25 Juli 2023

Menanti Chapter Selanjutnya

2:01 PM 0 Comments
"Bagaimana harimu?" sapa dia dengan ramah. 

Setiap hari dia selalu saja menyapaku dengan senyumannya yang manis. Mata yang menyipit dan lesung pipitnya cukup menggodaku. Siapa yang nggak tergoda dengan senyuman seorang pria berambut ikal dengan pipi chubby yang menggemaskan? Bukan cuma aku yang tergoda, semua gadis suka padanya karena sikap ramahnya. 

Tapi pernah nggak sih kamu terkecoh dengan sikap ramah seseorang? Astaga, aku sampai berkali-kali merasakan kupu-kupu berterbangan di perutku setiap kali dia bersikap ramah terhadapku—termasuk sapaannya sore hari ini. Setelah melewati hari yang panjang nan sibuk, akhirnya dia menyapaku. Oh ya, tentu sambil membukakan pintu kaca yang baru saja mau aku dorong. Tuhan, cobaan apa lagi ini? Pria ramah dengan acts of service?! Cobaan yang keterlaluan.

Ini bukan pertama kalinya dia melakukan ini kepadaku tetapi entah kenapa ini membuat aku gila. Nggak ada cobaan yang lebih parah lagi, nih? 

"Melelahkan," ucapku. Tapi cukup menyenangkan setelah melihatmu. Aku tersenyum. 

"Kerja bagus. You did well! Istirahat yang cukup!" Dia memujiku sambil mengepalkan tangannya untuk tos tinju denganku. 

Aku membalas kepalan tinjunya. Wajahku terasa memanas saat mendengarnya, seperti keluar api dari pori-pori wajahku dan aku ingin berteriak, aku suka sama kamu! Kamu paham nggak sih? Aku tuh nggak bisa diginiin! 

Iya, sudah tiga bulan aku mengenalnya. Dia sosok orang yang baik dan ramah. Aku menyukainya, sangat menyukainya. Entah aku suka sikapnya, atau aku suka orangnya. Yang jelas, aku suka dia. Terkadang, aku sengaja menghampirinya supaya lebih dekat dengan dia. Aku sengaja duduk di tempat yang bisa membuatku menatapnya tanpa diketahui olehnya. Bahkan mencoba berinteraksi dan membuka obrolan dengannya. 

Berbulan-bulan aku berdiam diri. Bergerilya mengagumi seseorang yang entah apakah bisa aku miliki. Masalahnya di sini, aku menyukai orang yang ramah. Itu sama saja seperti aku seorang fans yang mengidolakan seorang artis. Bisa kamu bayangkan, kan? Bagaimana aku di mata dia? Aku banyak mengingat hal tentang dia, dari hal apa yang dia suka sampai hal-hal kecil tentang dia. Akan tetapi sebaliknya, aku di matanya hanyalah seorang relasi yang perlu disapa, tidak tahu asal-usul keberadaanku bahkan mungkin tidak ingat kalau aku ada. 

Semakin hari, semakin gemar aku mencari tahu tentang dia. Semakin subur pula tunas-tunas dari benih cinta yang kutanam dalam hati itu tumbuh. Tak sabar ingin kupupuk hingga berbuah. Rasa sukaku kini terasa semakin dalam. Setiap malam aku membayangkan bisa bersama dengan dirinya. Bisa memilikinya suatu hari nanti. Bisa tertawa bersamanya sambil menggenggam tangannya. Berhalusinasi itu asik, bukan? Memang.

Pada akhirnya, suatu hari dia menyadari keberadaan aku. Malam hari, ketika aku sedang berjalan kaki, dia menghampiriku dengan sepeda motornya dan menawarkan tumpangan. Awalnya, aku berpikir, haruskah aku berpura-pura untuk menolaknya sedangkan ini adalah kesempatanku untuk dekat dengannya? Nggak, aku nggak mau kehilangan kesempatan itu. Maka dari itu, aku pun mengiyakan ajakannya. Itu lah pertama kalinya aku berboncengan dengan dia. Tahu nggak sih, rasanya tuh senang banget bisa berboncengan dengan orang yang aku suka. Ingin aku rengkuh pinggangnya, tapi aku siapa? Bukan siapa-siapa. 

Sesampainya di rumah, aku nggak bisa menahan rasa berbunga-bunga itu. Aku melompat dengan girang ke tempat tidurku dan membenamkan wajahku di bantal seolah aku membenamkan diriku ke dalam pelukannya. Boncengan pertamaku! 

Semenjak boncengan pertama itu, aku semakin dekat dengan dia. Kami sering jalan bersama-sama, mengobrol tentang apa pun, bercanda ria, dan saling meledek. Satu hal yang membuatku semakin salah tingkah karena sikapnya yang ramah itu adalah dia memanggilku dengan sebutan khusus. Bocil. Alasannya, karena perilakuku seperti anak kecil tanpa kusadari di hadapannya sehingga nama itu muncul sebagai julukanku. 

"Cil, mau beli makan malam bareng, nggak?"
"Cil, mau nebeng, nggak?
"Cil, mau dibantuin, nggak?"

Cal. Cil. Cal. Cil. Enak banget dia manggil aku kayak gitu padahal hatiku sudah bergetar setiap kali dia memanggil aku dengan panggilan khusus itu. Dia membuat aku berharap semakin tinggi. Namun, aku selalu bingung dengan sikapnya yang ramah itu. Dia membuatku bingung dan penasaran. Siapa orang yang dia suka? Apakah dia suka aku? Kenapa dia sebaik itu kepadaku? Kenapa dia nggak mengerti sih kalau aku di sini kebingungan dengan sikapnya?

Sepanjang malam, aku nggak bisa tidur karenanya. Aku memikirkan, siapa orang yang dia suka? Aku nggak mau sembarangan menduga-duga tentang dia yang ramah tapi misterius itu. Kadang dia membicarakan perempuan lain juga. Kadang dia baik dengan perempuan lain juga. Sempat aku berpikir, sebenarnya dia itu bersikap ramah atau memang sengaja membuat semua gadis jatuh hati sama dia sih?

Aku bercerita pada teman-temanku. Apa yang harus aku lakukan dalam menghadapi situasi membingungkan ini? Aku yang terus kepikiran tentang dia, membuat aku selalu nggak fokus dalam mengerjakan suatu hal. Beberapa temanku ada yang menyarankan agar aku suka dalam diam saja, supaya nggak canggung. Tapi ada beberapa temanku juga yang menyarankan untuk mengungkapkannya supaya lega. 

Aku berpikir beberapa hari tentang hal itu. Ungkapkan jangan, ya? Aku kebingungan. Namun, karena siatuasi ini cukup mengganggu, akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi dia lewat chat. Aku nggak seberani itu untuk bertatapan langsung dengannya. Nyaliku kurang besar. 

"I have crush on you

Intinya, itu yang aku bicarakan saat aku mengirim pesan panjang lebar demi mengubur gengsi dan rasa malu yang berkecamuk dalam dada. Wajahku terasa memanas, aku tenggelamkan wajahku di bantal sambil menunggu jawaban darinya. Aku nggak berharap dia balik suka aku sih, eh ada deh sedikit. Aku tunggu beberapa menit sampai hampir setengah jam setelah pesanku dibaca olehnya. DIA NGGAK BALAS PESAN AKU.

Aku melemparkan ponselku. Merasa kecewa karena aku harus memendam rasa penasaran akan jawaban dia terhadap ungkapan perasaanku yang baru saja aku kirimkan. Namun, beberapa saat kemudian dia membalas. 

"Terima kasih kamu sudah membuat aku merasa dicintai. Tapi sekarang, aku nggak fokus dengan hal itu. Aku harap kamu mengerti," jawabnya. "Kamu nggak marah, kan?"

Marah? Buat apa aku marah terhadap perasaan seseorang yang nggak bisa membalas perasaanku? Sedikit kecewa mungkin iya, tapi aku nggak berharap setinggi itu dari awal karena tujuanku untuk mengungkapkan perasaan ini hanya supaya aku merasa lega dan nggak lagi terbayang-bayang dengan hal-hal yang ingin aku ketahui tentang dia. Yang jelas, dia nggak suka sama aku. Aku sudah dapat jawabannya, walaupun hatiku masih sedikit mengharapkannya. Kamu juga pasti tahu rasanya kan, jatuh cinta itu ada prosesnya begitu pula berhenti menyukai seseorang, itu juga butuh proses. 

Setelah insiden pernyataan perasaan itu, aku dan dia terasa semakin berjarak. Aku mencoba biasa saja terhadap dia, tapi entah kenapa justru dia yang terasa semakin bersikap dingin terhadapku. Apa mungkin dia takut kalau aku salah paham lagi akan sikapnya? 

Rupanya, rasa lega itu nggak aku dapatkan. Justru yang aku dapatkan hanyalah penyesalah, seandainya aku nggak mengungkapkan apa yang aku rasakan terhadap dia saat itu mungkin akhir cerita kita nggak akan seperti ini. Aku nggak akan menjadi asing dengan dia. Panggilan Bocil yang sering dia sematkan untuk memanggilku pun jarang kudengar. Sekarang, dia lebih sering menghindariku ketimbang menyapaku terlebih dahulu. Padahal aku berusaha untuk menyapanya lho, tapi kenapa sikap dia berubah begitu ya?

Hari demi hari berlalu. Beberapa bulan kemudian, aku masih dengan rasa yang sama, masih di tempat yang sama menanti dia, mendapati dia sudah memiliki seorang pujaan hati. Hatiku teriris perih. Kukira aku bisa memperbaiki semuanya. Kukira aku bisa kembali lagi seperti sedia kala. Ternyata, aku telah menghancurkannya. 

Langkahku harus terhenti di sini, hanya sampai di sini aku bisa mengagumi. Selamat tinggal, aku akan terus berjalan menyambut chapter selanjutnya. 


Michiko 

Photo by Ivan Jevtic on Unsplash


16 Juli 2023

Kebiasaan Orang Kaya

2:58 PM 1 Comments
Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta bidang pendidikan, yang mana merupakan tempat les. Tempat les ini harganya tidak murah, mahal—menurut orang tidak berduit seperti aku. Bahkan biaya per bulannya pun bisa sama dengan gajiku per bulan. Wow. Anak-anak yang belajar di sini pun bukan main-main, orang tua mereka punya income yang cukup—bahkan sangatlah besar. Sampai-sampai ingin ku bisikkan kepada mereka, "Pak, kerjanya apa? Spill dong, Bestie!"


Kebiasaan Orang Kaya

Satu hal yang aku tahu tentang anak-anak orang kaya ini adalah mereka anak-anak yang sibuk. Anak-anak yang tidak punya waktu luang untuk sekadar rebahan dan leha-leha di kamarnya sambil bermain handphone. Jadwal kosongnya selalu mereka pakai untuk les ini dan itu. Mereka nggak pernah membiarkan waktu mereka kosong. Justru mereka memanfaatkan waktunya untuk berinvestasi dengan dirinya sendiri. Entah itu menambah skill atau melakukan hal-hal seperti berolahraga, mengerjakan hobi, dan sebagainya. Yang jelas, nggak ada kata rebahan berjam-jam di dalam kamus mereka.

Walaupun kelihatannya melelahkan karena setelah melakukan rutinitas, mereka harus menambah waktu untuk melakukan pekerjaan tambahan juga, bagiku hal itu justru menakjubkan dan ingin aku tiru. Bayangkan saja, kalau aku punya dua jam waktu luang dan aku menginvestasikannya dengan membuat karya misalnya, mungkin aku sudah mempublikasikan banyak tulisan ke blog ini setiap harinya. Alih-alih dua jam waktu luangku dihabiskan untuk rebahan sambil bermain sosial media yang bahkan tidak banyak hal yang bisa aku dapatkan dari sana.

Ingat, guys! Waktu itu berharga! Baca juga: Time Management

Sekarang, aku jadi berpikir... apa aku masih berada di titik ini tanpa perkembangan karena aku belum siap menjadi orang kaya, ya? Aku belum siap merelakan waktu untuk tidak rebahan. Aku belum siap meninggalkan kebiasaan bermain sosial media sampai lupa waktu. Aku belum siap meninggalkan kebiasaanku menongkrong sampai berjam-jam. Mungkin hal ini yang membuat aku masih belum bisa menjadi orang kaya.

Namun, kaya atau berkecukupan itu merupakan rezeki masing-masing manusia. Yang jelas, kini aku bisa mendapatkan perspektif kehidupan baru dari orang-orang kaya yang ada di lingkunganku dan bisa aku coba terapkan ke dalam kehidupanku. Barangkali, setelah menerapkannya aku bisa jadi orang kaya. Siapa yang tahu, kan? Aamiin!

Tapi kebahagiaan bukan hanya soal uang ya, guys! Kita juga bisa bahagia dari hal-hal yang sederhana kok. Baca juga: Bahagia dari Hal Kecil

Semoga rejeki kita selalu dilancarkan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih. See you later!

Have a nice day


Michiko ♡

20 Juni 2023

Senyum Mentari Lebih Redup daripada Rembulan

8:33 PM 1 Comments
Hampir setengah tahun berlalu dan aku baru muncul ke permukaan, menunjukkan batang hidungku setelah sekian purnama berlalu. Ke mana kah diriku yang dulu? Si penulis yang gemar berbagi sudut pandang kehidupan dari pengamatannya. Si penulis yang gemar menyemangati dirinya sendiri dan orang lain melalui tulisan-tulisannya.

Oh, rupanya dia sedang sibuk bersembunyi dari khalayak keramaian, menarik dirinya sendiri dari pergaulan demi memperbaiki keadaan dirinya sendiri. Sendirian mengobati luka yang menganga lebar. Senyumannya yang pernah bersinar bak mentari kini lebih redup daripada rembulan. Dunia telah mengubah sosok diriku.


Delapan bulan berjalan, aku mengonsumsi obat-obatan yang membantuku untuk tetap bertahan di dunia. Mereka bilang aku tidak bersyukur atas kehidupanku. Mereka bilang aku terlalu tamak. Namun, bukan itu yang kumaksud ketika aku ingin mengakhiri semua. Justru luka yang terasa sakit ini semakin dalam dari hari ke hari, membuatku tidak mampu bertahan semakin lama lagi. Semakin lama ditahan, semakin perih pula rasa sakitnya. Mereka tidak akan pernah mengerti rasa sakitnya sampai mereka sendiri yang mengalaminya. 

1 Januari 2023

Laporan Pertanggungjawaban Tahunan

12:00 AM 0 Comments
Hai! Kita ketemu lagi di penghujung tahun dalam artikel pertanggungjawaban resolusi tahun lalu. Aku baru menyadari, ternyata kalau resolusi kita banyak itu bisa bikin kita termotivasi untuk mewujudkannya. Btw, happy new year! Ternyata kita sudah melewati tahun 2022 ini dan segera menyambut tahun baru 2023. Semoga tahun 2023 akan menjadi tahun yang jauh lebih baik dan penuh dengan berkat untuk kita semua.

Ayo kita mulai rutinitas tahunan yaitu dengan mengevaluasi pertanggungjawaban tahun 2022 dan merancang target untuk tahun 2023.

Laporan Pertanggungjawaban Tahunan

Apakah resolusi tahun 2022 tercapai?

Jawabannya, nggak semua. Resolusi tahun 2022 ada delapan, aku berhasil mencapai empat. Ada dua target yang masih berada di waiting list dan sisanya belum tercapai.

1. Baca berbagai genre buku
Tahun ini, aku belum membaca tuntas satu pun buku karena waktuku lumayan padat dan ada malesnya sedikit sih. Berbagai genre buku yang aku baca meliputi buku-buku pengembangan diri dan novel. Aku banyak belajar dan menerapkan tips-tips yang aku baca lewat buku ke dalam kehidupan sehari-hari dan itu cukup membantu aku untuk berkembang. Jadi, aku anggap resolusi ini tercapai.

2. Punya sertifikat N2
Jujur, tahun ini aku sudah mengikuti ujian sertifikasi N2 sebanyak dua kali. Untuk percobaan pertama, aku dinyatakan tidak lulus karena nilai yang aku dapatkan di bawah batas minimal. Pada awal desember 2022, aku kembali mengikuti ujian sertifikasi N2 lagi dan aku masih menunggu hasilnya. Jadi, resolusi yang satu ini aku masukkan ke dalam kategori waiting list. Semoga ujian sertifikasi yang kedua ini aku bisa lulus. Aamiin!

3. Bikin buku
Aku merasa kalau buku dan tulisan yang panjang ini bukanlah bagian dari jalan hidupku. Mungkin karena dasarnya malas banget kali ya, jadi nggak bisa komitmen buat bikin tulisan panjang. Nggak tahu kenapa, sejak dulu aku selalu pengen buat buku dan menerbitkannya. Akan tetapi, hal itu selalu saja tertunda. Jadi, untuk resolusi yang satu ini, aku anggap gagal untuk mewujudkannya.

4. Rutin olahraga
Umm… sudah pasti gagal, aku nggak bisa komitmen untuk resolusi yang satu ini. Aku nggak sesuka itu dengan olahraga. Akan tetapi, ada satu hal yang bisa aku anggap sebagai olahraga, yaitu jalan kaki dan naik turun tangga di kantor setiap hari. Nggak disangka, itu bikin berat badan aku turun sepuluh kilogram dalam setahun. Wow.

5. Konsisten dalam melakukan suatu hal
Sepanjang 2022, aku konsisten melakukan hal yang aku suka seperti bernyanyi, menulis, dan produktif bekerja. Aku menganggap untuk konsisten dalam melakukan suatu hal ini ke waiting list karena aku terlalu gampang bosan untuk terfokus dalam satu hal aja.

6. Selalu merasa bahagia dan ikhlas dalam menjalani segala hal
Ada banyak banget ujian yang datang di tahun 2022 dan benar saja aku belajar tentang keikhlasan di tahun ini. Namun, aku yakin Tuhan selalu menjadi kekuatan bagiku dan aku bisa melewati semuanya dengan baik. Tuhan juga Maha Baik, dia mengirimkanku kebahagiaan yang tak ternilai sebagai balasan dari keikhlasan itu. Aku anggap resolusi yang satu ini tercapai.

7. Bangun hubungan baik dengan orang lain
Semenjak bekerja, aku banyak ketemu dengan berbagai jenis manusia serta karakteristiknya masing-masing. Dari sana lah, aku membuka mataku tentang dunia dan mulai menjalin relasi dengan orang-orang dari berbagai macam latar belakang dan sifat yang berbeda-beda. Aku anggap resolusi ini berjalan dengan baik.

8. Punya penghasilan dan tabungan yang stabil
Alhamdulillah. Puji syukur aku panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, tahun ini aku bisa punya penghasilan yang stabil dan bisa menyisihkan sebagian uangku untuk menabung serta membantu kebutuhan keluarga.

Rintangan dan Kegagalan pada Tahun 2022

Menurutku, tahun 2022 semakin terasa sulit bagiku. Sebab, aku banyak menerima ujian yang membuat aku belajar tentang keikhlasan, di antaranya:

1. Bunda jatuh sakit
Beberapa bulan setelah mendapatkan pekerjaan, aku mendapatkan kabar kalau Bunda jatuh sakit. Rasanya campur aduk antara sedih, marah, menyesal, dan putus asa. Dilema berada di depan mata. Terutama aku yang berperan sebagai anak pertama, aku merasa duniaku runtuh dan menimpa kepalaku. Namun, Tuhan memang selalu memberikan jalan di setiap cobaan yang datang dan aku pun mengikhlaskan kejadian ini serta mengembalikannya kembali kepada Tuhan.

2. Kehilangan support system
Aku merasa banyak kehilangan support system di tahun ini, dari mulai jauh dari keluarga, putus cinta, kehilangan kucing kesayangan, serta teman-teman semakin berkurang. Adikku yang sekarang kuliah merantau pun membuat aku merasa sepi setiap aku pulang ke rumah. Aku selalu bingung apa yang harus aku lakukan saat aku pulang ke rumah dan sendirian di rumah. Aku merasa kesepian karena biasanya Ayah sibuk bekerja dan Bunda juga sedang sakit.

Tahun ini juga hubungan percintaan resmi kandas dengan alasan kita yang sudah saling nggak bisa memahami satu sama lain lagi. Lima tahun kebersamaan itu cukup membuat aku merasa kehilangan sahabat baik yang setia dalam satu malam. Tentu saja, aku butuh waktu satu bulan untuk menerima keadaan itu.

Kucingku, Opet, dia juga mengalami hal-hal yang nggak baik di tahun ini. Mulai dari sakit, kelindes ban mobil, sampai hilang entah ke mana. Keadaannya memprihatinkan, walaupun dia hidup aku justru merasa kasihan karena setiap dia berdiri nafasnya selalu saja tersengal. Tahun ini aku banyak mengalami kehilangan. Dari sini pula, aku harus belajar mengenai keikhlasan.

Satu-satunya yang bisa menyemangatiku saat ini adalah diriku sendiri.

3. Keadaan mental yang sangat amat tidak stabil
Semua kejadian yang terjadi di tahun 2022 membuat aku mengorek luka lama dan berputar-putar dalam penderitaan. Oleh karena itu, sebelum aku melangkah lebih jauh untuk menyakiti diri sendiri, aku memutuskan untuk memeriksakan diri. Kemudian, aku pun mendapat diagnosa keadaan mental yang sedang sakit dan sekarang sedang menjalani pengobatan rawat jalan.

Pencapaian Tak Terduga pada Tahun 2022

Dari semua kesulitan yang dihadapi pada tahun 2022, aku pun mendapatkan berkat untuk bisa mencapai beberapa hal yang nggak terduga di luar resolusi tahun 2022. Pencapaian itu berupa:

1. Jauh lebih mencintai diri sendiri
Aku semakin menyayangi diriku sendiri. Rasa insecure berkurang karena aku yakin bahwa aku pantas untuk mendapatkan hal yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku merasa bahwa jika tidak ada yang bisa mencintaiku, maka aku lah yang akan mencintai diriku sendiri. Aku pun lebih rajin memberikan afirmasi positif kepada diriku sendiri, lebih banyak bersyukur kepada Tuhan, serta lebih banyak waktu untuk mengurus diri dan mengembangkan kemampuan diriku sendiri.

2. Lingkaran pertemanan yang suportif
Aku bersyukur juga dipertemukan dengan orang-orang baik dan ditempatkan di lingkungan yang sangat suportif. Mereka yang mendukungku untuk lebih percaya diri atas kemampuan yang aku miliki. Mereka juga dengan senang hati membantu dan memberikan telinganya untuk mendengarkan keluh kesahku serta bersedia untuk memberikan saran kepadaku.

3. Aku bisa membeli benda yang aku mau dengan uangku sendiri
Pada tahun 2022 aku punya beberapa wishlist benda yang ingin aku beli sebelum tahun ini berakhir. Pada akhirnya, setelah menabung selama setahun, aku bisa membeli barang yang aku inginkan. Aku harap dengan benda yang aku beli ini, aku bisa lebih produktif untuk melakukan hobiku lagi dan mengembangkan kemampuan diriku agar lebih berkembang pesat.

Evaluasi Diri

Setelah melalui pahit dan manisnya tahun 2021, ada beberapa hal yang aku pelajari:
  • Semua ujian hidup ini datangnya dari Tuhan dan akan kembali juga kepada Tuhan.
  • Apa yang hilang, akan tergantikan dengan hal yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
  • Kebahagiaan datangnya dari rasa syukur, semakin kita bersyukur maka kebahagiaan itu semakin bertambah sedangkan semakin banyak kita mengeluh maka hal yang kita keluhkan itu akan terus datang dalam kehidupan kita.
  • Sebelum mencintai orang lain, hal yang paling penting dilakukan adalah mencintai diri sendiri. Ketahui apa yang diri sendiri butuhkan dan wujudkan apa yang diri sendiri inginkan.
  • Pekalah terhadap lingkungan sekitar kita, sebab terkadang ada beberapa orang yang menyimpan masalahnya sendiri dan berjuang sendiri untuk menyelesaikan masalahnya padahal dia sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

Selain pelajaran yang bisa aku ambil, ada juga hal-hal yang aku perlu perbaiki:
  • Aku perlu mengurangi waktu untuk bermalas-malasan dan menunda pekerjaan.
  • Aku perlu lebih banyak mendengarkan dan berlatih untuk memberikan respon yang baik kepada orang lain agar komunikasi berjalan dengan lancar.
  • Aku juga perlu meningkatkan intensitas untuk mengungkapkan rasa sayang dan memberikan perhatian serta cinta kepada semua orang yang aku sayangi.

Resolusi Tahun 2023

Sampailah kita pada inti pembicaraan, setelah melakukan refleksi diri dan evaluasi, ini saatnya untuk menentukan target pencapaian pada tahun 2023. Kali ini, targetku akan melanjutkan target pada tahun sebelumnya dan menambah beberapa target baru.

Bismillahirrahmanirrahim. Inilah resolusiku untuk tahun 2023:
  1. Unlock new skill
  2. Bikin karya minimal dua minggu sekali
  3. Berbagi ilmu lewat Catatan Jepangku
  4. Punya passive income
  5. Produktif minimal 2 jam sehari
  6. Konsisten dalam melakukan segala hal
  7. Bangun relasi baik dengan orang lain
  8. Jadi happy virus buat lingkungan sekitar
  9. Makin sayang sama diri sendiri dan keluarga

Itulah cerita penutup dan pembuka tahun dari aku. Semoga tahun 2023 menjadi tahun yang penuh berkat dan kebahagiaan. Aamiin. Gimana dengan kamu? Kamu punya target pencapaian apa yang harus diwujudkan pada tahun 2023? Coba tulis di kolom komentar, nanti aku semogakan.

Sekian tulisan hari ini. Semoga memberikan sudut pandang yang baru buat kita semua. Mari kita jalani tahun 2023 ini. Semangat!

Have a nice day,


Michiko ♡