![]() |
Photo by Caleb Woods on Unsplash |
Apakah kamu masih tertawa tulus seperti kala itu?
Apakah kamu masih sekuat tenaga berjuang dan tetap bertahan?
Mengunjungi blog ini dapat menyebabkan kanker ide, infeksi imajinasi, hipotalkative, hiperwriteblogging, dan ketagihan. Hak cipta penulis dilindungi oleh undang-undang.
![]() |
Photo by Caleb Woods on Unsplash |
Aku masih hidup, tapi aku merasa tidak hidup.
![]() |
Deep Talk Series: 3 Alasan di Balik Senyumku Hari ini |
Ketika kita mengerjakan hal yang kita cintai, kita bisa tersenyum dengan setulus hati.
Kebahagiaan bukan hanya milikku sendiri tetapi milik bersama.
![]() |
Kosong |
![]() |
Laporan Pertanggungjawaban Tahunan |
![]() |
Beautiful Soul Has Gone |
![]() |
Good bye, Farah! You're beautiful until the end |
![]() |
Bahagia dari Hal Kecil by Nadhishafa |
![]() |
Piala untuk Diri Sendiri |
![]() |
Jika Uang Bukan Segalanya |
Evaluasi Tahun 2021 dan Resolusi Tahun 2022 |
![]() |
Hari Selasa di bulan September, aku mengalami sebuah kejadian yang membuka mataku dan memberikan pelajaran yang berharga bagiku. Satu hal yang aku pelajari:
Rezeki setiap orang ada porsinya masing-masing dan gak akan lari ke mana pun.
Hal ini aku alami saat aku pergi ke Bandung untuk tes CPNS pada hari Senin dan Selasa. Pada hari Senin di malam hari, aku memesan makanan di aplikasi online dengan total 41 ribu. Saat itu, uangku genap 50 ribu dan aku gak punya uang receh untuk menggenapkan uang kembalian. Turunlah aku dari kamarku di lantai tiga dengan membawa uang 50 ribu di kantongku. Saat aku bayar ke abangnya, ternyata beliau gak ada uang sembilan ribu justru beliau cuma ada sepuluh ribu. Aku sendiri gak bawa seribu buat menggenapkan uang kembalian itu karena dompetku ketinggalan di kamar. Akhirnya, abangnya mengikhlaskan seribu itu dan memberikan kembalian sepuluh ribu. Aku banyak berterima kasih ke abangnya, mungkin ini rezekiku. Semoga rezeki abangnya dilancarkan selalu.
Keesokan paginya, aku pesan bubur ayam di aplikasi online yang sama dengan total yang aku habiskan saat itu adalah 35 ribu. Sama seperti malam sebelumnya, aku bawa uang 50 ribu. Waktu aku bayar ke abangnya, ternyata abangnya cuma ada uang 14 ribu, yang berarti kembaliannya kurang seribu. Akhirnya, aku ikhlaskan aja kembalian seribu itu buat abangnya. Semoga abang ojol yang ini juga rezekinya dilancarkan selalu.
Saat aku kembali ke kamar, aku baru sadar. Ternyata, uang yang diikhlaskan oleh abang ojol semalam adalah rezeki abang ojol pagi itu dan aku hadir sebagai perantara. Aku jadi paham, ternyata rezeki orang itu ada porsinya masing-masing.
Kalau rezeki itu untukmu, ia akan jadi milikmu. Kalau rezeki itu bukan untukmu, ia bukan milikmu.
Lantas, kenapa kita harus khawatir akan hidup dalam kekurangan kalau ternyata manusia sudah punya porsi rezekinya masing-masing?
Tugas kita sebagai manusia bukan menentukan siapa yang berhak menerima rezeki lebih banyak dari yang lain, tapi tugas kita adalah menjemput rezeki yang sudah ditetapkan untuk kita.
Sekian tulisan untuk hari ini.
Have a nice day,
Michiko ♡
Pictures source: Visual stories || Michelle on Unsplash
![]() |
Anti Sosial Karena Pandemi |
![]() |
Bertahan dalam Keadaan Tersulit |
![]() |
#Jejakwarnawritingchallenge #getclosertome #Day9 |