dengan senyumannya yang manis. Mata yang menyipit dan lesung pipitnya cukup menggodaku. Siapa yang nggak tergoda dengan senyuman seorang pria berambut ikal dengan pipi chubby yang menggemaskan? Bukan cuma aku yang tergoda, semua gadis suka padanya karena sikap ramahnya. 

Tapi pernah nggak sih kamu terkecoh dengan sikap ramah seseorang? Astaga, aku sampai berkali-kali merasakan kupu-kupu berterbangan di perutku setiap kali dia bersikap ramah terhadapku—termasuk sapaannya sore hari ini. Setelah melewati hari yang panjang nan sibuk, akhirnya dia menyapaku. Oh ya, tentu sambil membukakan pintu kaca yang baru saja mau aku dorong. Tuhan, cobaan apa lagi ini? Pria ramah dengan acts of service?! Cobaan yang keterlaluan.

Ini bukan pertama kalinya dia melakukan ini kepadaku tetapi entah kenapa ini membuat aku gila. Nggak ada cobaan yang lebih parah lagi, nih? 

"Melelahkan," ucapku. Tapi cukup menyenangkan setelah melihatmu. Aku tersenyum. 

"Kerja bagus. You did well! Istirahat yang cukup!" Dia memujiku sambil mengepalkan tangannya untuk tos tinju denganku. 

Aku membalas kepalan tinjunya. Wajahku terasa memanas saat mendengarnya, seperti keluar api dari pori-pori wajahku dan aku ingin berteriak, aku suka sama kamu! Kamu paham nggak sih? Aku tuh nggak bisa diginiin! 

Iya, sudah tiga bulan aku mengenalnya. Dia sosok orang yang baik dan ramah. Aku menyukainya, sangat menyukainya. Entah aku suka sikapnya, atau aku suka orangnya. Yang jelas, aku suka dia. Terkadang, aku sengaja menghampirinya supaya lebih dekat dengan dia. Aku sengaja duduk di tempat yang bisa membuatku menatapnya tanpa diketahui olehnya. Bahkan mencoba berinteraksi dan membuka obrolan dengannya. 

Berbulan-bulan aku berdiam diri. Bergerilya mengagumi seseorang yang entah apakah bisa aku miliki. Masalahnya di sini, aku menyukai orang yang ramah. Itu sama saja seperti aku seorang fans yang mengidolakan seorang artis. Bisa kamu bayangkan, kan? Bagaimana aku di mata dia? Aku banyak mengingat hal tentang dia, dari hal apa yang dia suka sampai hal-hal kecil tentang dia. Akan tetapi sebaliknya, aku di matanya hanyalah seorang relasi yang perlu disapa, tidak tahu asal-usul keberadaanku bahkan mungkin tidak ingat kalau aku ada. 

Semakin hari, semakin gemar aku mencari tahu tentang dia. Semakin subur pula tunas-tunas dari benih cinta yang kutanam dalam hati itu tumbuh. Tak sabar ingin kupupuk hingga berbuah. Rasa sukaku kini terasa semakin dalam. Setiap malam aku membayangkan bisa bersama dengan dirinya. Bisa memilikinya suatu hari nanti. Bisa tertawa bersamanya sambil menggenggam tangannya. Berhalusinasi itu asik, bukan? Memang.

Pada akhirnya, suatu hari dia menyadari keberadaan aku. Malam hari, ketika aku sedang berjalan kaki, dia menghampiriku dengan sepeda motornya dan menawarkan tumpangan. Awalnya, aku berpikir, haruskah aku berpura-pura untuk menolaknya sedangkan ini adalah kesempatanku untuk dekat dengannya? Nggak, aku nggak mau kehilangan kesempatan itu. Maka dari itu, aku pun mengiyakan ajakannya. Itu lah pertama kalinya aku berboncengan dengan dia. Tahu nggak sih, rasanya tuh senang banget bisa berboncengan dengan orang yang aku suka. Ingin aku rengkuh pinggangnya, tapi aku siapa? Bukan siapa-siapa. 

Sesampainya di rumah, aku nggak bisa menahan rasa berbunga-bunga itu. Aku melompat dengan girang ke tempat tidurku dan membenamkan wajahku di bantal seolah aku membenamkan diriku ke dalam pelukannya. Boncengan pertamaku! 

Semenjak boncengan pertama itu, aku semakin dekat dengan dia. Kami sering jalan bersama-sama, mengobrol tentang apa pun, bercanda ria, dan saling meledek. Satu hal yang membuatku semakin salah tingkah karena sikapnya yang ramah itu adalah dia memanggilku dengan sebutan khusus. Bocil. Alasannya, karena perilakuku seperti anak kecil tanpa kusadari di hadapannya sehingga nama itu muncul sebagai julukanku. 

"Cil, mau beli makan malam bareng, nggak?"
"Cil, mau nebeng, nggak?
"Cil, mau dibantuin, nggak?"

Cal. Cil. Cal. Cil. Enak banget dia manggil aku kayak gitu padahal hatiku sudah bergetar setiap kali dia memanggil aku dengan panggilan khusus itu. Dia membuat aku berharap semakin tinggi. Namun, aku selalu bingung dengan sikapnya yang ramah itu. Dia membuatku bingung dan penasaran. Siapa orang yang dia suka? Apakah dia suka aku? Kenapa dia sebaik itu kepadaku? Kenapa dia nggak mengerti sih kalau aku di sini kebingungan dengan sikapnya?

Sepanjang malam, aku nggak bisa tidur karenanya. Aku memikirkan, siapa orang yang dia suka? Aku nggak mau sembarangan menduga-duga tentang dia yang ramah tapi misterius itu. Kadang dia membicarakan perempuan lain juga. Kadang dia baik dengan perempuan lain juga. Sempat aku berpikir, sebenarnya dia itu bersikap ramah atau memang sengaja membuat semua gadis jatuh hati sama dia sih?

Aku bercerita pada teman-temanku. Apa yang harus aku lakukan dalam menghadapi situasi membingungkan ini? Aku yang terus kepikiran tentang dia, membuat aku selalu nggak fokus dalam mengerjakan suatu hal. Beberapa temanku ada yang menyarankan agar aku suka dalam diam saja, supaya nggak canggung. Tapi ada beberapa temanku juga yang menyarankan untuk mengungkapkannya supaya lega. 

Aku berpikir beberapa hari tentang hal itu. Ungkapkan jangan, ya? Aku kebingungan. Namun, karena siatuasi ini cukup mengganggu, akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi dia lewat chat. Aku nggak seberani itu untuk bertatapan langsung dengannya. Nyaliku kurang besar. 

"I have crush on you

Intinya, itu yang aku bicarakan saat aku mengirim pesan panjang lebar demi mengubur gengsi dan rasa malu yang berkecamuk dalam dada. Wajahku terasa memanas, aku tenggelamkan wajahku di bantal sambil menunggu jawaban darinya. Aku nggak berharap dia balik suka aku sih, eh ada deh sedikit. Aku tunggu beberapa menit sampai hampir setengah jam setelah pesanku dibaca olehnya. DIA NGGAK BALAS PESAN AKU.

Aku melemparkan ponselku. Merasa kecewa karena aku harus memendam rasa penasaran akan jawaban dia terhadap ungkapan perasaanku yang baru saja aku kirimkan. Namun, beberapa saat kemudian dia membalas. 

"Terima kasih kamu sudah membuat aku merasa dicintai. Tapi sekarang, aku nggak fokus dengan hal itu. Aku harap kamu mengerti," jawabnya. "Kamu nggak marah, kan?"

Marah? Buat apa aku marah terhadap perasaan seseorang yang nggak bisa membalas perasaanku? Sedikit kecewa mungkin iya, tapi aku nggak berharap setinggi itu dari awal karena tujuanku untuk mengungkapkan perasaan ini hanya supaya aku merasa lega dan nggak lagi terbayang-bayang dengan hal-hal yang ingin aku ketahui tentang dia. Yang jelas, dia nggak suka sama aku. Aku sudah dapat jawabannya, walaupun hatiku masih sedikit mengharapkannya. Kamu juga pasti tahu rasanya kan, jatuh cinta itu ada prosesnya begitu pula berhenti menyukai seseorang, itu juga butuh proses. 

Setelah insiden pernyataan perasaan itu, aku dan dia terasa semakin berjarak. Aku mencoba biasa saja terhadap dia, tapi entah kenapa justru dia yang terasa semakin bersikap dingin terhadapku. Apa mungkin dia takut kalau aku salah paham lagi akan sikapnya? 

Rupanya, rasa lega itu nggak aku dapatkan. Justru yang aku dapatkan hanyalah penyesalah, seandainya aku nggak mengungkapkan apa yang aku rasakan terhadap dia saat itu mungkin akhir cerita kita nggak akan seperti ini. Aku nggak akan menjadi asing dengan dia. Panggilan Bocil yang sering dia sematkan untuk memanggilku pun jarang kudengar. Sekarang, dia lebih sering menghindariku ketimbang menyapaku terlebih dahulu. Padahal aku berusaha untuk menyapanya lho, tapi kenapa sikap dia berubah begitu ya?

Hari demi hari berlalu. Beberapa bulan kemudian, aku masih dengan rasa yang sama, masih di tempat yang sama menanti dia, mendapati dia sudah memiliki seorang pujaan hati. Hatiku teriris perih. Kukira aku bisa memperbaiki semuanya. Kukira aku bisa kembali lagi seperti sedia kala. Ternyata, aku telah menghancurkannya. 

Langkahku harus terhenti di sini, hanya sampai di sini aku bisa mengagumi. Selamat tinggal, aku akan terus berjalan menyambut chapter selanjutnya. 


Michiko 

Photo by Ivan Jevtic on Unsplash


16 Juli 2023

Kebiasaan Orang Kaya

2:58 PM 1 Comments
Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta bidang pendidikan, yang mana merupakan tempat les. Tempat les ini harganya tidak murah, mahal—menurut orang tidak berduit seperti aku. Bahkan biaya per bulannya pun bisa sama dengan gajiku per bulan. Wow. Anak-anak yang belajar di sini pun bukan main-main, orang tua mereka punya income yang cukup—bahkan sangatlah besar. Sampai-sampai ingin ku bisikkan kepada mereka, "Pak, kerjanya apa? Spill dong, Bestie!"


Kebiasaan Orang Kaya

Satu hal yang aku tahu tentang anak-anak orang kaya ini adalah mereka anak-anak yang sibuk. Anak-anak yang tidak punya waktu luang untuk sekadar rebahan dan leha-leha di kamarnya sambil bermain handphone. Jadwal kosongnya selalu mereka pakai untuk les ini dan itu. Mereka nggak pernah membiarkan waktu mereka kosong. Justru mereka memanfaatkan waktunya untuk berinvestasi dengan dirinya sendiri. Entah itu menambah skill atau melakukan hal-hal seperti berolahraga, mengerjakan hobi, dan sebagainya. Yang jelas, nggak ada kata rebahan berjam-jam di dalam kamus mereka.

Walaupun kelihatannya melelahkan karena setelah melakukan rutinitas, mereka harus menambah waktu untuk melakukan pekerjaan tambahan juga, bagiku hal itu justru menakjubkan dan ingin aku tiru. Bayangkan saja, kalau aku punya dua jam waktu luang dan aku menginvestasikannya dengan membuat karya misalnya, mungkin aku sudah mempublikasikan banyak tulisan ke blog ini setiap harinya. Alih-alih dua jam waktu luangku dihabiskan untuk rebahan sambil bermain sosial media yang bahkan tidak banyak hal yang bisa aku dapatkan dari sana.

Ingat, guys! Waktu itu berharga! Baca juga: Time Management

Sekarang, aku jadi berpikir... apa aku masih berada di titik ini tanpa perkembangan karena aku belum siap menjadi orang kaya, ya? Aku belum siap merelakan waktu untuk tidak rebahan. Aku belum siap meninggalkan kebiasaan bermain sosial media sampai lupa waktu. Aku belum siap meninggalkan kebiasaanku menongkrong sampai berjam-jam. Mungkin hal ini yang membuat aku masih belum bisa menjadi orang kaya.

Namun, kaya atau berkecukupan itu merupakan rezeki masing-masing manusia. Yang jelas, kini aku bisa mendapatkan perspektif kehidupan baru dari orang-orang kaya yang ada di lingkunganku dan bisa aku coba terapkan ke dalam kehidupanku. Barangkali, setelah menerapkannya aku bisa jadi orang kaya. Siapa yang tahu, kan? Aamiin!

Tapi kebahagiaan bukan hanya soal uang ya, guys! Kita juga bisa bahagia dari hal-hal yang sederhana kok. Baca juga: Bahagia dari Hal Kecil

Semoga rejeki kita selalu dilancarkan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih. See you later!

Have a nice day


Michiko ♡

20 Juni 2023

Senyum Mentari Lebih Redup daripada Rembulan

8:33 PM 1 Comments
Hampir setengah tahun berlalu dan aku baru muncul ke permukaan, menunjukkan batang hidungku setelah sekian purnama berlalu. Ke mana kah diriku yang dulu? Si penulis yang gemar berbagi sudut pandang kehidupan dari pengamatannya. Si penulis yang gemar menyemangati dirinya sendiri dan orang lain melalui tulisan-tulisannya.

Oh, rupanya dia sedang sibuk bersembunyi dari khalayak keramaian, menarik dirinya sendiri dari pergaulan demi memperbaiki keadaan dirinya sendiri. Sendirian mengobati luka yang menganga lebar. Senyumannya yang pernah bersinar bak mentari kini lebih redup daripada rembulan. Dunia telah mengubah sosok diriku.


Delapan bulan berjalan, aku mengonsumsi obat-obatan yang membantuku untuk tetap bertahan di dunia. Mereka bilang aku tidak bersyukur atas kehidupanku. Mereka bilang aku terlalu tamak. Namun, bukan itu yang kumaksud ketika aku ingin mengakhiri semua. Justru luka yang terasa sakit ini semakin dalam dari hari ke hari, membuatku tidak mampu bertahan semakin lama lagi. Semakin lama ditahan, semakin perih pula rasa sakitnya. Mereka tidak akan pernah mengerti rasa sakitnya sampai mereka sendiri yang mengalaminya. 

1 Januari 2023

Laporan Pertanggungjawaban Tahunan

12:00 AM 0 Comments
Hai! Kita ketemu lagi di penghujung tahun dalam artikel pertanggungjawaban resolusi tahun lalu. Aku baru menyadari, ternyata kalau resolusi kita banyak itu bisa bikin kita termotivasi untuk mewujudkannya. Btw, happy new year! Ternyata kita sudah melewati tahun 2022 ini dan segera menyambut tahun baru 2023. Semoga tahun 2023 akan menjadi tahun yang jauh lebih baik dan penuh dengan berkat untuk kita semua.

Ayo kita mulai rutinitas tahunan yaitu dengan mengevaluasi pertanggungjawaban tahun 2022 dan merancang target untuk tahun 2023.

Laporan Pertanggungjawaban Tahunan

Apakah resolusi tahun 2022 tercapai?

Jawabannya, nggak semua. Resolusi tahun 2022 ada delapan, aku berhasil mencapai empat. Ada dua target yang masih berada di waiting list dan sisanya belum tercapai.

1. Baca berbagai genre buku
Tahun ini, aku belum membaca tuntas satu pun buku karena waktuku lumayan padat dan ada malesnya sedikit sih. Berbagai genre buku yang aku baca meliputi buku-buku pengembangan diri dan novel. Aku banyak belajar dan menerapkan tips-tips yang aku baca lewat buku ke dalam kehidupan sehari-hari dan itu cukup membantu aku untuk berkembang. Jadi, aku anggap resolusi ini tercapai.

2. Punya sertifikat N2
Jujur, tahun ini aku sudah mengikuti ujian sertifikasi N2 sebanyak dua kali. Untuk percobaan pertama, aku dinyatakan tidak lulus karena nilai yang aku dapatkan di bawah batas minimal. Pada awal desember 2022, aku kembali mengikuti ujian sertifikasi N2 lagi dan aku masih menunggu hasilnya. Jadi, resolusi yang satu ini aku masukkan ke dalam kategori waiting list. Semoga ujian sertifikasi yang kedua ini aku bisa lulus. Aamiin!

3. Bikin buku
Aku merasa kalau buku dan tulisan yang panjang ini bukanlah bagian dari jalan hidupku. Mungkin karena dasarnya malas banget kali ya, jadi nggak bisa komitmen buat bikin tulisan panjang. Nggak tahu kenapa, sejak dulu aku selalu pengen buat buku dan menerbitkannya. Akan tetapi, hal itu selalu saja tertunda. Jadi, untuk resolusi yang satu ini, aku anggap gagal untuk mewujudkannya.

4. Rutin olahraga
Umm… sudah pasti gagal, aku nggak bisa komitmen untuk resolusi yang satu ini. Aku nggak sesuka itu dengan olahraga. Akan tetapi, ada satu hal yang bisa aku anggap sebagai olahraga, yaitu jalan kaki dan naik turun tangga di kantor setiap hari. Nggak disangka, itu bikin berat badan aku turun sepuluh kilogram dalam setahun. Wow.

5. Konsisten dalam melakukan suatu hal
Sepanjang 2022, aku konsisten melakukan hal yang aku suka seperti bernyanyi, menulis, dan produktif bekerja. Aku menganggap untuk konsisten dalam melakukan suatu hal ini ke waiting list karena aku terlalu gampang bosan untuk terfokus dalam satu hal aja.

6. Selalu merasa bahagia dan ikhlas dalam menjalani segala hal
Ada banyak banget ujian yang datang di tahun 2022 dan benar saja aku belajar tentang keikhlasan di tahun ini. Namun, aku yakin Tuhan selalu menjadi kekuatan bagiku dan aku bisa melewati semuanya dengan baik. Tuhan juga Maha Baik, dia mengirimkanku kebahagiaan yang tak ternilai sebagai balasan dari keikhlasan itu. Aku anggap resolusi yang satu ini tercapai.

7. Bangun hubungan baik dengan orang lain
Semenjak bekerja, aku banyak ketemu dengan berbagai jenis manusia serta karakteristiknya masing-masing. Dari sana lah, aku membuka mataku tentang dunia dan mulai menjalin relasi dengan orang-orang dari berbagai macam latar belakang dan sifat yang berbeda-beda. Aku anggap resolusi ini berjalan dengan baik.

8. Punya penghasilan dan tabungan yang stabil
Alhamdulillah. Puji syukur aku panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, tahun ini aku bisa punya penghasilan yang stabil dan bisa menyisihkan sebagian uangku untuk menabung serta membantu kebutuhan keluarga.

Rintangan dan Kegagalan pada Tahun 2022

Menurutku, tahun 2022 semakin terasa sulit bagiku. Sebab, aku banyak menerima ujian yang membuat aku belajar tentang keikhlasan, di antaranya:

1. Bunda jatuh sakit
Beberapa bulan setelah mendapatkan pekerjaan, aku mendapatkan kabar kalau Bunda jatuh sakit. Rasanya campur aduk antara sedih, marah, menyesal, dan putus asa. Dilema berada di depan mata. Terutama aku yang berperan sebagai anak pertama, aku merasa duniaku runtuh dan menimpa kepalaku. Namun, Tuhan memang selalu memberikan jalan di setiap cobaan yang datang dan aku pun mengikhlaskan kejadian ini serta mengembalikannya kembali kepada Tuhan.

2. Kehilangan support system
Aku merasa banyak kehilangan support system di tahun ini, dari mulai jauh dari keluarga, putus cinta, kehilangan kucing kesayangan, serta teman-teman semakin berkurang. Adikku yang sekarang kuliah merantau pun membuat aku merasa sepi setiap aku pulang ke rumah. Aku selalu bingung apa yang harus aku lakukan saat aku pulang ke rumah dan sendirian di rumah. Aku merasa kesepian karena biasanya Ayah sibuk bekerja dan Bunda juga sedang sakit.

Tahun ini juga hubungan percintaan resmi kandas dengan alasan kita yang sudah saling nggak bisa memahami satu sama lain lagi. Lima tahun kebersamaan itu cukup membuat aku merasa kehilangan sahabat baik yang setia dalam satu malam. Tentu saja, aku butuh waktu satu bulan untuk menerima keadaan itu.

Kucingku, Opet, dia juga mengalami hal-hal yang nggak baik di tahun ini. Mulai dari sakit, kelindes ban mobil, sampai hilang entah ke mana. Keadaannya memprihatinkan, walaupun dia hidup aku justru merasa kasihan karena setiap dia berdiri nafasnya selalu saja tersengal. Tahun ini aku banyak mengalami kehilangan. Dari sini pula, aku harus belajar mengenai keikhlasan.

Satu-satunya yang bisa menyemangatiku saat ini adalah diriku sendiri.

3. Keadaan mental yang sangat amat tidak stabil
Semua kejadian yang terjadi di tahun 2022 membuat aku mengorek luka lama dan berputar-putar dalam penderitaan. Oleh karena itu, sebelum aku melangkah lebih jauh untuk menyakiti diri sendiri, aku memutuskan untuk memeriksakan diri. Kemudian, aku pun mendapat diagnosa keadaan mental yang sedang sakit dan sekarang sedang menjalani pengobatan rawat jalan.

Pencapaian Tak Terduga pada Tahun 2022

Dari semua kesulitan yang dihadapi pada tahun 2022, aku pun mendapatkan berkat untuk bisa mencapai beberapa hal yang nggak terduga di luar resolusi tahun 2022. Pencapaian itu berupa:

1. Jauh lebih mencintai diri sendiri
Aku semakin menyayangi diriku sendiri. Rasa insecure berkurang karena aku yakin bahwa aku pantas untuk mendapatkan hal yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku merasa bahwa jika tidak ada yang bisa mencintaiku, maka aku lah yang akan mencintai diriku sendiri. Aku pun lebih rajin memberikan afirmasi positif kepada diriku sendiri, lebih banyak bersyukur kepada Tuhan, serta lebih banyak waktu untuk mengurus diri dan mengembangkan kemampuan diriku sendiri.

2. Lingkaran pertemanan yang suportif
Aku bersyukur juga dipertemukan dengan orang-orang baik dan ditempatkan di lingkungan yang sangat suportif. Mereka yang mendukungku untuk lebih percaya diri atas kemampuan yang aku miliki. Mereka juga dengan senang hati membantu dan memberikan telinganya untuk mendengarkan keluh kesahku serta bersedia untuk memberikan saran kepadaku.

3. Aku bisa membeli benda yang aku mau dengan uangku sendiri
Pada tahun 2022 aku punya beberapa wishlist benda yang ingin aku beli sebelum tahun ini berakhir. Pada akhirnya, setelah menabung selama setahun, aku bisa membeli barang yang aku inginkan. Aku harap dengan benda yang aku beli ini, aku bisa lebih produktif untuk melakukan hobiku lagi dan mengembangkan kemampuan diriku agar lebih berkembang pesat.

Evaluasi Diri

Setelah melalui pahit dan manisnya tahun 2021, ada beberapa hal yang aku pelajari:
  • Semua ujian hidup ini datangnya dari Tuhan dan akan kembali juga kepada Tuhan.
  • Apa yang hilang, akan tergantikan dengan hal yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
  • Kebahagiaan datangnya dari rasa syukur, semakin kita bersyukur maka kebahagiaan itu semakin bertambah sedangkan semakin banyak kita mengeluh maka hal yang kita keluhkan itu akan terus datang dalam kehidupan kita.
  • Sebelum mencintai orang lain, hal yang paling penting dilakukan adalah mencintai diri sendiri. Ketahui apa yang diri sendiri butuhkan dan wujudkan apa yang diri sendiri inginkan.
  • Pekalah terhadap lingkungan sekitar kita, sebab terkadang ada beberapa orang yang menyimpan masalahnya sendiri dan berjuang sendiri untuk menyelesaikan masalahnya padahal dia sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

Selain pelajaran yang bisa aku ambil, ada juga hal-hal yang aku perlu perbaiki:
  • Aku perlu mengurangi waktu untuk bermalas-malasan dan menunda pekerjaan.
  • Aku perlu lebih banyak mendengarkan dan berlatih untuk memberikan respon yang baik kepada orang lain agar komunikasi berjalan dengan lancar.
  • Aku juga perlu meningkatkan intensitas untuk mengungkapkan rasa sayang dan memberikan perhatian serta cinta kepada semua orang yang aku sayangi.

Resolusi Tahun 2023

Sampailah kita pada inti pembicaraan, setelah melakukan refleksi diri dan evaluasi, ini saatnya untuk menentukan target pencapaian pada tahun 2023. Kali ini, targetku akan melanjutkan target pada tahun sebelumnya dan menambah beberapa target baru.

Bismillahirrahmanirrahim. Inilah resolusiku untuk tahun 2023:
  1. Unlock new skill
  2. Bikin karya minimal dua minggu sekali
  3. Berbagi ilmu lewat Catatan Jepangku
  4. Punya passive income
  5. Produktif minimal 2 jam sehari
  6. Konsisten dalam melakukan segala hal
  7. Bangun relasi baik dengan orang lain
  8. Jadi happy virus buat lingkungan sekitar
  9. Makin sayang sama diri sendiri dan keluarga

Itulah cerita penutup dan pembuka tahun dari aku. Semoga tahun 2023 menjadi tahun yang penuh berkat dan kebahagiaan. Aamiin. Gimana dengan kamu? Kamu punya target pencapaian apa yang harus diwujudkan pada tahun 2023? Coba tulis di kolom komentar, nanti aku semogakan.

Sekian tulisan hari ini. Semoga memberikan sudut pandang yang baru buat kita semua. Mari kita jalani tahun 2023 ini. Semangat!

Have a nice day,


Michiko ♡

9 Oktober 2022

Guru Pemandu Kehidupan

5:46 AM 0 Comments
Hidup di dunia tak pernah lepas dari belajar, termasuk belajar menjalani kehidupan. Saat lahir ke dunia, kita perlu guru untuk membantu kita dalam mengenal dunia serta memberi masukan saat melakukan suatu hal yang akan berpengaruh dalam hidup kita.

Aku memilih guruku berdasarkan pengalamanku. Bagiku, mereka adalah role model yang bisa aku ikuti langkahnya. Mereka pula lah yang menginspirasiku dengan berbagai macam sikapnya yang positif dalam menghadapi dunia.
Guru Pemandu Kehidupan 
Kesempatan kali ini, aku mau menunjukkan siapa sih orang yang membuatku terinspirasi. Berikut ini adalah orang-orang yang sejauh ini bisa membuatku terinspirasi:

1. Bunda

Bunda orang yang tangguh dan tegar. Dia pekerja keras dan punya banyak talenta, dari talenta dan kreativitasnya dia bisa menciptakan berbagai jenis bisnis. Dia sangat optimis dan selalu mendukung anak-anaknya untuk mengejar mimpi mereka. Darinya aku belajar sabar, optimisme, dan kerja keras.

Berkat dukungannya, aku bisa menjadi seorang Pejuang Mimpi. Baca juga kisah perjuangan mimpiku.

2. Ayah

Ayah adalah seorang pekerja keras dan sosok yang tidak mudah menyerah. Dia sosok yang bertanggung jawab dan perhatian walaupun hanya dalam diam. Dia selalu berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Darinya aku belajar tanggung jawab, kemandirian, dan kerja keras. 

Kerja keras dan kegigihannya juga membuat aku terinspirasi untuk menuliskan cerpen Superman Tanpa Jubah.

3. Adik Perempuanku

Adikku merupakan orang yang ceria dan penyayang. Dia selalu menyebarkan aura positif dan menebar kebahagiaan untuk orang lain. Hatinya lembut dan dia pendengar yang baik. Dia tidak pernah ragu untuk menunjukkan cintanya. Aku belajar banyak tentang arti rasa sayang dan cara mengungkapkan kasih sayang darinya.

4. Nonny

Dia teman dekatku sejak SMA hingga sekarang. Dia orang yang rajin, bertekad kuat, dan ambisius. Dia punya mimpi yang tinggi dan selalu berusaha untuk mewujudkannya. Dia juga selalu memperbaiki serta meningkatkan kualitas dirinya. Darinya aku selalu termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diriku sendiri.

5. Gita Savitri

Dia seorang wanita yang keren dan punya pemikiran yang unik serta kritis. Dia juga berani mengutarakan pendapatnya yang berbeda dari orang lain. Pengetahuannya sangat luas. Darinya, aku termotivasi untuk memperluas pandanganku terhadap isu di sekitarku dan menumbuhkan keberanianku untuk mengutarakan pendapatku sendiri serta berpikiran terbuka untuk menerima pendapat orang lain.

6. Jackson Wang

Dia salah satu musisi yang menginspirasiku. Dia berani mengambil langkah untuk beralih dari profesinya sebagai atlet demi mengejar mimpinya sebagai seorang musisi. Dia selalu terlihat ceria, bertalenta, dan produktif dalam bermusik. Dia juga selalu menyemangati fansnya untuk tetap bertahan dan terus maju saat menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghadang perjalanan dalam meraih mimpi. Once, he said:
Hey, it's gonna be hard, it's gonna be stressful, it's gonna be unfair. A lot of obstacles are going to pull you down on this path. But, hang in there. Don't let anything disturb you. Go full out and never give up, I guess. —Jackson Wang, 2020 on Twitter Music Q&A

Darinya, aku belajar tentang kegigihan, keberanian dalam mengejar impian, dan aktif untuk terus berkarya. Maka dari itu, aku tidak pernah berhenti untuk tetap berkarya. Dari dia pula, aku bisa memaknai arti kegagalan (Baca: Memaknai Kegagalan) dan mempercayai segalanya pada proses (Baca: Percayakan pada proses).

Sekarang, aku masih terus belajar dari orang-orang di sekitarku. Aku masih mencoba untuk menerapkan hal-hal positif yang orang-orang miliki dalam kehidupanku dengan harapan aku bisa hidup dengan lebih baik lagi. Ada kemungkinan pula guruku akan bertambah seiring aku mengenal lebih banyak orang dan lebih dekat lagi.

Kamu juga pasti punya orang yang menginspirasimu, kan? Siapa sih orang itu? Boleh ceritakan juga apa yang membuat kamu terinspirasi dari dia? Yuk cerita sama aku di kolom komentar!

Sekian tulisan dariku, sampai jumpa lain waktu!

Michiko ♡

25 September 2022

Duri Mawar Sengat Asmara

10:39 AM 1 Comments
Pernahkah kamu berteman dengan seseorang demi mendapatkan hatinya? Atau justru kamu hanya menjadi bagian kehidupannya tapi tak pernah mendapatkan hatinya? Kalau kamu pernah merasakan hal itu, mungkin kita ada di posisi yang sama saat ini.

Aku seorang perempuan—yang bisa dibilang bodoh atau mungkin beruntung—yang saat ini sedang berteman dengan seseorang yang sudah kusukai sejak dua tahun silam. Usia pertemanan kita belum genap dua tahun, tetapi perasaanku padanya justru usianya lebih tua dari itu.

Enam bulan sebelum aku berteman dengannya, muncul rasa yang bersemi di hatiku. Dia menarik perhatianku dan selalu membuat jantungku berdebar-debar setiap ada di dekatnya. Memasuki bulan ke-tujuh, aku memutuskan untuk memberanikan diri menampakkan diri di hadapannya. Menunjukkan eksistensiku sebagai seorang penggemar rahasianya. Dan aku... berhasil menembus pintu hatinya dan ditempatkan sebagai seorang kawan. 

Menurutmu itu tindakan waras? Tidak. Dia bak setangkai mawar, indah kupandangi dari jauh. Namun, saat aku mendekatinya dia justru melukaiku. Semakin aku mengenalnya, semakin banyak pula nama-nama wanita cantik yang ia sebutkan dalam kisahnya. Aku hanya berperan sebagai wadah. Hatiku yang bolong, harus tetap bisa menampungnya dan menambal lubang itu sendirian. Sakit, apalagi tidak pernah ada namaku disebut selama dua tahun kami berteman. 

Entah siapa—atau apa—yang dia cari dari wanita, tapi berulang kali dia bergonta-ganti pasangan dan itu selalu tak bertahan lama. Alasannya putus cinta pun bermacam-macam, ada yang karena wanitanya terlalu manja, terlalu mandiri, terlalu tinggi untuk dicapai, terlalu posesif, terlalu overprotektif. Dan aku hanya bisa tertawa mendengar spesifikasi yang dia cari. Terlalu sempurna. Mana ada di dunia? Toh kalau aku jadi wanitanya pun, pasti ada kekuranganku sendiri yang akan membuat dia meninggalkan aku—jika dia tak mau menerimanya.

"Mana ada yang kayak gitu?" sanggahku. "Kalau kamu mau cari orang yang bisa terima kekurangan kamu, kamu juga harus bisa terima kekurangan dia. Jangan egois. Maunya dimengerti terus tapi nggak mau belajar buat mengerti orang lain."

Setelah itu, dia tak banyak bertingkah lagi. Dia tidak mencari wanita lagi. Penampilan dan sikapnya, tidak seperti biasanya saat dia sedang gencar mencari wanita. Kupikir, dia sudah lelah mencari orang yang cocok untuk bersanding. Padahal, saat itu pula aku masih menunggu namaku disebut sebagai wanita selanjutnya—atau bahkan mungkin berharap menjadi wanita terakhir. Konyol memang. Kenapa aku tak mengungkapkan perasaanku kepadanya ya? 

Aku terlalu banyak pertimbangan, lebih tepatnya takut dengan penolakan. Aku takut sikapnya tak akan sama lagi setelah aku mengungkapkan perasaanku. Bagiku, berada di sisinya, mencoba menguatkannya saat ia goyah adalah hal yang indah. Dan aku tak ingin kehilangan momen ini. Namun, sepertinya strategiku salah. Semua yang kudapat hanyalah luka. Aku terlalu banyak diam. Mereka yang menyatakan perasaannya lebih dulu justru yang berhasil mendapatkan dia. Apakah sistem kerja romansa di dunia ini adalah siapa cepat dia yang dapat? 

Beberapa bulan, aku tak mendengar kabar dia jatuh cinta lagi. Usia pertemanan kita pun terus bertambah. Aku heran tapi tak mau tahu. Aku cuma mau tahu, kapan namaku akan terpatri di hatinya.

"Nggak ada cerita baru nih?" tanyaku saat ia sedang sibuk dengan laptop dan kursor yang berkedip.

"Cerita apaan?" 

"Cewek baru... mungkin?" ucapku ragu. 

"Nggak ada," singkatnya. "Lagi sibuk proyek dulu. Urusan cewek nanti lagi."

Lantas, ia kembali sibuk dengan pekerjaannya. Aku hanya duduk termenung. Setan apa yang sedang merasuki dia? Kenapa tujuannya tiba-tiba berubah haluan?

Hari demi hari berlalu. Satu minggu. Dua minggu. Tiga minggu. Satu bulan. Dua bulan. Aku sudah lupa dengan tujuan utama dia, manusia pencari cinta sejati. Aku pun menganggap perjalanan ini sudah usai. Garis finish-ku adalah seorang teman cerita. Hari terus berjalan. Usia pertemanan kami pun genap menginjak usia dua tahun. Dia sudah vakum selama enam bulan. 

Suatu hari, dia tiba-tiba berbeda. Si Pencari Cinta Sejati sudah kembali. Parfum satu botol dia guyurkan ke seluruh badannya. Rambutnya yang biasanya tak ditata rapi pun tiba-tiba berubah. Wajahnya terlihat sumringah. Semua gelagat enam bulan yang lalu pun kembali. Jelas, dia sudah kembali. Namun, ada satu hal yang mengganjal. Dia tidak cerita apa pun tentang wanita yang ini. Sama sekali. 

Berhari-hari dia terlihat seperti orang yang berbunga-bunga. Seolah kebahagiaan selalu menyertai langkahnya. Aku turut bahagia melihatnya. Walaupun ada sedikit kekhawatiran dan rasa iri terbesit dalam dada. Yang pertama, aku iri karena ada wanita yang bisa membuat dia bahagia setiap hari. Yang kedua, aku khawatir dia diam-diam menyebar undangan. Hal yang kedua, hanya asumsiku saja tapi cukup membuatku sakit. Pikiran yang nakal, berani-beraninya menyakiti hati yang rapuh. Daripada hatiku terus digerus asumsiku, aku pun mencoba bertanya langsung padanya.

"Kamu lagi jatuh cinta ya?"

"Hah?" Dia menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia melirik sejenak, lalu melemparkan pandangan lagi. "Nggak usah ngarang."

"Aku peka kok. Aku bisa merasakan perbedaan orang yang waras dan orang yang bodoh karena cinta."

"Jatuh cinta sama siapa sih? Emangnya kamu tahu? Kok tiba-tiba tuduh orang lagi jatuh cinta?"

"Nggak. Tapi kamu benar lagi jatuh cinta, kan?" Aku menilik wajahnya mencari jawaban serta kejujurannya yang barangkali tersimpan dibalik matanya. "Aku nggak tahu ke hati mana lagi kamu berlabuh, yang aku tahu kamu lagi jatuh cinta. Kamu lagi rela bodoh demi seseorang. Iya, kan?"

"Dih, sok tahu," ucapnya dengan tawa ledekannya.

"Heh! Kita berteman nggak cuma dua hari doang ya. Dua tahun, sudah dua tahun, Raffi!"

"Iya deh...." Ia mengalah dan mengakuinya. Namun, tak ada rasa senang atau penasaran yang menghinggapiku. Sebab, aku tahu, pekerjaan utamaku akan kembali setelah ini. Menampung kisah cinta dia dan wanita barunya di hati yang bolong.

"Pantesan beda," celetukku. Aku membuang pandanganku setelah menemukan jawaban yang aku cari. "On the way jadi orang bodoh lagi."

Dia tiba-tiba duduk di sampingku. Lengannya yang bertumpu di atas meja hanya berjarak beberapa milimeter dari lenganku dan bahunya hampir menyentuh bahuku. 

"Kamu mau tahu nggak, siapa yang kali ini bikin aku rela menjadi bodoh?"

Aku sudah tahu itu bukan aku. Hatiku baru saja remuk kembali oleh fakta dia sedang jatuh cinta—lagi. Aku terlalu terbiasa dengan dia yang sedang tidak menjadi bunga mawar. Jadi, demi melindungi diriku dari tusukan duri itu, aku akan menanyakan tentang itu lain kali.

"Kalau orang itu bukan aku, aku nggak peduli sih."

Entah mengapa, justru kalimat itu yang keluar dari mulutku. Aku sendiri justru kaget setelah sepersekian detik mendengar ucapanku sendiri. 

Dia menahan tawanya agar tidak lepas di tempat umum. Lantas, tangannya menyentuh kepalaku dan ia mengusapnya sembari mengacak-acak rambutku. "Kalau gitu, mulai sekarang waktunya kamu buat peduli tentang itu."

Alamak, duri itu melunak. Duri itu bukan membuatku berdarah, tapi kini menyengatku dengan kejutan asmara. 

Baca juga cerita pendek lainnya di sini

Duri Mawar Sengat Asmara by Nadhishafa

Michiko ♡

21 September 2022

Kupu-Kupu, Maukah Kau Pulang Bersamaku

12:32 AM 0 Comments
Aduhai Mak. Anakmu ini benar-benar sedang jatuh cinta. Entah yang ke-berapa kalinya.

Mungkin kau sudah lelah Mak mendengar berita anakmu jatuh cinta melulu. Ada makhluk tampan di TV, jatuh cinta. Ada lelaki tinggi sedikit, jatuh cinta. Ada lelaki wangi sedikit, jatuh cinta. Ada lelaki senyum sedikit, jatuh cinta. Ada lelaki baik sedikit, jatuh cinta. Bosan kali pasti kau dengar anakmu yang mudah jatuh cinta ini.

Sungguh, yang kali ini berbeda, Mak. Sakitnya cinta telah membuat anakmu berpikir berulang kali untuk jatuh cinta. Namun, setelah dipikir-pikir berulang kali pun aku tetap jatuh cinta, Mak. Bagaimana ini, Mak?

Kepalaku setiap malam berisik menggemakan nama dia. Kepalaku pusing membayangkan senyum dia dalam benakku. Tersulut kembang api yang menggelegar meramaikan dadaku setiap aku bertemu dia. Aduh, Mak. Anakmu ini sepertinya sedang benar-benar dimabuk asmara.

Kira-kira, dia membalas cintaku tidak, Mak? Alamak, betapa hancurnya aku kalau tidak dibalas rasaku.

Apa sebaiknya aku kejar saja dia, Mak? Akan tetapi, dia terlalu indah bak kupu-kupu, Mak. Semakin dikejar, semakin menjauh. Apa sebaiknya anakmu ini menjadi sebuah bunga agar dihinggapi makhluk indah sepertinya? Tidak juga, Mak. Kupu-kupu juga pilih-pilih tempat untuk hinggap dan itu belum tentu aku yang dia pilih.

Sepertinya, aku akan tetap duduk di taman kebahagiaan ini memandangi dia dari jauh saja, Mak. Dia hinggap di jariku, atau tidak, mungkin aku akan menanti sampai aku bosan mengaguminya terbang saja, Mak. Walaupun dari dalam lubuk hatiku ini, ingin membawa ia pulang bersamaku saja.

Mak, doakanlah aku pulang membawa kupu-kupu indah untuk kuhadiahkan untukmu. 
Kupu-kupu, Maukah Kau Pulang Bersamaku
Baca juga karya-karya lainnya di sini

Michiko ♡

20 September 2022

Beautiful Soul Has Gone

12:29 PM 0 Comments
Bunga yang paling indah selalu dipetik lebih dulu. Begitulah orang-orang di sekelilingku berkata.

Beautiful Soul Has Gone 

Hal ini aku akui saat orang-orang terkasihku pergi. Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan kabar kepergian salah satu temanku saat SMA. Kalau kamu tahu dia pernah ada di kisah-kisah SMA yang pernah kutulis di sini.

Di sini, aku bermaksud untuk mengabadikan dia dalam tulisanku sehingga suatu hari nanti aku bisa mengenang dia dengan segala tingkah laku dan keceriaannya.

Namanya Farah. Kalau kamu pernah baca tulisanku seharusnya kamu tahu seakrab apa dulu aku dengan dia semasa SMA. Aku pernah mengucapkan ulang tahun dan menceritakan sepenggal kegilaanku dengan dia di tulisan Kado Ulang Tahun Farah. Dia teman sekelasku. Sebenarnya, aku nggak tahu kenapa kita bisa menjadi dekat tapi semua berawal dari kami yang sama-sama mengambil jurusan bahasa Mandarin. Aku pernah menceritakan momen itu di kisah D'trebbles di tulisan berjudul Trouble Maker. Dia salah satu di antara para trouble maker kala itu. Seringkali, aku dan dia belajar bersama. Kami lulus ujian bersama, remidi juga bersama.

Selama SMA, aku nggak punya circle untuk bergaul. Aku ngobrol dengan siapa pun, berteman juga dengan siapa pun. Namun, ada kalanya saat itu aku juga merasa kesepian dan berjalan sendiri. Namun, kehadiran Farah justru menghapus itu semua.

Dia yang selalu menemani ketika aku sedang sendirian. Dia yang selalu mencariku saat aku nggak ada di dekatnya. Dia juga yang selalu merangkulku saat aku sedang sedih. Dia anak yang baik dan sangat ceria, hobinya adalah tertawa. Seperti yang pernah aku bilang, dia si Hitam Manis, kala tertawa matanya menyipit dan ada lekuk kecil lesung pipit di atas tulang pipinya. Orangnya amat tulus berteman dengan siapa pun.

Pernah suatu hari, aku mau mengikuti ujian tulis di Yogyakarta, aku sempat mencari tempat untuk singgah semalam. Akan tetapi, Farah dengan senang hati menawarkan, "Nad, kamu nginep di tempatku aja!"

Sore harinya, sehari sebelum ujian, dia menjemputku ke terminal. Kami makan di sebuah restoran cepat saji sambil mengobrol tentang persiapanku untuk ujian. Malamnya, dia mengajakku untuk survey tempat ujian yang mana jaraknya sangat jauh bahkan ditempuh sekitar 20 menitan. Awalnya, kami mau cari hotel penginapan saja di dekat situ—mengingat jarak tempat Farah dan tempat ujian jauh banget—tapi akhirnya nggak jadi. Kami kembali ke tempat Farah, di sana aku belajar buat ujian.

Farah sudah jadi mahasiswa UGM kala itu, sedangkan aku masih berusaha untuk bergabung ke sana. Saat aku belajar, Farah ada di sampingku. Dia membantuku belajar juga, katanya dia sudah lupa dengan semua rumus dan hafalan yang setumpuk itu. Akhirnya, saat kutinggal menghitung dia tertidur di sampingku. Malam itu aku hanya tidur 2 jam—dan Farah masih ada di tempatnya saat aku membuka mata. Farah ikut tidur di karpet bersamaku.

Pagi itu, dia juga mengantarku padahal aku sempat bilang kalau aku akan naik ojek online. Akhirnya, tetap saja dia mengantarku bahkan menunggu sampai aku selesai ujian. Ya Tuhan, ada orang sebaik ini ya?

Kalau aku ingat-ingat kebaikan dia, banyak banget! Momen kami bersama juga nggak bisa kuceritakan satu per satu. Namun, itu semua pasti akan selalu aku ingat.

Seperti yang orang bilang, bunga terindah selalu dipetik terlebih dahulu—dan kamu lah yang terindah saat ini, Farah.

Rest in peace beautiful soul. See you in eternity. 🥀❤️
Good bye, Farah! You're beautiful until the end 
Love,

Michiko ♡

11 September 2022

Bahagia dari Hal Kecil

9:12 AM 1 Comments
Apa sih arti kebahagiaan itu menurut kamu?

Kalau menurutku, kebahagiaan itu adalah saat di mana kita merasa hidup. Selalu merasa cukup dengan semua yang kita punya. Nggak merasa kurang dan nggak juga menginginkan hal yang orang lain punya. Saat kita sudah memiliki semuanya, kita merasa senang dan bahagia. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahagia punya makna keadaan atau perasaan senang dan tenteram, bebas dari segala hal yang menyusahkan. Hidup ini ladangnya susah dan senang, hal yang bisa membuat kita bahagia dan sedih adalah hal yang kita ciptakan sendiri. 

Lupakan dulu soal uang, apa kebahagiaanmu Jika Uang Bukan Segalanya 

Bahagia dari Hal Kecil by Nadhishafa

Ngomong-ngomong soal kebahagiaan, aku jadi ingat akan sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan. Bagiku, kebahagiaan itu datangnya nggak susah, bahkan aku bisa merasa bahagia dengan hal-hal kecil aja. Nggak perlu jauh-jauh berkelana sampai ujung dunia untuk mencari kebahagiaan karena kebahagiaan itu sebenarnya ada di dekat kita. Hal-hal kecil yang membuat kita bahagia itu bisa sedikitnya mengobati kesedihan yang sedang kita rasakan. 

Kalau hari ini kamu lagi sedih, maka kamu harus ingat akan hal-hal kecil yang bisa bikin kamu bahagia. Sekarang, ketimbang kamu terlarut di dalam kesedihan yang mendalam, cobalah untuk bahagia dengan hal-hal sederhana yang bisa membuatmu bahagia. Coba kamu sebutkan 10 hal yang bisa membuat kamu bahagia!

Kebahagiaan sederhana versi aku:

  1. Makan makanan yang enak
  2. Kucing dan hewan-hewan berbulu 
  3. Musik dan game 
  4. Meme dan hal-hal yang bikin tertawa
  5. Sharing dan hangout bareng keluarga/teman 
  6. Jalan kaki 
  7. Menulis 
  8. Menggambar 
  9. Bernyanyi 
  10. Belajar hal-hal yang baru 

Dari semua hal-hal yang aku tulis, hampir semua hal itu bisa mengusir kesedihan yang sedang mengusik diriku. Nah, sekarang giliran kamu dong, coba tuliskan apa aja sih hal sederhana yang bisa membuat kamu bahagia?

Michiko♡

2 September 2022

Piala untuk Diri Sendiri

11:49 PM 0 Comments
Hari ini kamu sudah mengapresiasi diri sendiri belum? Sudah berterima kasih sama diri sendiri? Atau malah kebalikannya justru kamu lebih banyak ngatain diri sendiri?

Kadang kita tuh terlalu fokus sama yang namanya kekurangan, bahkan sampai lupa sama kelebihan yang dimiliki orang-orang. Makanya sampai ada peribahasa, nila setitik rusak susu sebelanga, yang mana relate banget nggak sih sama keadaan kita sebagai manusia yang lebih sering fokus pada kesalahan yang diperbuat orang lain ketimbang kebaikannya. Bahkan kadang 1000 kebaikan bisa kalah oleh 1 kesalahan. Ini juga berlaku buat diri sendiri lho, kadang kita terlalu fokus dengan kesempurnaan sampai lupa kalau ada bagian dari diri kita yang sudah berjuang keras untuk mencapai kesempurnaan itu. Walaupun pada akhirnya, kesempurnaan nggak akan bisa kita wujudkan. 


Maka dari itu, belakangan ini aku baru menyadari betapa bekerja kerasnya diriku sendiri. Sedangkan aku, sibuk mengejar kesempurnaan yang nggak kunjung aku dapatkan. Lelah, sudah pasti. Namun, aku selalu lupa untuk berterima kasih pada perjuangan diri yang dengan gigih bertahan walaupun melalui banyak hal yang berulang kali membuat diri ini terhempas. 

Hari ini, aku mau memberi piala untuk diri sendiri atas hal-hal yang telah dilakukannya sampai membuat aku bangga pada diri sendiri. Sepatah dua patah kata aku ucapkan kepada diriku sendiri sebagai lambang serah terima piala kebanggaan ini.
  1. Terima kasih kepada sosok aku yang selalu bertanggung jawab terhadap pilihan yang telah dibuat. Selalu berusaha menjalani hidup tanpa penyesalan dan tetap gigih melalukan yang terbaik. Ikhlas menjalani semua hal yang telah dituliskan dalam suratan takdir serta mampu bertumpu dengan kedua kaki sendiri.
  2. Terima kasih untuk aku yang diam-diam menjadi sosok yang peduli. Berusaha melakukan yang terbaik untuk membuat orang di sekitar bahagia walaupun masih belum mampu mengungkapkan rasa cinta dengan lisan sendiri, tapi aku yakin ungkapan cinta itu telah diucapkan oleh lubuk hati.
  3. Terima kasih untuk diriku yang nggak pernah lelah untuk terus belajar, baik dari sesuatu yang belum pernah diketahui maupun dari kesalahan yang telah dilalui. Kamu hebat, selalu berusaha meningkatkan kualitas diri sendiri.

Dengan ini, aku menyatakan bahwa pemenang piala kebanggaan ini dipersembahkan untuk diriku sendiri. YEAY! PARTY~~~ 
Piala untuk Diri Sendiri 
Sekarang, giliran kamu dong yang naik panggung. Yuk, ucapkan juga sambutan kebanggaanmu pada dirimu sendiri!

Michiko♡