Tampilkan postingan dengan label Insight. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Insight. Tampilkan semua postingan

16 Juli 2023

Kebiasaan Orang Kaya

2:58 PM 1 Comments
Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta bidang pendidikan, yang mana merupakan tempat les. Tempat les ini harganya tidak murah, mahal—menurut orang tidak berduit seperti aku. Bahkan biaya per bulannya pun bisa sama dengan gajiku per bulan. Wow. Anak-anak yang belajar di sini pun bukan main-main, orang tua mereka punya income yang cukup—bahkan sangatlah besar. Sampai-sampai ingin ku bisikkan kepada mereka, "Pak, kerjanya apa? Spill dong, Bestie!"


Kebiasaan Orang Kaya

Satu hal yang aku tahu tentang anak-anak orang kaya ini adalah mereka anak-anak yang sibuk. Anak-anak yang tidak punya waktu luang untuk sekadar rebahan dan leha-leha di kamarnya sambil bermain handphone. Jadwal kosongnya selalu mereka pakai untuk les ini dan itu. Mereka nggak pernah membiarkan waktu mereka kosong. Justru mereka memanfaatkan waktunya untuk berinvestasi dengan dirinya sendiri. Entah itu menambah skill atau melakukan hal-hal seperti berolahraga, mengerjakan hobi, dan sebagainya. Yang jelas, nggak ada kata rebahan berjam-jam di dalam kamus mereka.

Walaupun kelihatannya melelahkan karena setelah melakukan rutinitas, mereka harus menambah waktu untuk melakukan pekerjaan tambahan juga, bagiku hal itu justru menakjubkan dan ingin aku tiru. Bayangkan saja, kalau aku punya dua jam waktu luang dan aku menginvestasikannya dengan membuat karya misalnya, mungkin aku sudah mempublikasikan banyak tulisan ke blog ini setiap harinya. Alih-alih dua jam waktu luangku dihabiskan untuk rebahan sambil bermain sosial media yang bahkan tidak banyak hal yang bisa aku dapatkan dari sana.

Ingat, guys! Waktu itu berharga! Baca juga: Time Management

Sekarang, aku jadi berpikir... apa aku masih berada di titik ini tanpa perkembangan karena aku belum siap menjadi orang kaya, ya? Aku belum siap merelakan waktu untuk tidak rebahan. Aku belum siap meninggalkan kebiasaan bermain sosial media sampai lupa waktu. Aku belum siap meninggalkan kebiasaanku menongkrong sampai berjam-jam. Mungkin hal ini yang membuat aku masih belum bisa menjadi orang kaya.

Namun, kaya atau berkecukupan itu merupakan rezeki masing-masing manusia. Yang jelas, kini aku bisa mendapatkan perspektif kehidupan baru dari orang-orang kaya yang ada di lingkunganku dan bisa aku coba terapkan ke dalam kehidupanku. Barangkali, setelah menerapkannya aku bisa jadi orang kaya. Siapa yang tahu, kan? Aamiin!

Tapi kebahagiaan bukan hanya soal uang ya, guys! Kita juga bisa bahagia dari hal-hal yang sederhana kok. Baca juga: Bahagia dari Hal Kecil

Semoga rejeki kita selalu dilancarkan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih. See you later!

Have a nice day


Michiko ♡

26 Agustus 2022

Jika Uang Bukan Segalanya

8:54 PM 0 Comments
Hai, guys! Aku kembali menulis lagi setelah berbulan-bulan hiatus dari dunia kepenulisan. Apa kabar nih?

Kali ini, aku punya ide baru untuk membuat serangkaian tulisan dengan beragam tema yang random—anggap aja kayak journaling di blog sendiri gitu ya hahahaha... Namun, kali ini nggak kayak 30 Days Productive Challenge ya, soalnya jadwalku lumayan padat. Emm, minimal upload di blog seminggu sekali lah ya? Alasannya karena waktuku sekarang dibagi dengan pekerjaan juga, sedangkan sepulang bekerja aku kembali mengisi energi yang telah hilang alias--ehm--rebahan. Biasalah, makhluk banyak alasan.

Ngomong-ngomong soal kerja nih, pasti berhubungan dengan duit dong ya. Barang ini tuh not easy to come but easy go, kamu merasa gitu juga nggak sih? Kadang-kadang, aku merasa baru terima uang di rekening, eh besoknya sisa separuh karena buat bayar kebutuhan hidup. Nggak jarang juga, benda-benda ini bikin kalian pusing, kan? Sama, aku juga. Malahan, kadang untuk beberapa orang bisa jadi penunda mimpi.


Jika Uang Bukan Segalanya 
Btw, aku mengangkat topik ini bukan untuk sesi meratapi nasib dan kemiskinan, guys. Tapi aku mau berandai-andai, siapa tahu jadi manifestasi untuk alam semesta mengabulkan angan kita ya, kan? Hahahaha. Berharap aja dulu.

Sekarang, kita lupakan soal uang dulu. Jadi, aku punya satu pertanyaan buat kamu: Kalau seandainya uang bukan masalah dalam kehidupan kamu, kamu mau melakukan apa aja? Atau kalau kamu bingung, kita coba balik pertanyaannya. Kalau kamu punya uang banyak dan unlimited, kamu mau melakukan apa?

Kamu boleh pikirkan mimpimu, keinginanmu, cita-citamu, sambil membaca ceritaku. 

Kalau aku punya uang unlimited, ada banyak banget yang ingin aku lakukan dan aku beli (tentunya). Soalnya, beberapa mimpiku kadang masih tertunda karena keterbatasan ekonomi.

1. Punya rumah impian

Aku pengen punya rumah satu atau dua lantai yang luas. Di dalamnya, ada ruang tamu yang terpisah dari ruangan utama supaya kalau ada tamu bisa jaga privasi orang rumah. Dapur yang bisa diakses dari mana saja. Kemudian, ada satu ruangan khusus untuk jadi rumah kucing.  

Ada taman yang bisa dipakai untuk anak-anak bermain di depan dan di belakang rumah. Di depan rumah dihiasi kolam ikan atau air mancur dan di sudut halaman depan rumah ada gazebo kecil untuk bersantai. Aku pengen punya rumah yang asri, yang nantinya halaman itu bisa aku tanami pohon atau aku hiasi dengan berbagai macam pot bunga atau menanam pohon-pohonan kecil seperti cabe atau tomat atau selada. 

Karena aku suka berenang, jadi aku juga mau rumah yang ada kolam renangnya. Di tepi kolam renang, aku bangun sebuah bar kecil yang bisa punya akses langsung dengan dapur. Jadi, setelah berenang, aku bisa langsung mengambil minuman segar atau buah-buahan lewat bar kecil itu. Selain itu, aku juga bisa melakukan hobiku seperti melukis, bernyanyi, atau menulis sambil melihat ke arah kolam renang yang tenang. 

2. Punya kos-kosan

Mimpiku dari dulu adalah punya usaha kos-kosan. Walaupun ada berbagai jenis usaha yang lain, tapi entah kenapa aku pengen banget jadi ibu kos. Mungkin kalau aku jadi ibu kos, nantinya aku jadi punya banyak kenalan dan juga aku tinggal santai-santai aja dan uang terus mengalir sampai jauh. Lah, kok kayak iklan pipa. 

Aku mau punya kos-kosan outdoor tiga lantai untuk putra dan putri dengan bangunan berbentuk huruf U. Di depan bangunannya ada taman hijau dan gazebo kecil untuk anak kos bersantai serta di dekatnya ada dapur umum untuk masak-masak dan kumpul bersama teman-teman. 

Di dalam kamarnya, ingin aku design kayak kamar hotel dengan fasilitas lengkap supaya penghuninya merasa nyaman tinggal di sana. Setiap bulannya ada pengecekan fasilitas kamar, supaya kalau ada keluhan atau kerusakan bisa langsung diperbaiki. Aku suka kenalan dengan orang baru, jadi aku pengen bisa akrab juga dengan anak-anak kos. Mimpi yang terlalu idealis sih... kayaknya hahaha.

3. Keliling Dunia

Ini adalah hal yang pengen banget aku lakukan. Aku suka banget mengenal budaya-budaya baru, makanya aku justru suka banget merantau walaupun cuma merantau di daerah pulau Jawa. Buat aku, budaya yang berbeda-beda itu unik. Aku jadi tahu banyak tentang pola pikir masyarakat di daerah tertentu lewat budayanya. Selain itu, aku juga suka belajar bahasa karena aku jadi bisa gosipin orang pakai bahasa asing yang mereka nggak pahami. Whoopsie

Sebenarnya, di dalam jiwaku ini emang ada jiwa-jiwa petualang yang terpendam. Sayangnya, kalah sama rasa mager alias malas gerak. Padahal kalau diingat-ingat lagi, jalan-jalan keliling kota itu menyenangkan, kendalanya cuma panas dan keringetan aja sih. Apalagi kalau keliling negeri dan keliling dunia, di bayanganku itu kayaknya bakalan menarik banget deh. 

Kalau aku pergi keliling dunia, akan ada berbagai macam orang yang aku temui yang fisik dan karakternya berbeda-beda. Begitu pula dengan budaya yang dijunjung oleh masyarakat daerahnya. Semakin jauh aku pergi, kadang semakin banyak juga aku menemukan hal-hal yang belum pernah aku temui, bahkan aku anggap nggak ada sebelumnya. Semakin jauh kita menggali, kita pun bakal sadar bahwa pengetahuan yang kita punya nggak seberapa.

4. Lanjut Pendidikan

Aku orang yang suka belajar. Buat aku, ilmu itu nggak ada yang sia-sia. Sebab, ilmu itu pasti bakalan kepakai nantinya. Walaupun nggak selalu terpakai di segala situasi, tapi dia pasti berguna suatu saat nanti saat dibutuhkan. Maka dari itu, aku punya cita-cita pengen melanjutkan pendidikan. 

Bahkan, aku sering bilang ke teman-temanku kalau aku pengen kuliah S1 lagi tapi beda jurusan dari jurusanku sebelumnya, alih-alih lanjut pendidikan S2. Soalnya, kalau aku lihat jurusan kuliah orang lain rasanya aku juga pengen tahu lebih dalam tentang ilmu itu. Walaupun aku tahu kuliah itu nggak gampang, tapi nggak tahu kenapa aku justru suka banget dengan pendidikan saat kuliah. Maka dari itu, aku pengen lanjut pendidikan. Apalagi, kalau lanjut pendidikannya di luar negeri, itu poin plus karena sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, bisa sambil belajar budaya negara itu juga.

5. Melakukan hobi sepuasnya

Ada kalanya, kita akan jenuh dengan aktivitas sehari-hari dan mencari pelarian ke hobi. Buat aku, hobi adalah bentuk belajar juga. Dari sana, banyak hal-hal yang bisa di-upgrade untuk diri kita sendiri. Misalnya melukis, secara nggak langsung kita belajar cara memadukan warna, teknik melukis supaya bagus, memberi perhatian pada hal yang detail, dan sebagainya. Ada bermacam-macam hobi di dunia ini yang pastinya selain melatih keahlian kita dalam melakukannya, juga bisa melatih sikap kita seperti kesabaran, ketelitian, ketekunan, dan sebagainya. 

Maka dari itu, aku pengen banget melakukan hobiku sepuasnya. Lebih bagus lagi, kalau aku bisa belajar langsung dari ahlinya untuk mendalami hobiku itu. Pasti aku jadi bisa menghasilkan karya lebih baik lagi. 


Nah, jadi itulah hal yang ingin aku lakukan jika uang bukanlah masalah dalam kehidupan. Kelihatannya menarik ya kalau kita bisa melakukan hal-hal positif yang kita inginkan dan mewujudkan impian kita yang selama ini masih tertunda. 

Kalau kamu, apa yang mau kamu lakukan kalau punya uang tidak terbatas dan tak akan habis? Kelihatannya impian kamu juga bakalan menarik nih, yuk ikutan halu bareng aku!

Michiko♡

1 Januari 2022

Antara Penyesalan dan Harapan

4:00 PM 0 Comments
Hai! Sudah lama banget aku nggak menulis di blog ya. Btw, happy new year, guys! Semoga tahun 2022 ini akan menjadi tahun yang baik untuk kita semua dan penuh dengan berkat.

Tulisan ini bakalan menjadi tulisan pertama di tahun 2022. Temanya nggak bakalan jauh-jauh dari rutinitas di tahun baru. Aku akan membahas pertanggungjawaban resolusi tahun lalu dan menuliskan daftar resolusi tahun ini. 
Evaluasi Tahun 2021 dan Resolusi Tahun 2022

Apakah resolusi tahun lalu tercapai?

Jawabannya, nggak semua. Resolusi tahun 2021 ada empat, aku berhasil mencapai dua. Sisanya belum tercapai. 

Baca juga resolusi tahun lalu di Thank You Card for 2020

1. Mempunyai penghasilan sendiri

Bisa dibilang, tahun 2021 aku punya penghasilan dari kerja freelance. Jujur, jumlahnya nggak terlalu banyak, aku belum bisa membiayai hidupku sendiri. Kerja freelance nggak tentu juga penghasilan setiap bulannya berapa. Akan tetapi, aku jadi punya pengalaman bekerja.

Aku banyak belajar lewat kerja freelance. Belajar manajemen waktu, mengolah emosi saat aku bekerja di bawah tekanan alias deadline. Jadi, aku anggap resolusi ini tercapai.

2. Baca buku minimal 1 buku sebulan

Baca buku rutin sudah aku lakukan setiap bulan tapi aku nggak menghabiskan satu buku dalam satu bulan. Bisa dibilang, resolusiku ini setengah tercapai. Aku mencapai resolusi untuk konsisten baca buku, tapi nggak bisa mencapai jumlah target buku setiap bulannya. 

Baca review buku-buku yang pernah aku baca di sini

3. Menyelesaikan novel dan menerbitkannya

I thought, aku bisa menyelesaikan novel yang aku kerjakan dalam waktu 6 bulan atau 1 tahun. Namun, kemudian ada banyak hal yang mempengaruhi waktuku, pikiranku, serta niatku. Awal tahun aku rajin bikin cerpen dan cerbung, itu sebenarnya sambil menulis novel juga. Akan tetapi, aku harus menundanya dan akhirnya aku punya keinginan lain.

Jadi, aku banting setir. Aku memutuskan untuk menuliskan ilmu yang pernah aku dapat di bangku kuliah melalui Instagram catatanjepangku dan Twitter catatanjepangku. Perjalanannya memang nggak mudah tetapi aku berusaha untuk menekuninya sebagai sampingan. Itu juga jadi alasan kenapa aku nggak terlalu rajin update blog kayak dulu.

4. Ikut berbagai macam lomba

To be honest, aku nggak ikut lomba apa pun sepanjang 2021. Jiwa kompetitifku ditidurkan oleh keadaan mentalku yang nggak stabil. Aku anggap resolusi ini nggak tercapai.

Sepanjang 2021, aku mengalami banyak kesulitan dari dalam diri, aku kehilangan rasa percaya diri, keadaan mental yang nggak stabil, tekanan eksternal dan internal, pokoknya I'd been struggling a lot. But, I'm glad I'm still here and sharing with y'all hehehe.

Rintangan dan Kegagalan pada Tahun 2021

Menurutku, tahun 2021 adalah tahun yang tersulit bagiku. Sebab, aku banyak menangis dan putus asa pada tahun 2021. Banyak kegagalan yang aku hadapi, di antaranya:

1. Pekerjaan

Rasa percaya diri yang hampir hilang, membuat aku takut banget melangkah maju. Aku takut bertemu orang baru. Aku takut hidup di lingkungan baru. Aku takut menghadapi masa depanku. Aku benar-benar nggak tahu apa yang harus aku lakukan setelah kuliah. Aku bahkan jadi sensitif setiap dengar pertanyaan: Kapan kerja? Kerja di mana? Habis ini mau ngapain?

Pokoknya aku selalu pusing setiap dengar pertanyaan itu. Di sisi lain, aku juga nggak berani melangkah maju dan masuk ke dunia kerja karena aku merasa nggak mampu setelah mengalami beberapa penolakan.

Setelah lulus, aku sempat kirim lamaran ke LPK sebagai pengajar tapi belum dapat kesempatan. Aku sempat daftar magang, juga belum dapat kesempatan. Aku sempat lamar pekerjaan ke penerbit sebagai editor dan content writer juga belum dapat kesempatan. Sempat daftar CPNS, tapi gagal juga. Maka dari itu, rasa percaya diriku langsung jatuh dan aku merasa minder banget sampai aku lupa kalau aku sebenarnya masih punya kemampuan.

2. Keadaan mental yang nggak stabil

Jujur, aku banyak nangis pada tahun 2021. Alasannya banyak, stres, tertekan, kesepian, merasa nggak pantas hidup, merasa jadi sumber kesialan, merasa diri nggak berguna, aku juga pernah ada di titik terbawah dan hampir kehilangan jati diri. Aku berantakan, sangat berantakan. Nonton anime dan drama pun bisa trigger pikiranku. Aku nggak bisa tidur setiap malam. Banyak makan sampai berat badan naik drastis dalam satu bulan. I've been struggling through hard times. Aku hampir melakukan percobaan. But then, aku sadar, adikku nggak boleh sendirian.

Pencapaian Tak Terduga pada Tahun 2021

Walaupun tahun 2021 adalah tahun yang berat untukku tetapi ada sesuatu hal yang hadir di belakangnya. Sesuai apa yang selalu digaungkan orang-orang: Setiap kesulitan selalu datang bersama kemudahan.

Ada banyak hal yang aku lakukan selama tahun 2021. Setelah melewati banyak kesulitan, ada hal yang nggak terduga datang dan menjadi berkat buat aku—juga keluarga.

1. Catatan Jepangku

Aku sama sekali nggak punya rencana untuk membuat akun ini. Awalnya, aku pengen jadi penulis buku tapi nggak tau kenapa usahaku sama sekali belum membuahkan hasil. Mungkin bukan jalanku kali ya.

Aku pengen jadi Youtuber tapi rasa percaya diriku benar-benar tipis banget. Bahkan sampai cari kerja pun, aku nggak berani karena merasa minder banget.

Aku sempat daftar magang, lamar kerja, menyimak akun-akun digital marketing dan akhirnya... aku punya keinginan buat bikin akun kayak mereka. Aku pengen jadi content creator di bidang edukasi. Aku pikir, lumayan juga. Aku bisa mengingat materi kuliah tanpa buka buku Minna no Nihongo dan kawan-kawannya. Kalau nggak berguna buat orang lain, setidaknya berguna buat diriku sendiri.

Pada akhir tahun 2021 ini, nggak disangka pengikut di Twitter tembus 2000 followers dan Instagram tembus 300 followers. Aku senang banget, banyak yang terbantu dengan akun Catatan Jepangku.

Selain itu, aku juga mendapat relasi baru yaitu kreator bahasa Jepang di Instagram juga. Aku juga pernah mention Jerome Polin di story Instagram dan dia lihat story itu. I was so happy.

2. Opet

Apa itu Opet? Dia kucing yang aku temukan di tong sampah waktu dia lagi cari makan. Bulunya lebat, sayangnya wajahnya penuh jamur. Badannya gede banget, kayak anak anjing. Bulunya oren kayak singa. Matanya sipit dan tajam, kelihatannya galak. Dia tidur di teras rumah. Setelah aku kasih makan, dia balik terus ke rumah dan akhirnya dia jadi bagian dari keluarga—karena nggak ada yang klaim dia juga setelah setengah tahun berlalu.

Dia mood booster kalau di rumah. Kucing yang penurut, pendiam, dan manja—dijawil pun pasrah saja. Dulu aku takut pegang dia karena badannya gede kayak bagong tapi ternyata manja banget. Dia stress reliever buat aku.

3. Dapat pekerjaan

Setelah melalui berbagai kesulitan dan penolakan, akhirnya aku mendapatkan panggilan kerja di penghujung tahun 2021. Aku mendapatkan pekerjaan seperti impian karirku, yaitu guru bahasa Jepang. Aku mulai bekerja tahun 2022 ini, aku minta doanya ya teman-teman. Semoga pekerjaan ini bisa membahagiakan dan aku jalani dengan penuh keikhlasan.

Evaluasi Diri

Setelah melalui pahit dan manisnya tahun 2021, ada beberapa hal yang aku pelajari:
    1. Hidupmu nggak akan pernah berubah kalau kamu nggak mau berubah
    2. Kamu nggak akan pernah tahu tolok ukur kemampuanmu kalau kamu nggak mau mencoba menunjukkan kemampuanmu.
    3. Rasa takut cuma ada di pikiran kamu, kalau kamu terus-terusan takut bakal banyak banget kesempatan di luar sana yang kamu lewatkan.
    4. Rasa minder itu wajar. Ada dua cara menghadapinya, kamu perbaiki kekuranganmu atau kamu tetap merasa minder dan semakin tertinggal dari orang-orang yang terus berusaha menjadi lebih baik. Kamu nggak bisa menyuruh orang lain berhenti berlari demi kamu, justru kamu yang harus ikut lari buat kejar mereka yang ada di depan kamu.

    Selain pelajaran yang bisa aku ambil, ada juga hal-hal yang aku perlu perbaiki:
    1. Aku perlu lebih banyak bersosialisasi dan banyak belajar lewat lingkungan sekitar serta mengasah kepekaan
    2. Aku perlu belajar caranya mengakui perasaan sendiri, mengalahkan ego dan gengsi, dan menunjukkan kepedulian serta perasaanku kepada orang lain.
    3. Aku perlu mengurangi waktu untuk bermalas-malasan dan menunda pekerjaan

    Resolusi Tahun 2022

    Sampailah kita pada inti pembicaraan, setelah melakukan refleksi diri dan evaluasi, ini saatnya untuk menentukan target pencapaian pada tahun 2022. Kali ini, targetku lebih banyak karena aku merasa semakin banyak target semakin banyak pula hal yang kita usahakan agar tercapai.

    Bismillahirrahmanirrahim. Inilah resolusiku untuk tahun 2022:
    1. Baca berbagai genre buku
    2. Punya sertifikat N2
    3. Bikin buku
    4. Rutin olahraga
    5. Konsisten dalam melakukan segala hal
    6. Selalu merasa bahagia dan ikhlas dalam menjalani segala hal
    7. Bangun hubungan baik dengan orang lain
    8. Punya penghasilan dan tabungan yang stabil

    Itulah cerita penutup dan pembuka tahun dari aku. Semoga tahun 2022 menjadi tahun yang penuh berkat dan kebahagiaan. Aamiin.

    Kalau kamu punya target pencapaian apa yang harus diwujudkan pada tahun 2022? Coba tulis di kolom komentar, nanti aku semogakan.

    Sekian tulisan hari ini. Semoga memberikan sudut pandang yang baru buat kita semua. Mari kita jalani tahun 2022 ini. Semangat!

    Have a nice day,


    Michiko ♡

    1 Oktober 2021

    Porsi Rezeki Abang Ojol

    5:37 PM 2 Comments


    Hari Selasa di bulan September, aku mengalami sebuah kejadian yang membuka mataku dan memberikan pelajaran yang berharga bagiku. Satu hal yang aku pelajari:

    Rezeki setiap orang ada porsinya masing-masing dan gak akan lari ke mana pun.


    Hal ini aku alami saat aku pergi ke Bandung untuk tes CPNS pada hari Senin dan Selasa. Pada hari Senin di malam hari, aku memesan makanan di aplikasi online dengan total 41 ribu. Saat itu, uangku genap 50 ribu dan aku gak punya uang receh untuk menggenapkan uang kembalian. Turunlah aku dari kamarku di lantai tiga dengan membawa uang 50 ribu di kantongku. Saat aku bayar ke abangnya, ternyata beliau gak ada uang sembilan ribu justru beliau cuma ada sepuluh ribu. Aku sendiri gak bawa seribu buat menggenapkan uang kembalian itu karena dompetku ketinggalan di kamar. Akhirnya, abangnya mengikhlaskan seribu itu dan memberikan kembalian sepuluh ribu. Aku banyak berterima kasih ke abangnya, mungkin ini rezekiku. Semoga rezeki abangnya dilancarkan selalu. 


    Keesokan paginya, aku pesan bubur ayam di aplikasi online yang sama dengan total yang aku habiskan saat itu adalah 35 ribu. Sama seperti malam sebelumnya, aku bawa uang 50 ribu. Waktu aku bayar ke abangnya, ternyata abangnya cuma ada uang 14 ribu, yang berarti kembaliannya kurang seribu. Akhirnya, aku ikhlaskan aja kembalian seribu itu buat abangnya. Semoga abang ojol yang ini juga rezekinya dilancarkan selalu.


    Saat aku kembali ke kamar, aku baru sadar. Ternyata, uang yang diikhlaskan oleh abang ojol semalam adalah rezeki abang ojol pagi itu dan aku hadir sebagai perantara. Aku jadi paham, ternyata rezeki orang itu ada porsinya masing-masing. 

    Kalau rezeki itu untukmu, ia akan jadi milikmu. Kalau rezeki itu bukan untukmu, ia bukan milikmu. 


    Lantas, kenapa kita harus khawatir akan hidup dalam kekurangan kalau ternyata manusia sudah punya porsi rezekinya masing-masing? 


    Tugas kita sebagai manusia bukan menentukan siapa yang berhak menerima rezeki lebih banyak dari yang lain, tapi tugas kita adalah menjemput rezeki yang sudah ditetapkan untuk kita. 


    Sekian tulisan untuk hari ini. 

    Have a nice day,



    Michiko ♡


    Pictures source: Visual stories || Michelle on Unsplash

    11 Juni 2021

    Lidah Bermata Pisau

    9:50 AM 0 Comments
    Kamu pernah sakit hati karena lidah seseorang walaupun perkataannya jujur? Iya, kejujuran emang menyakitkan karena kita terlalu senang hidup di dalam kebohongan. 

    Aku juga pernah merasa sakit hati ketika mendapatkan komentar jujur dari orang-orang di sekitarku. Sebagian ada yang berkata jujur tentang penampilanku, sebagian ada yang berkata jujur tentang tubuhku, sebagian ada yang berkata jujur tentang perilakuku, sebagian ada yang berkata jujur tentang masa depanku yang dianggap kelam. Sebagian dari kejujuran mereka membuat aku terluka. 

    Komentar-komentar itu semua datang dari lidah manusia. Bagaimana bisa lidah yang selembut itu bisa mengiris hati seseorang? 

    Lidah Bermata Pisau
    Namanya juga manusia, makhluk sosial, kita pasti akan menemukan orang yang macam-macam perilakunya dalam hidup kita. Salah satunya, orang yang ceplas-ceplos dan nggak bisa filter omongannya sendiri. 

    Kadang-kadang, tingkah mereka itu lucu sekali karena polos dan jujur. Akan tetapi, di beberapa situasi, kadang-kadang mereka menjengkelkan karena ucapan jujurnya yang menyakiti hati. Entah karena dosis kejujurannya terlalu berlebihan, atau aku yang terlalu bawa perasaan. 

    Katanya, segala sesuatu yang berlebihan itu nggak baik, bukan? Sekalipun itu sebuah kebaikan yang berlebihan? Ya... menurutku sih iya. Apalagi kalau keburukan yang berlebihan ya? Pasti hancur sudah dunia ini. 

    Kalau dipikir-pikir, menjadi orang yang jujur itu sebenarnya sebuah kelebihan yang banyak dicari orang, apalagi saat kita hidup di dunia yang penuh dengan kebohongan. Akan tetapi, sepertinya dunia terlalu mencintai rupa kebohongan yang manis sehingga saat kita menjumpai kejujuran, hal itu akan sangat menyakiti perasaan kita. 

    "Kok kamu jadi jelek gitu, kenapa sekarang jerawatnya jadi banyak banget?" tanya seorang wanita yang sedang menggendong bayinya saat pertemuan keluarga yang diadakan setahun sekali. 

    "Kamu sekarang gendut banget ya. Beratmu berapa sekarang?" tanya seorang teman SMA saat pertemuan alumni. 

    "Belum kerja juga? Kamu mau jadi apa? Pengangguran?" tanya seorang pria paruh baya yang sudah lelah menanggung beban keluarga. 

    "Daftar ke sini nggak diterima, daftar ke situ nggak diterima. Nggak usah sekolah lah, percuma kalau bodoh. Nanti cuma buang-buang duit," keluh seorang wanita yang frustrasi dengan anaknya yang nggak kunjung dapat sekolah baru. 

    Cuma basa-basi? Masih zaman basa-basi dengan menyakiti hati orang lain? Baca deh Adab Silaturahmi, supaya basa-basi nggak lagi menyakiti perasaan orang lain.

    Beberapa orang yang menerima komentar itu akan membalas dengan sebuah reaksi: mengeluh atau berubah. 

    Ya sudah, kalau begitu tinggal berubah, apa susahnya? Mengeluh juga nggak menyelesaikan masalah. Anggap saja masukan dari orang lain. 

    Feedback atau masukan memang penting dalam pengembangan diri tetapi sampaikanlah dengan cara yang nggak menyakiti hati dan pahami juga kondisinya. Coba bayangkan saja, bagaimana rasanya kalau kamu sedang berjuang membuang hal-hal yang membuat kamu nggak percaya diri tetapi komentar orang lain justru menjatuhkan mentalmu dan membuatmu jadi semakin nggak percaya diri? 

    Kalau kamu mengalami hal yang sama, apakah kamu akan langsung berubah setelah mendapatkan komentar yang seperti itu? 

    Bagiku, hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga. Aku nggak suka dengan penyampaian kejujuran yang menyakiti hati. Maka, hal ini pun akan jadi pengingat untuk diriku sendiri untuk nggak melakukan hal yang sama. Sebelum menghakimi atau mengomentari orang lain, ada baiknya kita berkaca terlebih dahulu.


    Komentar negatif itu bisa menghancurkan kepercayaan diri yang dibangun bertahun-tahun hanya dalam satu detik saja. Coba bayangkan, berapa banyak kepercayaan diri orang lain yang bisa kamu hancurkan hanya dengan kata-kata dari lidahmu saja? Berapa banyak hati yang berdarah karena sayatan ucapanmu? 

    Kita sudah tahu bagaimana rasanya ketika orang lain mengomentari kekurangan kita, maka jangan lakukan hal yang sama. 

    Lidah itu tajam. Jauh lebih tajam daripada pedang. 

    Kalau kamu gak bisa menggunakan pedang dengan baik, sebaiknya kamu simpan saja pedang itu daripada melukai orang lain. Sama halnya seperti lidah, jika kamu tidak bisa bertutur kata yang baik, sebaiknya kamu diam saja daripada tutur katamu itu menyakiti orang lain. 

    Sayang banget kan kalau lidah digunakan untuk berucap hal yang menyakiti hati orang lain. Padahal, lidah bisa digunakan untuk bertutur kata dengan baik yang bakal sangat menyenangkan hati orang lain. Contohnya, kalau kita mengucapkan 3 kata ajaib yang bisa membuat orang lain tersenyum. 

    Ketahui 3 kata ajaib selengkapnya di artikel: 3 Miracle Words

    Kalau kamu mendapatkan komentar negatif dari orang lain, apa yang kamu lakukan? 

    Yuk, berbagi tips menghadapi komentar negatif di kolom komentar!

    Have a nice day, 


    Michiko♡

    Picture design by nadhishafa

    4 Juni 2021

    Analogi Sepeda Kehidupan

    8:20 PM 0 Comments
    Kamu pernah naik sepeda kan?
    Atau seenggaknya kamu pasti pernah melihat sepeda kan?
    Kamu tahu bentuk sepeda seperti apa?

    Apa saja sih bagian-bagian sepeda?
    Ada setang dan rem, ada sadel dan dudukan sadel, ada rantai, ada roda dan ban, ada pedal, dan rangka sepedanya.

    Bagaimana caranya supaya sepeda itu bisa jalan? Tentu saja, harus ada orang yang mengendarai sepeda itu. 

    Analogi Sepeda Kehidupan
    Ngomong-ngomong soal sepeda nih, kamu pernah kepikiran nggak kalau manusia menjalani hidup itu seperti naik sepeda. Kita adalah pengendaranya dan sepeda adalah komponen lain dalam hidup kita. Komponen-komponen itulah yang mendorong kita untuk mencapai tujuan hidup kita.

    1. Pedal adalah tuas usaha

    Misalnya, pedal sepeda yang dianalogikan sebagai sebuah tuas usaha. Kalau kita nggak mengayuh sepeda, maka sepeda nggak akan jalan. Sama halnya, saat kita nggak mau usaha, pasti kita juga nggak akan bisa untuk mencapai tujuan kita, cita-cita kita, atau keinginan kita. Salah satu cara kita mengayuh sepeda itu dengan konsistensi dalam berusaha. Baca di sini: Konsistensi, Kunci Ajaib Pengabul Mimpi

    2. Roda adalah dukungan internal dan eksternal

    Kemudian, kita analogikan roda sebagai support system. Kalau sepeda nggak ada rodanya, sepeda nggak bisa jalan dong? Mungkin bisa, tapi kita yang seret sepedanya. 

    Sama juga halnya dengan kehidupan kita, kalau kita nggak punya support system apa yang bakal terjadi? Kita jatuh bangun sendiri, kita sedih dan menangis sendiri, kita terluka sendiri, kita susah sendiri, kita senang sendiri, kita tertawa sendiri tanpa ada tempat berbagi. Intinya, kita harus menyeret hidup kita sendirian.

    Support system itu apa saja sih bentuknya? Banyak. Bisa berupa dukungan keluarga, pikiran positif kita, doa, teman-teman yang suportif, atau lingkungan yang mendukung kita. Ngomong-ngomong, doa juga punya analogi kayak sepeda lho. Baca di sini: Zutto Oinorishimashou

    3. Setang dan rem adalah pengarah pilihan hidup

    Kemudian, kita analogikan setang dan rem sebagai alat untuk mengarahkan kita pada tujuan yang ingin kita capai. Kita pasti sudah paham, saat kita punya tujuan maka akan ada banyak jalan yang kita lalui atau bisa kita pilih sebagai alternatif. 

    Misalnya, kita punya tujuan ke Jakarta dan berangkat dari Semarang, ada banyak jalan kan? Mulai dari jalan tol, jalan utama Pantura, bahkan jalan kecil buat melipir pun ada. Begitu juga cara kita mencapai tujuan kita, ada banyak jalan menuju Roma, dan dengan setang itulah kita memilih jalan mana yang harus kita tempuh.

    Lalu, apa fungsi remnya? 

    Setiap jalan pasti punya risiko dan kesulitan tersendiri. Kita bisa lho pilih jalan tol yang lancar anti macet, tapi kita punya risiko tertabrak mobil kalau bersepeda di jalan tol. Kita bisa juga pilih jalan Pantura tapi kita punya risiko beriringan dengan banyak truk dan kendaraan besar lainnya. Kita bisa pilih jalan kecil tapi kita punya risiko tersesat atau melewati area perumahan yang banyak anak kecil main di jalan. Kita bisa pilih jalan desa tapi kita punya risiko melewati jalan yang licin atau penuh lubang dan bebatuan. 

    Sama halnya kayak kita menempuh jalan menuju tujuan hidup kita. Semua jalan punya masalahnya sendiri. Semua pilihan kita punya risikonya sendiri. Itu lah fungsi rem dalam hidup kita, kita bisa menggunakannya saat menemukan banyak masalah dalam perjalanan kita, supaya kita berhati-hati dan nggak celaka. 

    Ingatlah, nggak apa-apa untuk berhenti sejenak saat menemui masalah. Nggak apa-apa untuk istirahat sejenak saat merasa lelah. Semangat! 

    4. Rantai adalah niat

    Rantai sepeda dianalogikan sebagai niat kita. Ketika niat kita kuat, rantai itu terasa seperti baru diberi pelumas. Perjalanan kita pun pasti lancar dengan rantai yang masih licin. 

    Namun, apa yang terjadi ketika rantai itu mulai berkarat seiring jauhnya perjalanan yang kita tempuh? Pasti terasa berat saat kita harus bersepeda dengan rantai berkarat dan hampir putus padahal kita belum mencapai tujuan kita. Maka dari itu, ketika kita merasa perjalanan kita terasa berat dan kita mulai lelah dengan semuanya, istirahatlah sejenak dan benahi niat terlebih dahulu.

    5. Sadel dan dudukan sadel adalah kesehatan fisik dan mental

    Sadel dan dudukan sadel diibaratkan sebagai kesehatan mental dan fisik kita. Keduanya bekerja sama untuk memberikan kenyamanan saat kita bersepeda untuk menempuh perjalanan kita. 

    Ketika kesehatan kita tidak baik atau sedang rusak, perjalanan kita nggak akan terasa nyaman. Coba bayangkan saja, bagaimana rasanya ketika kita sedang mengejar mimpi tapi ternyata tubuh dan mental kita nggak baik-baik saja. Rasanya nggak nyaman kan? Kayak bersepeda tapi sepedanya nggak ada dudukan sadel, masa iya duduk di rangka sepedanya? Nggak nyaman, kan?

    Nah, itu lah analogi sepeda dalam kehidupan kita. Sekarang, tinggal satu pertanyaan yang mau aku tanyakan pada kamu. Kamu mau bersepeda ke mana? Apakah kamu sudah menetapkan tujuan hidupmu?

    Yuk, share jawabanmu di kolom komentar!

    Have a nice day,


    Michiko♡

    Picture by Rizki Yulian

    21 Mei 2021

    Kala Tuhan Berkata Tidak

    11:40 AM 0 Comments
    Kamu pernah kesal nggak ketika keinginanmu nggak terwujud? 

    Apa kamu pernah berpikir kalau Tuhan jahat karena nggak pernah mendengar doa kita?

    Setiap manusia selalu punya banyak keinginan. Setiap satu keinginan terwujud, kita bakal punya keinginan yang lain. Betul begitu? Iya, karena manusia punya sifat yang nggak pernah puas. Itu sudah menjadi naluri seorang manusia. Akan tetapi, kalau sifat itu dibiarkan terus-menerus, hal itu akan melahirkan jutaan makhluk yang tamak. Jelas, dampaknya akan sangat berbahaya bagi setiap manusia dan lingkungannya.

    Namun, Tuhan tahu bagaimana cara menghentikan ketamakan manusia yang sudah pasti akan menghancurkan dunia dan dirinya sendiri, yaitu dengan berkata tidak. Tuhan punya alasan untuk berkata tidak pada setiap permintaan manusia. Aku bisa menuliskan alasan-alasan mengapa Tuhan berkata "tidak". Aku bukan Tuhan, tapi aku belajar banyak dari segala keputusanNya.

    1. Penundaan

    Tuhan adalah Zat Yang Maha Tahu. Tuhan tahu jalan hidup yang akan kita lalui. Dia tahu kapan waktu yang tepat untuk mengabulkan permintaan manusia. Dia tahu hal yang berhak kita peroleh dan hal yang bukan hak kita.

    Hanya saja, kalau permintaan kita nggak kunjung dikabulkan, bukan berarti Tuhan menolaknya. Bisa saja, permintaan kita akan dikabulkan beberapa hari kemudian, beberapa bulan kemudian, atau bahkan beberapa tahun kemudian. Tujuannya adalah menguji kesabaran dan usaha kita. Sejauh apa sih usaha kita untuk mendapatkannya? Apakah kita layak mendapatkan itu dengan usaha yang kita lakukan? Apakah doa kita sudah cukup imbang dengan usaha yang kita lakukan?

    Baca kiat dalam berdoa: Zutto Oinorishimashou

    2. Melindungi kita dari bahaya

    Nggak semua yang kita inginkan akan terwujud. Memang, rasanya sedih banget ketika kita nggak bisa memiliki apa yang kita inginkan. Itu tandanya naluri ketamakan kita sedang meronta karena dikurung oleh keputusanNya.

    Padahal, bisa jadi kalau keinginan kita terwujud bukanlah kebaikan yang kita dapatkan tapi justru bahaya. Maka, Tuhan berkata tidak untuk melindungi kita dari keinginan yang berpotensi menjerumuskan kita ke dalam keburukan.

    Pelajari tentang ketamakan yang membawa petaka di postingan Belajar Tentang Keserakahan dari Buku Aroma Karsa Karya Dee Lestari

    3. Memberi hal yang jauh lebih baik

    Tuhan itu Maha Baik. Jika kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, setidaknya Dia akan memberi yang jauh lebih baik dari apa yang kita inginkan. Bisa jadi hal yang kita dapatkan lebih baik manfaatnya. Bisa jadi hal yang kita dapatkan lebih banyak pelajarannya. Bisa jadi hal yang kita dapatkan lebih baik maknanya. Bisa jadi pula hal yang kita dapatkan lebih baik hikmahnya. Jelas, Tuhan tahu yang terbaik untuk hambaNya.

    4. Memberikan pelajaran

    Setiap kesedihan atau hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi, semua itu selalu ada hikmahnya. Kita bisa belajar dari kesedihan yang kita alami. Kita bisa paham dan memaknai hikmahnya saat kita tidak bisa mendapatkan sesuatu yang kita kehendaki. Semua itu terjadi karena ada alasannya. Semua itu akan selalu berbuah hikmah yang bisa kita pelajari. 

    Baca cara memaknai kegagalan kala Tuhan berkata tidak

    5. Tuhan sayang kita

    Dari semua yang telah aku sebutkan, satu alasan yang paling utama; Tuhan sayang kita. Tuhan ingin yang terbaik untuk hambaNya.

    Kala Tuhan Berkata Tidak
    Itulah lima alasan yang aku pahami kala Tuhan berkata tidak pada apa yang aku kehendaki. Bagaimana dengan pendapat kamu? Menurutmu, apa alasan Tuhan belum mengabulkan permintaanmu? 

    Sekian renungan untuk hari ini. Selamat beraktivitas.

    Have a nice day,


    Michiko ♡

    Picture design by nadhishafa

    20 April 2021

    Bertahan dalam Keadaan Tersulit

    10:42 PM 0 Comments
    Hidup itu bagai roda yang berputar, kadang ada masa kita berada di atas dan kadangkala pula kita berada di bawah. Setiap orang pasti pernah berada di dalam kesulitan. Banyak hal yang bisa dipelajari dan dimaknai oleh manusia setiap ia mengalami kesulitan, termasuk aku begitu pun kamu. 

    Kamu pasti pernah berada di fase tersulit dalam hidupmu. Yang kemudian, kesulitan itu akan memberikan pelajaran berharga di dalam hidupmu. Lalu pelajaran itu akan selalu kamu ingat dan tak pernah kamu lupakan agar kamu tak mengalaminya lagi di masa depan.

    Salah satu fase tersulitku ada pada perjuangan menggapai mimpi. Baca juga: Pejuang Mimpi

    Kadangkala, kita merasa dunia terlalu kejam dan tidak ada keadilan di dalamnya. Namun, rupanya itu adalah bayangan di dalam pikiran kita sendiri. Padahal Tuhan Yang Maha Adil telah memberikan kehidupan sesuai porsinya masing-masing. Hanya saja, manusia yang tak pernah tahu diri.

    Reaksi pertama kita saat berada di dalam kesulitan adalah tangis dan amarah. Cacian dan makian terlontarkan pada dunia, sedangkan kita tak pernah menyadari bagaimana dunia bekerja. Bagaimana cara Tuhan menghentikan kita agar tidak terjerumus ke dalam kesengsaraan yang jauh lebih menyakitkan. Bagaimana cara Tuhan memberikan kita pelajaran agar kita tak lagi keterlaluan. Selalu ada hikmah di dalam setiap cobaan. 

    Baca juga, sajak kehidupan: Roda Kehidupan

    Bertahan dalam Keadaan Tersulit
    Iya. Selalu ada hikmah di dalam setiap cobaan. Selalu ada kekuatan dalam diri yang semakin membesar di setiap kesulitan.

    Seorang belajar dari kesalahan untuk mengetahui sesuatu yang benar. Seseorang belajar dari kegagalan untuk mengetahui arti kesuksesan. Seseorang belajar dari kesulitan untuk mengetahui apa itu kemudahan. Tanggung jawab kita sebagai manusia hanyalah belajar dan terus belajar dalam menghadapi kehidupan.

    Sesulit apa pun keadaanmu sekarang, semoga kamu selalu kuat dan semakin kuat dalam menghadapi setiap cobaan yang datang. Semoga kamu selalu bertumbuh semakin kuat hingga angin sekencang apa pun tidak akan pernah bisa merobohkan semangatmu. Kuatlah dan tetap belajar. Sesungguhnya, dalam setiap kesulitan selalu ada kemudahan. 

    Butuh semangat? Baca ini: Ganbarimashou

    Apakah kamu pernah berada dalam kesulitan? Apa yang kamu lakukan saat kamu menghadapi kesulitan itu? Ayo berbagi denganku! 

    Sekian tulisan untuk hari ini.

    Have a nice day,


    Michiko ♡

    #Jejakwarnawritingchallenge #getclosertome #Day9

    Challenge by jejakwarna.id

    15 April 2021

    Kemampuan untuk Mengubah Dunia

    8:17 PM 0 Comments
    Kalau kamu bisa mengubah dunia, kamu mau dunia jadi kayak gimana?

    Kemampuan untuk Mengubah Dunia

    Hmm, buatku ini pertanyaan sulit sih walaupun cuma dihaluin doang—apalagi direalisasikan. Ditambah melihat faktanya, dunia itu dinamis dan selalu berubah, termasuk keinginan manusia. Awalnya mau kayak gini, besok mau kayak gitu. Banyak aspek yang nggak pernah bikin manusia puas, entah dari sisi ekonomi, politik, humaniora, sosial, budaya, dan sebagainya. 

    Semuanya orang pengen dunia yang sempurna. Giliran apa yang diinginkannya terwujudkan... kadang, masih juga dikeluhkan dan ingin hal yang lain, dan begitu seterusnya. Kebanyakan mengeluh melulu, maka perlu dibanyakin rasa syukurnya. 

    Pelajari tentang rasa syukur dari drama Korea: Belajar Bersyukur dari Drama Korea 18 Again

    Aku pribadi, banyak banget keinginan untuk membuat dunia ini berubah, seperti peningkatan toleransi antar manusia, dunia bisnis dan politik yang bersih, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan budaya, kesetaraan ekonomi dan status sosial, kesejahteraan manusia, dan lain sebagainya. Akan tetapi, untuk mengubah hal itu dan tatanan dunia seperti kehendakku sih rasanya nggak semudah itu—bahkan cenderung nggak mungkin. 

    Maka, satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah mengubah diriku sendiri yang termasuk ke dalam bagian kecil dari dunia ini. Kalau aku nggak bisa mengubah dunia secara keseluruhan, aku bisa mengubah duniaku terlebih dahulu. 

    Apa yang ingin aku ubah dalam duniaku?

    Tentunya, jalan hidup dan pola pikirku sendiri. Aku ingin mengubah jalan hidupku agar lebih baik. Belajar dari kesalahan yang pernah aku buat dan meniti jalan yang lebih baik untuk ke depannya. Selain itu, aku ingin mengubah pola pikirku agar lebih terbuka dan banyak bertoleransi pada perbedaan, baik perbedaan budaya ataupun perbedaan pendapat. 

    Semua itu dimulai dari diri sendiri. Aku harus memulainya dengan melakukan hal-hal kecil seperti melakukan evaluasi diri, merencanakan masa depan, melangkah satu per satu dalam menata diri dan meniti karir, serta melakukan kegiatan yang menyenangkan serta bermanfaat. 

    Baca juga caraku mengevaluasi diri: Memaknai Kegagalan

    Kalau kamu bisa mengubah dunia, kamu ingin dunia jadi kayak gimana? Berbagi cerita yuk! Kamu bisa tinggalkan jawabanmu di komentar atau formulir kontak.

    Sekian tulisan untuk hari ini.

    Have a nice day,


    Michiko♡

    #JejakWarnaWritingChallenge #Day4

    Hashtag:
    #JejakWarnaWritingChallenge #GetCloserToMe #Day4

    Challenge by Jejakwarna.id

    13 April 2021

    Memaknai Kegagalan

    1:06 PM 0 Comments
    Kegagalan. Siapa yang nggak pernah mengalami hal ini? 

    Aku sendiri berulang kali mengalami kegagalan. Mulai dari ditolak penerbit, gagal masuk perguruan tinggi impian, gagal mencapai cita-cita masa kecil, gagal magang ke luar negeri, gagal mendapatkan hasil tes yang baik, gagal mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan, dan masih banyak kegagalan bermakna lainnya yang pernah aku alami.

    Baca juga daftar kegagalan yang pernah aku alami: Daftar Kegagalan

    Reaksiku? Sedih dan marah pada diriku sendiri. Kadang, aku mempertanyakan banyak hal seperti kenapa aku nggak mampu, kenapa aku nggak sanggup, kenapa aku gagal di titik ini. Kadang, pernah merasa ingin berhenti. Kadang, ingin menyalahkan hal lain atas kegagalan itu. Setiap kali berusaha dan gagal, aku merasa seperti dikhianati oleh hasil. Padahal bisa jadi usaha yang aku lalui belum sepadan dengan keberhasilannya. 

    Namun, aku nggak bisa terus-terusan menyalahkan keadaan. Apalagi, dengan kemarahan atau kesedihan yang berlarut-larut itu nggak akan mengubah apa pun, kecuali mentalku sendiri. Sedangkan, keadaan lingkungan akan terus begitu adanya. Sebab, dunia nggak cuma berputar di aku aja, dunia nggak cuma tentang aku. Bukan dunia yang harus menyesuaikan diri dengan aku, justru aku yang harus bisa beradaptasi dengan dunia. 

    Baca juga curahan hati tentang kekhawatiran pada masa depan: Insecure Melanda, Aku Ingin Berhenti Menulis

    Sebagai pejuang mimpi, orang yang bermimpi untuk menjadi orang sukses, tentu banyak banget jalan yang harus aku tempuh, salah satunya kegagalan. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kegagalan juga bukan kehancuran.

    Memaknai Kegagalan

    Kegagalan adalah pelajaran. Kegagalan adalah bagian dari proses. Kegagalan adalah ujian menuju kesuksesan. Orang bilang, kegagalan adalah kunci kesuksesan. Itu benar, aku setuju. 

    Ibaratnya, ada banyak pintu menuju kesuksesan. Satu pintu berisi kegagalan, maka kita harus mencari pintu yang lain. Sama seperti ketika kita melakukan kesalahan, kita sebisa mungkin tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kali kan? Begitu juga kegagalan, kita akan banyak belajar darinya. 

    Banyak kegagalan yang menemani perjalanan menulisku, baca juga: Pejuang Mimpi

    Aku banyak belajar dari menghadapi kegagalan. Aku belajar berlapang dada menerima kenyataan yang nggak sesuai dengan ekspektasi. Aku belajar menghibur diri agar mau bangkit lagi. Aku jauh lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Aku berdiri lebih kuat dengan kedua kakiku sendiri. Aku semakin menambah usahaku untuk mencapai mimpiku. 

    Kegagalan akan membuat kita menjadi orang yang kuat, tekun, dan bijak.
    — Nadhira Shafa G. (nadhishafa), 2021

    Beberapa kegagalan pasti pernah datang kepada kita. Pernahkah kamu sedih karena mengalami kegagalan? Apa yang kamu lakukan ketika kamu menghadapi kegagalan? 

    Apakah kamu mencoba jalan yang sama dengan cara berbeda?

    Apakah kamu beralih mencari jalan yang lain?

    Atau justru menyesalinya dan kapok menemui kegagalan lagi?

    Sedih karena kegagalan itu wajar. Marah karena hasil yang tidak memuaskan itu wajar. Namun, jika kita terlalu berlarut-larut dalam kesedihan dan tak mau bangkit lagi, apakah kita akan selalu berbaring di tanah dan terinjak tak berdaya?

    Hari ini, kita berbicara tentang kegagalan dan sama-sama memaknainya dalam sudut pandang masing-masing. Semoga, kita bisa saling menguatkan satu sama lain. Semangat! Ada banyak jalan menuju Roma.

    Bagaimana cerita tentang kegagalanmu? Apa yang kamu lakukan setelah menghadapi kegagalan? Apa makna kegagalan bagimu? Saling berbagi cerita, yuk!

    Kamu bisa tinggalkan kisahmu dan jejakmu di kolom komentar atau formulir kontak. See you!

    Have a nice day,


    Michiko♡

    #JejakWarnaWritingChallenge Day 2

    #JejakWarnaWritingChallenge #GetCloserToMe #Day2 

    Challenge by @jejakwarna.id 

    23 Oktober 2019

    Rest In Peace, Sulli

    3:27 PM 0 Comments
    Pada tanggal 14 Oktober 2019, dunia hiburan Korea berduka atas kepergian Choi Jinri atau yang dikenal sebagai Sulli mantan personil girlband F(x). Diduga Sulli mengakhiri hidupnya, diketahui ia telah lama mengidap depresi dan mungkin semakin memburuk karena banyak sekali hate comments yang ia terima.

    Hari ini aku hanya akan menuliskan opiniku terkait kasus ini, it's pure about social life. Aku akan membahas tentang bagaimana jari-jari manusia ataupun ucapan manusia dapat membunuh seseorang.

    Lidah lebih tajam daripada pedang.
    Kita semua tahu, teknologi berkembang pesat dan mempengaruhi kehidupan seluruh kalangan masyarakat di dunia. Teknologi dan internet tidak hanya menjangkau dan menghubungkan satu negara saja, bahkan internet dan teknologi dapat menghubungkan seluruh dunia. Salah satu teknologi informasi yang berkembang dan dikenal seluruh kalangan masyarakat adalah sosial media. Hampir seluruh masyarakat dari berbagai kalangan umur menggunakannya, dari mulai anak kecil seumuran SD sampai orang dewasa pun mungkin menggunakannya. Hal ini memang bagus kaitannya dengan perkembangan zaman karena dapat dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat. Tetapi apakah hal ini selalu memiliki dampak yang bagus bagi masyarakat?

    Perkembangan teknologi dan informasi mungkin bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan jika penggunanya adalah orang yang cerdas dan bijak dalam penggunaan sosial media. Tetapi hal itu justru akan merugikan apabila tidak digunakan dengan bijak.

    Sebagai contoh, satu orang bisa jadi ia memiliki satu akun sosial media atau lebih, bahkan ada yang merahasiakan profil penggunanya alias akun bodong. Karena profil penggunanya yang tidak dapat dilihat, ia jadi seenaknya mengkritik orang lain dan berkomentar pada postingan orang lain bahkan sampai menuliskan kata-kata yang tidak pantas pada postingan seseorang.

    Lalu apa hubungannya antara komentar dan kematian seseorang?

    Mari kita ambil satu contoh dari kasus kematian mendiang Sulli.
    Ketika Sulli keluar dari grupnya, netizen berkata, "Ia egois, tidak memikirkan nasib personil yang lain."
    Ketika Sulli berpacaran dengan seseorang yang lebih tua, netizen berkata, "Dia berpacaran dengan om?"
    Ketika Sulli tidak memakai bra karena alasan kenyamanan, netizen berkata, "Dia cari perhatian."
    Ketika Sulli dikabarkan meninggal, netizen berkata, "Mati sia-sia."

    Begitu jahatnya komentar yang dilontarkan oleh ratusan bahkan ribuan pengguna sosial media padahal mereka sama sekali tidak mengetahui alur kehidupan orang yang mereka komentari atau bahkan mereka pun tak pernah berkenalan atau bertatap muka secara langsung.
    Apakah sejahat itu ketikan seseorang?
    Apakah kalian dapat memikirkan perasaannya ketika orang lain asal saja menilai kehidupan orang lain padahal mereka tak mengetahui apa pun alasan di balik itu semua?
    Apakah seseorang harus selalu tampil sempurna di hadapan orang lain tanpa cacat sedikit pun?

    Kalian boleh mengkritik seseorang tetapi gunakanlah kata-kata yang membangun, bukan dengan kata-kata yang menjatuhkan atau cenderung menyudutkan seseorang.

    Kalian mungkin pernah mendengar sebuah pepatah "Lidah lebih tajam daripada pedang". Maksud dari lidah ini adalah perkataan atau ucapan yang disampaikan kepada orang lain ini amat tajam seperti pedang. Jika kita asal berkomentar dan melontarkan ucapan menyakitkan kepada orang lain tanpa berpikir, kita dapat membunuh seseorang: entah itu membunuh karakternya atau benar-benar membunuh orang tersebut.

    Korea Reomit pernah berkata dalam sebuah video, "Jika seseorang bunuh diri karena hate comments, apa itu masih bisa disebut bunuh diri?"

    Terlepas dari artis atau bukan, kita semua manusia yang mempunyai hati dan pikiran. Stop bullying, stop hate comments. Berbijaksanalah dalam berkomentar, spread love not hate.


    Rest in peace, Choi Jinri.

    23 September 2019

    Sudut Pandang Kehidupan

    12:25 PM 0 Comments
    Yuhuuu. Anybody here?
    Halo, aku balik lagi nih. Wah gila sih dua bulan aku gak produktif banget wkwk. Maklum ya habis liburan panjang, nge-blog pun jadi ikut libur. Padahal liburan kerjaannya cuma rebahan sambil nonton TV doang ha ha ha ha.

    Hari ini aku mau bahas hal yang random aja deh. Tiba-tiba aja nih pemikiran muncul pas lagi sarapan. Kira-kira apakah pemikiran random yang akan aku bahas kali ini? Sesuai judulnya, tentang sudut pandang. Kalian pasti pernah belajar tentang sudut pandang dong ya, tentang sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Jelas lah, ini sudah jadi pelajaran yang umum karena pasti dibahas pada pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya bab membedah unsur intrinsik cerita pendek/novel. Jujur, aku bingung sih gimana menuangkannya ke dalam kata-kata karena ini beneran random banget. Serius.

    https://pin.it/yzdsoq3xq3gzr2

    Kalian pernah mikir gak sih, kenapa aku bisa jadi sosok aku dan kamu adalah sosok kamu?
    Bahasanya berat iya kan? Wkwkwkwk.

    Ya kayak... kenapa kita dilahirkan hanya dengan satu sudut pandang? Aku cuma bisa merasakan kehidupan aku dan gak bisa merasakan bagaimana kehidupan orang lain dari sudut pandang mereka. Aku kadang penasaran sih, bagaimana kita bisa melihat sudut pandang orang lain atau kita masuk ke dalam jiwa orang lain untuk mengalami kehidupan orang tersebut secara langsung. Kalian pernah gak penasaran tentang hal itu?

    Misalnya nih, aku sebagai mahasiswa menjalani hari-hariku dengan sudut pandangku sendiri. Lalu aku bertemu dengan temanku yang baru datang dengan mood yang berantakan, aku kan pasti cuma bisa melihat dari sudut pandangku sendiri kalau "Oh, ini orang lagi bete kali."
    Aku cuma bisa mengamati orang lain tanpa tahu sudut pandang mereka secara internal.
    Jadi, hal yang membuat aku penasaran tuh ya sudut pandang internal milik orang lain.

    Aku kan suka kucing, setiap kucing datang aku elus-elus dan kasih makan. Hal yang paling random yang pernah aku bayangkan adalah bagaimana kalau jadi kucing itu.

    Aku datang di kosan manusia terus cari kamar orang yang suka kasih aku makan, habis itu aku bilang, "Meong! (Oi manusia!)"
    Lalu orang itu datang menghampiri aku, kemudian mengelus kepala dan menggelitik dagu aku. Terus aku kayak merasa, "Oh yeah... this feels so good, Hooman!"

    Atau kalau misalnya ayah baru pulang kerja dan aku minta uang lalu dimarahi oleh ayah. Pasti kan aku berpikir, "Salah apa sih aku? Kok gitu aja dimarahi."
    Tapi aku jelas gak tahu sudut pandang internalnya ayah kayak gimana. Bisa jadi misalnya ayah lagi dongkol gara-gara dimarahi bos kantor atau lagi pusing cari uang tambahan ke sana ke mari karena pengeluaran besar.

    Aku masih penasaran sih sampai sekarang kenapa manusia cuma bisa lihat satu sudut pandang kehidupan saja. Seandainya manusia punya kemampuan bisa merasuki jiwa orang lain gitu kan, kita bisa tahu juga sudut pandang kehidupan dari kacamata orang lain. Random banget sih ini woy wkwkwk.

    Ya sudah, itu saja deh pemikiran random yang bisa aku tulis di sini. Selamat menempuh hari Senin.
    Have a nice day. ♡

    Michiko

    Photo by pinterest

    30 Juni 2019

    Adab Silaturahmi

    2:16 PM 0 Comments
    Haloooo!
    Kembali lagi bersama saya di channel ini. Hohohoho. Well, ini merupakan postingan penutup di bulan Juni. Semoga menjadi sebuah postingan yang bermanfaat.

    Kali ini, aku akan membahas tentang adab bersilaturahmi. Aku gak akan bawa-bawa hadits ataupun dalil, pokoknya gak ada sangkut pautnya dengan agama. Gak sama sekali. Soalnya aku bukan ustadz. Wkwkwk.
    #Ya iyalah, situ cewek. XD

    Mengapa aku angkat tema ini? Sebab, banyak orang yang sering merasa tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ketika kumpul bersama keluarga besar, seperti lebaran, tahun baru, natal, imlek, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, aku mengambil judul "Adab Silaturahmi" untuk postingan ini. Aku akan membahas "what should we do and don't ketika berkumpul bersama keluarga besar".


    illustration by dribbble on Pinterest

    Kita pasti sering mendengar topik-topik obrolan yang "cukup" menyinggung, seperti: 
    "Kapan lulus?"
    "Kapan nikah?
    "Gendutan ya"
    "Masuk jurusan anu mau jadi apa?"
    Kesal rasanya. Mulut kok bisa enteng banget kalau ngomong. Mungkin bagi yang bertanya, itu hanya pertanyaan biasa saja, tapi kalau bagi yang ditanya? Serius, itu merupakan pertanyaan yang membuat hati berbunyi "kretek". 

    "Cuma basa-basi buat membuka obrolan kok, gak usah dimasukkan ke dalam hati."
    Haruskah basa-basi dengan pertanyaan atau pernyataan yang menghakimi dan cukup menyinggung perasaan orang lain? No! Yang ada, orang yang disapa malah bete duluan karena pertanyaan itu dan justru sama sekali gak minat buat melanjutkan obrolan.

    Lalu, bagaimana cara basa-basi yang gak menyinggung perasaan? Kita bisa mengganti pertanyaan-pertanyaan itu dengan pertanyaan yang lebih "halus". Simak poin-poin berikut ya. 

    1. Kapan Lulus?

    👩 Semester berapa sekarang?
    👦 Semester delapan.
    👩 Kapan lulus?
    👦 ....... Wallahu alam.

    Buat mahasiswa tingkat akhir, pasti ini merupakan topik yang sangat amat sensitif banget sekali. Saking sensitif sampai pemborosan kata tuh. Apalagi, kalau mahasiswa lagi pusing banget cari tema dan bahan buat dibahas dalam skripsi. Jauh-jauh deh dari pertanyaan ini kalau gak mau di"gas" sama mereka. XD

    Lalu harus tanya apa dong? Begini.

    "Sekarang lagi sibuk ngapain nih?"

    Itu lebih baik, bukan? Setidaknya, kita gak tiba-tiba menghakimi dia. Bisa jadi, dia gak cuma sedang sibuk dengan kuliahnya saja. Mungkin saja, dia kerja part-time sambil kuliah untuk mencari pengalaman terlebih dahulu atau sedang dalam proses mengerjakan skripsi. Pembuatan skripsi gak hanya semalam jadi, itu masih sering direvisi dosen pembimbing ya, tolong. :)

    Buang deh jauh-jauh pertanyaan yang cukup menyinggung perasaan orang lain dan mulai pahamilah apa penyebab dia belum lulus kuliah saat ini. Sebab, pertanyaan "kapan" itu gak jelas jawabannya. Kalau aku sebagai orang yang ditanya pun, mana aku tahu jawabannya. Masa depan yang tahu kan hanya Tuhan. Hehehe.

    2. Kapan kerja? Kapan nikah? Kapan punya momongan?

    Setelah lulus kuliah:
    🧔👩 Kapan kerja?
    👶 Gak tahu, mau lanjut S2 dulu.
    Setelah kerja:
    🧔👩 Kapan nikah?
    👦 ........jodohnya aja belum ada. :"(
    Setelah nikah:
    🧔👩 Kapan punya anak?
    👨 ASDFGHJKL. Om dan tante kapan mati?! >:O

    Seorang fresh graduate pasti kupingnya panas dengar pertanyaan "kapan kerja?". Yang sudah kerja dan masih jomblo pun, pasti kupingnya panas kalau dengar pertanyaan, "kapan nikah?". Sudah nikah pun masih ditanya, "kapan punya momongan?"

    Haduh. Haduh. Lagi-lagi pertanyaan kapan. Mana saya tahu, tanteee ooom neneeek kakeeek mbaaah. 🙄

    Jangan tanya kayak gitu deh ya. Sebaiknya, ganti saja dengan pertanyaan lain.

    "Setelah ini punya rencana apa untuk ke depannya?"

    Berusahalah untuk mendengarkan orang lain, bukan menghakimi seseorang. Rencana setiap individu itu berbeda, ada yang baru lulus ingin kerja, ada yang ingin melanjutkan S2, ada yang ingin langsung nikah, ada yang tidak ingin/tidak bisa punya anak karena suatu alasan, ada yang ingin menghabiskan masa mudanya sebelum menikah. 

    Jangan sama ratakan rencanamu dengan rencana orang lain. Jodoh, rezeki, dan jalan kehidupan itu gak ada yang tahu kecuali Sang Pencipta. Kalau masih tanya "kapan", gak sekalian saja tanya kapan mati? Biar hidup gak selalu memikirkan dunia. :)

    3. Gendutan ya. Ih kok jerawatan sih?

    👩 Gendutan ya.
    👧 .....ya terus?
    👩 Kok jerawatan?
    👧 .....ya terus? Gue harus bilang WOW gitu?

    Ini namanya body shaming. Jelas, itu komentar yang amat gak berbobot sebenarnya. Buat apa sih mengomentari tubuh orang lain? Gendut, kurus, putih, hitam, jerawatan, atau glowing, bukan urusan siapa pun selain empunya si tubuh.

    Lemak atau jerawat itu murni efek dari pola hidup dan reaksi tubuh. Kalau dia jerawatan, kurusan, atau gendutan, mungkin karena pola hidupnya yang sedikit berantakan atau stres atau lainnya. Dengan berkomentar hal yang "menyinggung" seperti itu, justru menimbulkan tekanan yang bisa menyebabkan dia tambah stres dan membuat seseorang menjadi tidak percaya diri. Haruskah bentuk tubuh dan wajah menyesuaikan ekspektasi orang lain? 

    Daripada berkomentar tentang bentuk tubuh, mengapa tak coba kita ganti pertanyaan itu dengan mengomentari baju yang dia pakai, misalnya:

    "Style-mu keren. Baju itu beli di mana? Kasih tahu dong cara mencocokkan outfitnya."

    Itu tak akan menyinggung perasaan orang lain, bukan? Yang ditanya pun, pasti menjawab dengan senang hati daripada harus menjawab komentar "gendutan" dengan segala kedongkolan yang merambat dalam hati.

    4. Masuk jurusan ini mau jadi apa?

    Ini nih! Ini! Pertanyaan yang menyinggung mahasiswa jurusan "yang tidak terkenal". Aku termasuk salah satu orang yang sering mendengar pertanyaan ini. 

    👩 Kuliah jurusan apa?
    👧 Sastra Jepang.
    👩 Hah? Kalau sudah lulus mau jadi apaan?
    👧 Jadi doraemon. -_-

    Mungkin buat seseorang yang jurusan kuliahnya cukup familiar di telinga masyarakat, gak akan tersinggung dengan pertanyaan ini. Tapi, untuk seorang mahasiswa dari jurusan yang tidak familiar di telinga masyarakat akan merasa agak kesal dengan pertanyaan ini. Sebab, pertanyaan itu terlalu to the point dan seolah memandang jika jurusan itu tidak punya masa depan yang cerah. Miris emang ya. 

    Lalu bagaimana untuk menangkal pertanyaan ini agar tidak menyinggung?

    Berikut step untuk bertanya:
    👩 Kuliah jurusan apa?
    👧 Sastra Jepang.
    👩 Belajar apa aja tuh?
    👧 Belajar bahasa jepang, budaya, sastra, linguistik, dan lain-lain.
    👩 Ooh, susah gak belajarnya?
    👧 Ya susah-susah gampang.
    👩 "Terus prospek kerjanya apa?"

    "PROSPEK KERJANYA APA?"

    Yeah! That's right! Prospek kerja. Itu kan tujuanmu bertanya? Basa-basi sedikit lah supaya terdengar lebih halus. Lama? Ya namanya juga komunikasi dan bercengkerama, kan? Gak mungkin juga nanyain itu waktu papasan di jalan.

    Berpapasan di jalan
    👩 Eh mau ke mana?
    👧 Mau ke kampus, Tante. Tante mau ke mana?
    👩 Mau ke pasar nih. Kalau udah lulus mau jadi apa?
    👧 Paan si.

    Gak mungkin juga, kan?! 

    Segitu dulu deh pembahasan yang akan aku bahas kali ini. Mungkin terkesan gak serius tapi ini serius kok cuma versi gak serius. #Plakkk. Apa sih. xD

    Have a nice day,

    Michiko♡