4 Juni 2021

Analogi Sepeda Kehidupan

Kamu pernah naik sepeda kan?
Atau seenggaknya kamu pasti pernah melihat sepeda kan?
Kamu tahu bentuk sepeda seperti apa?

Apa saja sih bagian-bagian sepeda?
Ada setang dan rem, ada sadel dan dudukan sadel, ada rantai, ada roda dan ban, ada pedal, dan rangka sepedanya.

Bagaimana caranya supaya sepeda itu bisa jalan? Tentu saja, harus ada orang yang mengendarai sepeda itu. 

Analogi Sepeda Kehidupan
Ngomong-ngomong soal sepeda nih, kamu pernah kepikiran nggak kalau manusia menjalani hidup itu seperti naik sepeda. Kita adalah pengendaranya dan sepeda adalah komponen lain dalam hidup kita. Komponen-komponen itulah yang mendorong kita untuk mencapai tujuan hidup kita.

1. Pedal adalah tuas usaha

Misalnya, pedal sepeda yang dianalogikan sebagai sebuah tuas usaha. Kalau kita nggak mengayuh sepeda, maka sepeda nggak akan jalan. Sama halnya, saat kita nggak mau usaha, pasti kita juga nggak akan bisa untuk mencapai tujuan kita, cita-cita kita, atau keinginan kita. Salah satu cara kita mengayuh sepeda itu dengan konsistensi dalam berusaha. Baca di sini: Konsistensi, Kunci Ajaib Pengabul Mimpi

2. Roda adalah dukungan internal dan eksternal

Kemudian, kita analogikan roda sebagai support system. Kalau sepeda nggak ada rodanya, sepeda nggak bisa jalan dong? Mungkin bisa, tapi kita yang seret sepedanya. 

Sama juga halnya dengan kehidupan kita, kalau kita nggak punya support system apa yang bakal terjadi? Kita jatuh bangun sendiri, kita sedih dan menangis sendiri, kita terluka sendiri, kita susah sendiri, kita senang sendiri, kita tertawa sendiri tanpa ada tempat berbagi. Intinya, kita harus menyeret hidup kita sendirian.

Support system itu apa saja sih bentuknya? Banyak. Bisa berupa dukungan keluarga, pikiran positif kita, doa, teman-teman yang suportif, atau lingkungan yang mendukung kita. Ngomong-ngomong, doa juga punya analogi kayak sepeda lho. Baca di sini: Zutto Oinorishimashou

3. Setang dan rem adalah pengarah pilihan hidup

Kemudian, kita analogikan setang dan rem sebagai alat untuk mengarahkan kita pada tujuan yang ingin kita capai. Kita pasti sudah paham, saat kita punya tujuan maka akan ada banyak jalan yang kita lalui atau bisa kita pilih sebagai alternatif. 

Misalnya, kita punya tujuan ke Jakarta dan berangkat dari Semarang, ada banyak jalan kan? Mulai dari jalan tol, jalan utama Pantura, bahkan jalan kecil buat melipir pun ada. Begitu juga cara kita mencapai tujuan kita, ada banyak jalan menuju Roma, dan dengan setang itulah kita memilih jalan mana yang harus kita tempuh.

Lalu, apa fungsi remnya? 

Setiap jalan pasti punya risiko dan kesulitan tersendiri. Kita bisa lho pilih jalan tol yang lancar anti macet, tapi kita punya risiko tertabrak mobil kalau bersepeda di jalan tol. Kita bisa juga pilih jalan Pantura tapi kita punya risiko beriringan dengan banyak truk dan kendaraan besar lainnya. Kita bisa pilih jalan kecil tapi kita punya risiko tersesat atau melewati area perumahan yang banyak anak kecil main di jalan. Kita bisa pilih jalan desa tapi kita punya risiko melewati jalan yang licin atau penuh lubang dan bebatuan. 

Sama halnya kayak kita menempuh jalan menuju tujuan hidup kita. Semua jalan punya masalahnya sendiri. Semua pilihan kita punya risikonya sendiri. Itu lah fungsi rem dalam hidup kita, kita bisa menggunakannya saat menemukan banyak masalah dalam perjalanan kita, supaya kita berhati-hati dan nggak celaka. 

Ingatlah, nggak apa-apa untuk berhenti sejenak saat menemui masalah. Nggak apa-apa untuk istirahat sejenak saat merasa lelah. Semangat! 

4. Rantai adalah niat

Rantai sepeda dianalogikan sebagai niat kita. Ketika niat kita kuat, rantai itu terasa seperti baru diberi pelumas. Perjalanan kita pun pasti lancar dengan rantai yang masih licin. 

Namun, apa yang terjadi ketika rantai itu mulai berkarat seiring jauhnya perjalanan yang kita tempuh? Pasti terasa berat saat kita harus bersepeda dengan rantai berkarat dan hampir putus padahal kita belum mencapai tujuan kita. Maka dari itu, ketika kita merasa perjalanan kita terasa berat dan kita mulai lelah dengan semuanya, istirahatlah sejenak dan benahi niat terlebih dahulu.

5. Sadel dan dudukan sadel adalah kesehatan fisik dan mental

Sadel dan dudukan sadel diibaratkan sebagai kesehatan mental dan fisik kita. Keduanya bekerja sama untuk memberikan kenyamanan saat kita bersepeda untuk menempuh perjalanan kita. 

Ketika kesehatan kita tidak baik atau sedang rusak, perjalanan kita nggak akan terasa nyaman. Coba bayangkan saja, bagaimana rasanya ketika kita sedang mengejar mimpi tapi ternyata tubuh dan mental kita nggak baik-baik saja. Rasanya nggak nyaman kan? Kayak bersepeda tapi sepedanya nggak ada dudukan sadel, masa iya duduk di rangka sepedanya? Nggak nyaman, kan?

Nah, itu lah analogi sepeda dalam kehidupan kita. Sekarang, tinggal satu pertanyaan yang mau aku tanyakan pada kamu. Kamu mau bersepeda ke mana? Apakah kamu sudah menetapkan tujuan hidupmu?

Yuk, share jawabanmu di kolom komentar!

Have a nice day,


Michiko♡

Picture by Rizki Yulian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar