Tampilkan postingan dengan label Daily Life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Daily Life. Tampilkan semua postingan

20 Juni 2023

Senyum Mentari Lebih Redup daripada Rembulan

8:33 PM 1 Comments
Hampir setengah tahun berlalu dan aku baru muncul ke permukaan, menunjukkan batang hidungku setelah sekian purnama berlalu. Ke mana kah diriku yang dulu? Si penulis yang gemar berbagi sudut pandang kehidupan dari pengamatannya. Si penulis yang gemar menyemangati dirinya sendiri dan orang lain melalui tulisan-tulisannya.

Oh, rupanya dia sedang sibuk bersembunyi dari khalayak keramaian, menarik dirinya sendiri dari pergaulan demi memperbaiki keadaan dirinya sendiri. Sendirian mengobati luka yang menganga lebar. Senyumannya yang pernah bersinar bak mentari kini lebih redup daripada rembulan. Dunia telah mengubah sosok diriku.


Delapan bulan berjalan, aku mengonsumsi obat-obatan yang membantuku untuk tetap bertahan di dunia. Mereka bilang aku tidak bersyukur atas kehidupanku. Mereka bilang aku terlalu tamak. Namun, bukan itu yang kumaksud ketika aku ingin mengakhiri semua. Justru luka yang terasa sakit ini semakin dalam dari hari ke hari, membuatku tidak mampu bertahan semakin lama lagi. Semakin lama ditahan, semakin perih pula rasa sakitnya. Mereka tidak akan pernah mengerti rasa sakitnya sampai mereka sendiri yang mengalaminya. 

1 Januari 2023

Laporan Pertanggungjawaban Tahunan

12:00 AM 0 Comments
Hai! Kita ketemu lagi di penghujung tahun dalam artikel pertanggungjawaban resolusi tahun lalu. Aku baru menyadari, ternyata kalau resolusi kita banyak itu bisa bikin kita termotivasi untuk mewujudkannya. Btw, happy new year! Ternyata kita sudah melewati tahun 2022 ini dan segera menyambut tahun baru 2023. Semoga tahun 2023 akan menjadi tahun yang jauh lebih baik dan penuh dengan berkat untuk kita semua.

Ayo kita mulai rutinitas tahunan yaitu dengan mengevaluasi pertanggungjawaban tahun 2022 dan merancang target untuk tahun 2023.

Laporan Pertanggungjawaban Tahunan

Apakah resolusi tahun 2022 tercapai?

Jawabannya, nggak semua. Resolusi tahun 2022 ada delapan, aku berhasil mencapai empat. Ada dua target yang masih berada di waiting list dan sisanya belum tercapai.

1. Baca berbagai genre buku
Tahun ini, aku belum membaca tuntas satu pun buku karena waktuku lumayan padat dan ada malesnya sedikit sih. Berbagai genre buku yang aku baca meliputi buku-buku pengembangan diri dan novel. Aku banyak belajar dan menerapkan tips-tips yang aku baca lewat buku ke dalam kehidupan sehari-hari dan itu cukup membantu aku untuk berkembang. Jadi, aku anggap resolusi ini tercapai.

2. Punya sertifikat N2
Jujur, tahun ini aku sudah mengikuti ujian sertifikasi N2 sebanyak dua kali. Untuk percobaan pertama, aku dinyatakan tidak lulus karena nilai yang aku dapatkan di bawah batas minimal. Pada awal desember 2022, aku kembali mengikuti ujian sertifikasi N2 lagi dan aku masih menunggu hasilnya. Jadi, resolusi yang satu ini aku masukkan ke dalam kategori waiting list. Semoga ujian sertifikasi yang kedua ini aku bisa lulus. Aamiin!

3. Bikin buku
Aku merasa kalau buku dan tulisan yang panjang ini bukanlah bagian dari jalan hidupku. Mungkin karena dasarnya malas banget kali ya, jadi nggak bisa komitmen buat bikin tulisan panjang. Nggak tahu kenapa, sejak dulu aku selalu pengen buat buku dan menerbitkannya. Akan tetapi, hal itu selalu saja tertunda. Jadi, untuk resolusi yang satu ini, aku anggap gagal untuk mewujudkannya.

4. Rutin olahraga
Umm… sudah pasti gagal, aku nggak bisa komitmen untuk resolusi yang satu ini. Aku nggak sesuka itu dengan olahraga. Akan tetapi, ada satu hal yang bisa aku anggap sebagai olahraga, yaitu jalan kaki dan naik turun tangga di kantor setiap hari. Nggak disangka, itu bikin berat badan aku turun sepuluh kilogram dalam setahun. Wow.

5. Konsisten dalam melakukan suatu hal
Sepanjang 2022, aku konsisten melakukan hal yang aku suka seperti bernyanyi, menulis, dan produktif bekerja. Aku menganggap untuk konsisten dalam melakukan suatu hal ini ke waiting list karena aku terlalu gampang bosan untuk terfokus dalam satu hal aja.

6. Selalu merasa bahagia dan ikhlas dalam menjalani segala hal
Ada banyak banget ujian yang datang di tahun 2022 dan benar saja aku belajar tentang keikhlasan di tahun ini. Namun, aku yakin Tuhan selalu menjadi kekuatan bagiku dan aku bisa melewati semuanya dengan baik. Tuhan juga Maha Baik, dia mengirimkanku kebahagiaan yang tak ternilai sebagai balasan dari keikhlasan itu. Aku anggap resolusi yang satu ini tercapai.

7. Bangun hubungan baik dengan orang lain
Semenjak bekerja, aku banyak ketemu dengan berbagai jenis manusia serta karakteristiknya masing-masing. Dari sana lah, aku membuka mataku tentang dunia dan mulai menjalin relasi dengan orang-orang dari berbagai macam latar belakang dan sifat yang berbeda-beda. Aku anggap resolusi ini berjalan dengan baik.

8. Punya penghasilan dan tabungan yang stabil
Alhamdulillah. Puji syukur aku panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, tahun ini aku bisa punya penghasilan yang stabil dan bisa menyisihkan sebagian uangku untuk menabung serta membantu kebutuhan keluarga.

Rintangan dan Kegagalan pada Tahun 2022

Menurutku, tahun 2022 semakin terasa sulit bagiku. Sebab, aku banyak menerima ujian yang membuat aku belajar tentang keikhlasan, di antaranya:

1. Bunda jatuh sakit
Beberapa bulan setelah mendapatkan pekerjaan, aku mendapatkan kabar kalau Bunda jatuh sakit. Rasanya campur aduk antara sedih, marah, menyesal, dan putus asa. Dilema berada di depan mata. Terutama aku yang berperan sebagai anak pertama, aku merasa duniaku runtuh dan menimpa kepalaku. Namun, Tuhan memang selalu memberikan jalan di setiap cobaan yang datang dan aku pun mengikhlaskan kejadian ini serta mengembalikannya kembali kepada Tuhan.

2. Kehilangan support system
Aku merasa banyak kehilangan support system di tahun ini, dari mulai jauh dari keluarga, putus cinta, kehilangan kucing kesayangan, serta teman-teman semakin berkurang. Adikku yang sekarang kuliah merantau pun membuat aku merasa sepi setiap aku pulang ke rumah. Aku selalu bingung apa yang harus aku lakukan saat aku pulang ke rumah dan sendirian di rumah. Aku merasa kesepian karena biasanya Ayah sibuk bekerja dan Bunda juga sedang sakit.

Tahun ini juga hubungan percintaan resmi kandas dengan alasan kita yang sudah saling nggak bisa memahami satu sama lain lagi. Lima tahun kebersamaan itu cukup membuat aku merasa kehilangan sahabat baik yang setia dalam satu malam. Tentu saja, aku butuh waktu satu bulan untuk menerima keadaan itu.

Kucingku, Opet, dia juga mengalami hal-hal yang nggak baik di tahun ini. Mulai dari sakit, kelindes ban mobil, sampai hilang entah ke mana. Keadaannya memprihatinkan, walaupun dia hidup aku justru merasa kasihan karena setiap dia berdiri nafasnya selalu saja tersengal. Tahun ini aku banyak mengalami kehilangan. Dari sini pula, aku harus belajar mengenai keikhlasan.

Satu-satunya yang bisa menyemangatiku saat ini adalah diriku sendiri.

3. Keadaan mental yang sangat amat tidak stabil
Semua kejadian yang terjadi di tahun 2022 membuat aku mengorek luka lama dan berputar-putar dalam penderitaan. Oleh karena itu, sebelum aku melangkah lebih jauh untuk menyakiti diri sendiri, aku memutuskan untuk memeriksakan diri. Kemudian, aku pun mendapat diagnosa keadaan mental yang sedang sakit dan sekarang sedang menjalani pengobatan rawat jalan.

Pencapaian Tak Terduga pada Tahun 2022

Dari semua kesulitan yang dihadapi pada tahun 2022, aku pun mendapatkan berkat untuk bisa mencapai beberapa hal yang nggak terduga di luar resolusi tahun 2022. Pencapaian itu berupa:

1. Jauh lebih mencintai diri sendiri
Aku semakin menyayangi diriku sendiri. Rasa insecure berkurang karena aku yakin bahwa aku pantas untuk mendapatkan hal yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku merasa bahwa jika tidak ada yang bisa mencintaiku, maka aku lah yang akan mencintai diriku sendiri. Aku pun lebih rajin memberikan afirmasi positif kepada diriku sendiri, lebih banyak bersyukur kepada Tuhan, serta lebih banyak waktu untuk mengurus diri dan mengembangkan kemampuan diriku sendiri.

2. Lingkaran pertemanan yang suportif
Aku bersyukur juga dipertemukan dengan orang-orang baik dan ditempatkan di lingkungan yang sangat suportif. Mereka yang mendukungku untuk lebih percaya diri atas kemampuan yang aku miliki. Mereka juga dengan senang hati membantu dan memberikan telinganya untuk mendengarkan keluh kesahku serta bersedia untuk memberikan saran kepadaku.

3. Aku bisa membeli benda yang aku mau dengan uangku sendiri
Pada tahun 2022 aku punya beberapa wishlist benda yang ingin aku beli sebelum tahun ini berakhir. Pada akhirnya, setelah menabung selama setahun, aku bisa membeli barang yang aku inginkan. Aku harap dengan benda yang aku beli ini, aku bisa lebih produktif untuk melakukan hobiku lagi dan mengembangkan kemampuan diriku agar lebih berkembang pesat.

Evaluasi Diri

Setelah melalui pahit dan manisnya tahun 2021, ada beberapa hal yang aku pelajari:
  • Semua ujian hidup ini datangnya dari Tuhan dan akan kembali juga kepada Tuhan.
  • Apa yang hilang, akan tergantikan dengan hal yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
  • Kebahagiaan datangnya dari rasa syukur, semakin kita bersyukur maka kebahagiaan itu semakin bertambah sedangkan semakin banyak kita mengeluh maka hal yang kita keluhkan itu akan terus datang dalam kehidupan kita.
  • Sebelum mencintai orang lain, hal yang paling penting dilakukan adalah mencintai diri sendiri. Ketahui apa yang diri sendiri butuhkan dan wujudkan apa yang diri sendiri inginkan.
  • Pekalah terhadap lingkungan sekitar kita, sebab terkadang ada beberapa orang yang menyimpan masalahnya sendiri dan berjuang sendiri untuk menyelesaikan masalahnya padahal dia sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

Selain pelajaran yang bisa aku ambil, ada juga hal-hal yang aku perlu perbaiki:
  • Aku perlu mengurangi waktu untuk bermalas-malasan dan menunda pekerjaan.
  • Aku perlu lebih banyak mendengarkan dan berlatih untuk memberikan respon yang baik kepada orang lain agar komunikasi berjalan dengan lancar.
  • Aku juga perlu meningkatkan intensitas untuk mengungkapkan rasa sayang dan memberikan perhatian serta cinta kepada semua orang yang aku sayangi.

Resolusi Tahun 2023

Sampailah kita pada inti pembicaraan, setelah melakukan refleksi diri dan evaluasi, ini saatnya untuk menentukan target pencapaian pada tahun 2023. Kali ini, targetku akan melanjutkan target pada tahun sebelumnya dan menambah beberapa target baru.

Bismillahirrahmanirrahim. Inilah resolusiku untuk tahun 2023:
  1. Unlock new skill
  2. Bikin karya minimal dua minggu sekali
  3. Berbagi ilmu lewat Catatan Jepangku
  4. Punya passive income
  5. Produktif minimal 2 jam sehari
  6. Konsisten dalam melakukan segala hal
  7. Bangun relasi baik dengan orang lain
  8. Jadi happy virus buat lingkungan sekitar
  9. Makin sayang sama diri sendiri dan keluarga

Itulah cerita penutup dan pembuka tahun dari aku. Semoga tahun 2023 menjadi tahun yang penuh berkat dan kebahagiaan. Aamiin. Gimana dengan kamu? Kamu punya target pencapaian apa yang harus diwujudkan pada tahun 2023? Coba tulis di kolom komentar, nanti aku semogakan.

Sekian tulisan hari ini. Semoga memberikan sudut pandang yang baru buat kita semua. Mari kita jalani tahun 2023 ini. Semangat!

Have a nice day,


Michiko ♡

20 September 2022

Beautiful Soul Has Gone

12:29 PM 0 Comments
Bunga yang paling indah selalu dipetik lebih dulu. Begitulah orang-orang di sekelilingku berkata.

Beautiful Soul Has Gone 

Hal ini aku akui saat orang-orang terkasihku pergi. Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan kabar kepergian salah satu temanku saat SMA. Kalau kamu tahu dia pernah ada di kisah-kisah SMA yang pernah kutulis di sini.

Di sini, aku bermaksud untuk mengabadikan dia dalam tulisanku sehingga suatu hari nanti aku bisa mengenang dia dengan segala tingkah laku dan keceriaannya.

Namanya Farah. Kalau kamu pernah baca tulisanku seharusnya kamu tahu seakrab apa dulu aku dengan dia semasa SMA. Aku pernah mengucapkan ulang tahun dan menceritakan sepenggal kegilaanku dengan dia di tulisan Kado Ulang Tahun Farah. Dia teman sekelasku. Sebenarnya, aku nggak tahu kenapa kita bisa menjadi dekat tapi semua berawal dari kami yang sama-sama mengambil jurusan bahasa Mandarin. Aku pernah menceritakan momen itu di kisah D'trebbles di tulisan berjudul Trouble Maker. Dia salah satu di antara para trouble maker kala itu. Seringkali, aku dan dia belajar bersama. Kami lulus ujian bersama, remidi juga bersama.

Selama SMA, aku nggak punya circle untuk bergaul. Aku ngobrol dengan siapa pun, berteman juga dengan siapa pun. Namun, ada kalanya saat itu aku juga merasa kesepian dan berjalan sendiri. Namun, kehadiran Farah justru menghapus itu semua.

Dia yang selalu menemani ketika aku sedang sendirian. Dia yang selalu mencariku saat aku nggak ada di dekatnya. Dia juga yang selalu merangkulku saat aku sedang sedih. Dia anak yang baik dan sangat ceria, hobinya adalah tertawa. Seperti yang pernah aku bilang, dia si Hitam Manis, kala tertawa matanya menyipit dan ada lekuk kecil lesung pipit di atas tulang pipinya. Orangnya amat tulus berteman dengan siapa pun.

Pernah suatu hari, aku mau mengikuti ujian tulis di Yogyakarta, aku sempat mencari tempat untuk singgah semalam. Akan tetapi, Farah dengan senang hati menawarkan, "Nad, kamu nginep di tempatku aja!"

Sore harinya, sehari sebelum ujian, dia menjemputku ke terminal. Kami makan di sebuah restoran cepat saji sambil mengobrol tentang persiapanku untuk ujian. Malamnya, dia mengajakku untuk survey tempat ujian yang mana jaraknya sangat jauh bahkan ditempuh sekitar 20 menitan. Awalnya, kami mau cari hotel penginapan saja di dekat situ—mengingat jarak tempat Farah dan tempat ujian jauh banget—tapi akhirnya nggak jadi. Kami kembali ke tempat Farah, di sana aku belajar buat ujian.

Farah sudah jadi mahasiswa UGM kala itu, sedangkan aku masih berusaha untuk bergabung ke sana. Saat aku belajar, Farah ada di sampingku. Dia membantuku belajar juga, katanya dia sudah lupa dengan semua rumus dan hafalan yang setumpuk itu. Akhirnya, saat kutinggal menghitung dia tertidur di sampingku. Malam itu aku hanya tidur 2 jam—dan Farah masih ada di tempatnya saat aku membuka mata. Farah ikut tidur di karpet bersamaku.

Pagi itu, dia juga mengantarku padahal aku sempat bilang kalau aku akan naik ojek online. Akhirnya, tetap saja dia mengantarku bahkan menunggu sampai aku selesai ujian. Ya Tuhan, ada orang sebaik ini ya?

Kalau aku ingat-ingat kebaikan dia, banyak banget! Momen kami bersama juga nggak bisa kuceritakan satu per satu. Namun, itu semua pasti akan selalu aku ingat.

Seperti yang orang bilang, bunga terindah selalu dipetik terlebih dahulu—dan kamu lah yang terindah saat ini, Farah.

Rest in peace beautiful soul. See you in eternity. 🥀❤️
Good bye, Farah! You're beautiful until the end 
Love,

Michiko ♡

11 September 2022

Bahagia dari Hal Kecil

9:12 AM 1 Comments
Apa sih arti kebahagiaan itu menurut kamu?

Kalau menurutku, kebahagiaan itu adalah saat di mana kita merasa hidup. Selalu merasa cukup dengan semua yang kita punya. Nggak merasa kurang dan nggak juga menginginkan hal yang orang lain punya. Saat kita sudah memiliki semuanya, kita merasa senang dan bahagia. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahagia punya makna keadaan atau perasaan senang dan tenteram, bebas dari segala hal yang menyusahkan. Hidup ini ladangnya susah dan senang, hal yang bisa membuat kita bahagia dan sedih adalah hal yang kita ciptakan sendiri. 

Lupakan dulu soal uang, apa kebahagiaanmu Jika Uang Bukan Segalanya 

Bahagia dari Hal Kecil by Nadhishafa

Ngomong-ngomong soal kebahagiaan, aku jadi ingat akan sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan. Bagiku, kebahagiaan itu datangnya nggak susah, bahkan aku bisa merasa bahagia dengan hal-hal kecil aja. Nggak perlu jauh-jauh berkelana sampai ujung dunia untuk mencari kebahagiaan karena kebahagiaan itu sebenarnya ada di dekat kita. Hal-hal kecil yang membuat kita bahagia itu bisa sedikitnya mengobati kesedihan yang sedang kita rasakan. 

Kalau hari ini kamu lagi sedih, maka kamu harus ingat akan hal-hal kecil yang bisa bikin kamu bahagia. Sekarang, ketimbang kamu terlarut di dalam kesedihan yang mendalam, cobalah untuk bahagia dengan hal-hal sederhana yang bisa membuatmu bahagia. Coba kamu sebutkan 10 hal yang bisa membuat kamu bahagia!

Kebahagiaan sederhana versi aku:

  1. Makan makanan yang enak
  2. Kucing dan hewan-hewan berbulu 
  3. Musik dan game 
  4. Meme dan hal-hal yang bikin tertawa
  5. Sharing dan hangout bareng keluarga/teman 
  6. Jalan kaki 
  7. Menulis 
  8. Menggambar 
  9. Bernyanyi 
  10. Belajar hal-hal yang baru 

Dari semua hal-hal yang aku tulis, hampir semua hal itu bisa mengusir kesedihan yang sedang mengusik diriku. Nah, sekarang giliran kamu dong, coba tuliskan apa aja sih hal sederhana yang bisa membuat kamu bahagia?

Michiko♡

2 September 2022

Piala untuk Diri Sendiri

11:49 PM 0 Comments
Hari ini kamu sudah mengapresiasi diri sendiri belum? Sudah berterima kasih sama diri sendiri? Atau malah kebalikannya justru kamu lebih banyak ngatain diri sendiri?

Kadang kita tuh terlalu fokus sama yang namanya kekurangan, bahkan sampai lupa sama kelebihan yang dimiliki orang-orang. Makanya sampai ada peribahasa, nila setitik rusak susu sebelanga, yang mana relate banget nggak sih sama keadaan kita sebagai manusia yang lebih sering fokus pada kesalahan yang diperbuat orang lain ketimbang kebaikannya. Bahkan kadang 1000 kebaikan bisa kalah oleh 1 kesalahan. Ini juga berlaku buat diri sendiri lho, kadang kita terlalu fokus dengan kesempurnaan sampai lupa kalau ada bagian dari diri kita yang sudah berjuang keras untuk mencapai kesempurnaan itu. Walaupun pada akhirnya, kesempurnaan nggak akan bisa kita wujudkan. 


Maka dari itu, belakangan ini aku baru menyadari betapa bekerja kerasnya diriku sendiri. Sedangkan aku, sibuk mengejar kesempurnaan yang nggak kunjung aku dapatkan. Lelah, sudah pasti. Namun, aku selalu lupa untuk berterima kasih pada perjuangan diri yang dengan gigih bertahan walaupun melalui banyak hal yang berulang kali membuat diri ini terhempas. 

Hari ini, aku mau memberi piala untuk diri sendiri atas hal-hal yang telah dilakukannya sampai membuat aku bangga pada diri sendiri. Sepatah dua patah kata aku ucapkan kepada diriku sendiri sebagai lambang serah terima piala kebanggaan ini.
  1. Terima kasih kepada sosok aku yang selalu bertanggung jawab terhadap pilihan yang telah dibuat. Selalu berusaha menjalani hidup tanpa penyesalan dan tetap gigih melalukan yang terbaik. Ikhlas menjalani semua hal yang telah dituliskan dalam suratan takdir serta mampu bertumpu dengan kedua kaki sendiri.
  2. Terima kasih untuk aku yang diam-diam menjadi sosok yang peduli. Berusaha melakukan yang terbaik untuk membuat orang di sekitar bahagia walaupun masih belum mampu mengungkapkan rasa cinta dengan lisan sendiri, tapi aku yakin ungkapan cinta itu telah diucapkan oleh lubuk hati.
  3. Terima kasih untuk diriku yang nggak pernah lelah untuk terus belajar, baik dari sesuatu yang belum pernah diketahui maupun dari kesalahan yang telah dilalui. Kamu hebat, selalu berusaha meningkatkan kualitas diri sendiri.

Dengan ini, aku menyatakan bahwa pemenang piala kebanggaan ini dipersembahkan untuk diriku sendiri. YEAY! PARTY~~~ 
Piala untuk Diri Sendiri 
Sekarang, giliran kamu dong yang naik panggung. Yuk, ucapkan juga sambutan kebanggaanmu pada dirimu sendiri!

Michiko♡

26 Agustus 2022

Jika Uang Bukan Segalanya

8:54 PM 0 Comments
Hai, guys! Aku kembali menulis lagi setelah berbulan-bulan hiatus dari dunia kepenulisan. Apa kabar nih?

Kali ini, aku punya ide baru untuk membuat serangkaian tulisan dengan beragam tema yang random—anggap aja kayak journaling di blog sendiri gitu ya hahahaha... Namun, kali ini nggak kayak 30 Days Productive Challenge ya, soalnya jadwalku lumayan padat. Emm, minimal upload di blog seminggu sekali lah ya? Alasannya karena waktuku sekarang dibagi dengan pekerjaan juga, sedangkan sepulang bekerja aku kembali mengisi energi yang telah hilang alias--ehm--rebahan. Biasalah, makhluk banyak alasan.

Ngomong-ngomong soal kerja nih, pasti berhubungan dengan duit dong ya. Barang ini tuh not easy to come but easy go, kamu merasa gitu juga nggak sih? Kadang-kadang, aku merasa baru terima uang di rekening, eh besoknya sisa separuh karena buat bayar kebutuhan hidup. Nggak jarang juga, benda-benda ini bikin kalian pusing, kan? Sama, aku juga. Malahan, kadang untuk beberapa orang bisa jadi penunda mimpi.


Jika Uang Bukan Segalanya 
Btw, aku mengangkat topik ini bukan untuk sesi meratapi nasib dan kemiskinan, guys. Tapi aku mau berandai-andai, siapa tahu jadi manifestasi untuk alam semesta mengabulkan angan kita ya, kan? Hahahaha. Berharap aja dulu.

Sekarang, kita lupakan soal uang dulu. Jadi, aku punya satu pertanyaan buat kamu: Kalau seandainya uang bukan masalah dalam kehidupan kamu, kamu mau melakukan apa aja? Atau kalau kamu bingung, kita coba balik pertanyaannya. Kalau kamu punya uang banyak dan unlimited, kamu mau melakukan apa?

Kamu boleh pikirkan mimpimu, keinginanmu, cita-citamu, sambil membaca ceritaku. 

Kalau aku punya uang unlimited, ada banyak banget yang ingin aku lakukan dan aku beli (tentunya). Soalnya, beberapa mimpiku kadang masih tertunda karena keterbatasan ekonomi.

1. Punya rumah impian

Aku pengen punya rumah satu atau dua lantai yang luas. Di dalamnya, ada ruang tamu yang terpisah dari ruangan utama supaya kalau ada tamu bisa jaga privasi orang rumah. Dapur yang bisa diakses dari mana saja. Kemudian, ada satu ruangan khusus untuk jadi rumah kucing.  

Ada taman yang bisa dipakai untuk anak-anak bermain di depan dan di belakang rumah. Di depan rumah dihiasi kolam ikan atau air mancur dan di sudut halaman depan rumah ada gazebo kecil untuk bersantai. Aku pengen punya rumah yang asri, yang nantinya halaman itu bisa aku tanami pohon atau aku hiasi dengan berbagai macam pot bunga atau menanam pohon-pohonan kecil seperti cabe atau tomat atau selada. 

Karena aku suka berenang, jadi aku juga mau rumah yang ada kolam renangnya. Di tepi kolam renang, aku bangun sebuah bar kecil yang bisa punya akses langsung dengan dapur. Jadi, setelah berenang, aku bisa langsung mengambil minuman segar atau buah-buahan lewat bar kecil itu. Selain itu, aku juga bisa melakukan hobiku seperti melukis, bernyanyi, atau menulis sambil melihat ke arah kolam renang yang tenang. 

2. Punya kos-kosan

Mimpiku dari dulu adalah punya usaha kos-kosan. Walaupun ada berbagai jenis usaha yang lain, tapi entah kenapa aku pengen banget jadi ibu kos. Mungkin kalau aku jadi ibu kos, nantinya aku jadi punya banyak kenalan dan juga aku tinggal santai-santai aja dan uang terus mengalir sampai jauh. Lah, kok kayak iklan pipa. 

Aku mau punya kos-kosan outdoor tiga lantai untuk putra dan putri dengan bangunan berbentuk huruf U. Di depan bangunannya ada taman hijau dan gazebo kecil untuk anak kos bersantai serta di dekatnya ada dapur umum untuk masak-masak dan kumpul bersama teman-teman. 

Di dalam kamarnya, ingin aku design kayak kamar hotel dengan fasilitas lengkap supaya penghuninya merasa nyaman tinggal di sana. Setiap bulannya ada pengecekan fasilitas kamar, supaya kalau ada keluhan atau kerusakan bisa langsung diperbaiki. Aku suka kenalan dengan orang baru, jadi aku pengen bisa akrab juga dengan anak-anak kos. Mimpi yang terlalu idealis sih... kayaknya hahaha.

3. Keliling Dunia

Ini adalah hal yang pengen banget aku lakukan. Aku suka banget mengenal budaya-budaya baru, makanya aku justru suka banget merantau walaupun cuma merantau di daerah pulau Jawa. Buat aku, budaya yang berbeda-beda itu unik. Aku jadi tahu banyak tentang pola pikir masyarakat di daerah tertentu lewat budayanya. Selain itu, aku juga suka belajar bahasa karena aku jadi bisa gosipin orang pakai bahasa asing yang mereka nggak pahami. Whoopsie

Sebenarnya, di dalam jiwaku ini emang ada jiwa-jiwa petualang yang terpendam. Sayangnya, kalah sama rasa mager alias malas gerak. Padahal kalau diingat-ingat lagi, jalan-jalan keliling kota itu menyenangkan, kendalanya cuma panas dan keringetan aja sih. Apalagi kalau keliling negeri dan keliling dunia, di bayanganku itu kayaknya bakalan menarik banget deh. 

Kalau aku pergi keliling dunia, akan ada berbagai macam orang yang aku temui yang fisik dan karakternya berbeda-beda. Begitu pula dengan budaya yang dijunjung oleh masyarakat daerahnya. Semakin jauh aku pergi, kadang semakin banyak juga aku menemukan hal-hal yang belum pernah aku temui, bahkan aku anggap nggak ada sebelumnya. Semakin jauh kita menggali, kita pun bakal sadar bahwa pengetahuan yang kita punya nggak seberapa.

4. Lanjut Pendidikan

Aku orang yang suka belajar. Buat aku, ilmu itu nggak ada yang sia-sia. Sebab, ilmu itu pasti bakalan kepakai nantinya. Walaupun nggak selalu terpakai di segala situasi, tapi dia pasti berguna suatu saat nanti saat dibutuhkan. Maka dari itu, aku punya cita-cita pengen melanjutkan pendidikan. 

Bahkan, aku sering bilang ke teman-temanku kalau aku pengen kuliah S1 lagi tapi beda jurusan dari jurusanku sebelumnya, alih-alih lanjut pendidikan S2. Soalnya, kalau aku lihat jurusan kuliah orang lain rasanya aku juga pengen tahu lebih dalam tentang ilmu itu. Walaupun aku tahu kuliah itu nggak gampang, tapi nggak tahu kenapa aku justru suka banget dengan pendidikan saat kuliah. Maka dari itu, aku pengen lanjut pendidikan. Apalagi, kalau lanjut pendidikannya di luar negeri, itu poin plus karena sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, bisa sambil belajar budaya negara itu juga.

5. Melakukan hobi sepuasnya

Ada kalanya, kita akan jenuh dengan aktivitas sehari-hari dan mencari pelarian ke hobi. Buat aku, hobi adalah bentuk belajar juga. Dari sana, banyak hal-hal yang bisa di-upgrade untuk diri kita sendiri. Misalnya melukis, secara nggak langsung kita belajar cara memadukan warna, teknik melukis supaya bagus, memberi perhatian pada hal yang detail, dan sebagainya. Ada bermacam-macam hobi di dunia ini yang pastinya selain melatih keahlian kita dalam melakukannya, juga bisa melatih sikap kita seperti kesabaran, ketelitian, ketekunan, dan sebagainya. 

Maka dari itu, aku pengen banget melakukan hobiku sepuasnya. Lebih bagus lagi, kalau aku bisa belajar langsung dari ahlinya untuk mendalami hobiku itu. Pasti aku jadi bisa menghasilkan karya lebih baik lagi. 


Nah, jadi itulah hal yang ingin aku lakukan jika uang bukanlah masalah dalam kehidupan. Kelihatannya menarik ya kalau kita bisa melakukan hal-hal positif yang kita inginkan dan mewujudkan impian kita yang selama ini masih tertunda. 

Kalau kamu, apa yang mau kamu lakukan kalau punya uang tidak terbatas dan tak akan habis? Kelihatannya impian kamu juga bakalan menarik nih, yuk ikutan halu bareng aku!

Michiko♡

1 Januari 2022

Antara Penyesalan dan Harapan

4:00 PM 0 Comments
Hai! Sudah lama banget aku nggak menulis di blog ya. Btw, happy new year, guys! Semoga tahun 2022 ini akan menjadi tahun yang baik untuk kita semua dan penuh dengan berkat.

Tulisan ini bakalan menjadi tulisan pertama di tahun 2022. Temanya nggak bakalan jauh-jauh dari rutinitas di tahun baru. Aku akan membahas pertanggungjawaban resolusi tahun lalu dan menuliskan daftar resolusi tahun ini. 
Evaluasi Tahun 2021 dan Resolusi Tahun 2022

Apakah resolusi tahun lalu tercapai?

Jawabannya, nggak semua. Resolusi tahun 2021 ada empat, aku berhasil mencapai dua. Sisanya belum tercapai. 

Baca juga resolusi tahun lalu di Thank You Card for 2020

1. Mempunyai penghasilan sendiri

Bisa dibilang, tahun 2021 aku punya penghasilan dari kerja freelance. Jujur, jumlahnya nggak terlalu banyak, aku belum bisa membiayai hidupku sendiri. Kerja freelance nggak tentu juga penghasilan setiap bulannya berapa. Akan tetapi, aku jadi punya pengalaman bekerja.

Aku banyak belajar lewat kerja freelance. Belajar manajemen waktu, mengolah emosi saat aku bekerja di bawah tekanan alias deadline. Jadi, aku anggap resolusi ini tercapai.

2. Baca buku minimal 1 buku sebulan

Baca buku rutin sudah aku lakukan setiap bulan tapi aku nggak menghabiskan satu buku dalam satu bulan. Bisa dibilang, resolusiku ini setengah tercapai. Aku mencapai resolusi untuk konsisten baca buku, tapi nggak bisa mencapai jumlah target buku setiap bulannya. 

Baca review buku-buku yang pernah aku baca di sini

3. Menyelesaikan novel dan menerbitkannya

I thought, aku bisa menyelesaikan novel yang aku kerjakan dalam waktu 6 bulan atau 1 tahun. Namun, kemudian ada banyak hal yang mempengaruhi waktuku, pikiranku, serta niatku. Awal tahun aku rajin bikin cerpen dan cerbung, itu sebenarnya sambil menulis novel juga. Akan tetapi, aku harus menundanya dan akhirnya aku punya keinginan lain.

Jadi, aku banting setir. Aku memutuskan untuk menuliskan ilmu yang pernah aku dapat di bangku kuliah melalui Instagram catatanjepangku dan Twitter catatanjepangku. Perjalanannya memang nggak mudah tetapi aku berusaha untuk menekuninya sebagai sampingan. Itu juga jadi alasan kenapa aku nggak terlalu rajin update blog kayak dulu.

4. Ikut berbagai macam lomba

To be honest, aku nggak ikut lomba apa pun sepanjang 2021. Jiwa kompetitifku ditidurkan oleh keadaan mentalku yang nggak stabil. Aku anggap resolusi ini nggak tercapai.

Sepanjang 2021, aku mengalami banyak kesulitan dari dalam diri, aku kehilangan rasa percaya diri, keadaan mental yang nggak stabil, tekanan eksternal dan internal, pokoknya I'd been struggling a lot. But, I'm glad I'm still here and sharing with y'all hehehe.

Rintangan dan Kegagalan pada Tahun 2021

Menurutku, tahun 2021 adalah tahun yang tersulit bagiku. Sebab, aku banyak menangis dan putus asa pada tahun 2021. Banyak kegagalan yang aku hadapi, di antaranya:

1. Pekerjaan

Rasa percaya diri yang hampir hilang, membuat aku takut banget melangkah maju. Aku takut bertemu orang baru. Aku takut hidup di lingkungan baru. Aku takut menghadapi masa depanku. Aku benar-benar nggak tahu apa yang harus aku lakukan setelah kuliah. Aku bahkan jadi sensitif setiap dengar pertanyaan: Kapan kerja? Kerja di mana? Habis ini mau ngapain?

Pokoknya aku selalu pusing setiap dengar pertanyaan itu. Di sisi lain, aku juga nggak berani melangkah maju dan masuk ke dunia kerja karena aku merasa nggak mampu setelah mengalami beberapa penolakan.

Setelah lulus, aku sempat kirim lamaran ke LPK sebagai pengajar tapi belum dapat kesempatan. Aku sempat daftar magang, juga belum dapat kesempatan. Aku sempat lamar pekerjaan ke penerbit sebagai editor dan content writer juga belum dapat kesempatan. Sempat daftar CPNS, tapi gagal juga. Maka dari itu, rasa percaya diriku langsung jatuh dan aku merasa minder banget sampai aku lupa kalau aku sebenarnya masih punya kemampuan.

2. Keadaan mental yang nggak stabil

Jujur, aku banyak nangis pada tahun 2021. Alasannya banyak, stres, tertekan, kesepian, merasa nggak pantas hidup, merasa jadi sumber kesialan, merasa diri nggak berguna, aku juga pernah ada di titik terbawah dan hampir kehilangan jati diri. Aku berantakan, sangat berantakan. Nonton anime dan drama pun bisa trigger pikiranku. Aku nggak bisa tidur setiap malam. Banyak makan sampai berat badan naik drastis dalam satu bulan. I've been struggling through hard times. Aku hampir melakukan percobaan. But then, aku sadar, adikku nggak boleh sendirian.

Pencapaian Tak Terduga pada Tahun 2021

Walaupun tahun 2021 adalah tahun yang berat untukku tetapi ada sesuatu hal yang hadir di belakangnya. Sesuai apa yang selalu digaungkan orang-orang: Setiap kesulitan selalu datang bersama kemudahan.

Ada banyak hal yang aku lakukan selama tahun 2021. Setelah melewati banyak kesulitan, ada hal yang nggak terduga datang dan menjadi berkat buat aku—juga keluarga.

1. Catatan Jepangku

Aku sama sekali nggak punya rencana untuk membuat akun ini. Awalnya, aku pengen jadi penulis buku tapi nggak tau kenapa usahaku sama sekali belum membuahkan hasil. Mungkin bukan jalanku kali ya.

Aku pengen jadi Youtuber tapi rasa percaya diriku benar-benar tipis banget. Bahkan sampai cari kerja pun, aku nggak berani karena merasa minder banget.

Aku sempat daftar magang, lamar kerja, menyimak akun-akun digital marketing dan akhirnya... aku punya keinginan buat bikin akun kayak mereka. Aku pengen jadi content creator di bidang edukasi. Aku pikir, lumayan juga. Aku bisa mengingat materi kuliah tanpa buka buku Minna no Nihongo dan kawan-kawannya. Kalau nggak berguna buat orang lain, setidaknya berguna buat diriku sendiri.

Pada akhir tahun 2021 ini, nggak disangka pengikut di Twitter tembus 2000 followers dan Instagram tembus 300 followers. Aku senang banget, banyak yang terbantu dengan akun Catatan Jepangku.

Selain itu, aku juga mendapat relasi baru yaitu kreator bahasa Jepang di Instagram juga. Aku juga pernah mention Jerome Polin di story Instagram dan dia lihat story itu. I was so happy.

2. Opet

Apa itu Opet? Dia kucing yang aku temukan di tong sampah waktu dia lagi cari makan. Bulunya lebat, sayangnya wajahnya penuh jamur. Badannya gede banget, kayak anak anjing. Bulunya oren kayak singa. Matanya sipit dan tajam, kelihatannya galak. Dia tidur di teras rumah. Setelah aku kasih makan, dia balik terus ke rumah dan akhirnya dia jadi bagian dari keluarga—karena nggak ada yang klaim dia juga setelah setengah tahun berlalu.

Dia mood booster kalau di rumah. Kucing yang penurut, pendiam, dan manja—dijawil pun pasrah saja. Dulu aku takut pegang dia karena badannya gede kayak bagong tapi ternyata manja banget. Dia stress reliever buat aku.

3. Dapat pekerjaan

Setelah melalui berbagai kesulitan dan penolakan, akhirnya aku mendapatkan panggilan kerja di penghujung tahun 2021. Aku mendapatkan pekerjaan seperti impian karirku, yaitu guru bahasa Jepang. Aku mulai bekerja tahun 2022 ini, aku minta doanya ya teman-teman. Semoga pekerjaan ini bisa membahagiakan dan aku jalani dengan penuh keikhlasan.

Evaluasi Diri

Setelah melalui pahit dan manisnya tahun 2021, ada beberapa hal yang aku pelajari:
    1. Hidupmu nggak akan pernah berubah kalau kamu nggak mau berubah
    2. Kamu nggak akan pernah tahu tolok ukur kemampuanmu kalau kamu nggak mau mencoba menunjukkan kemampuanmu.
    3. Rasa takut cuma ada di pikiran kamu, kalau kamu terus-terusan takut bakal banyak banget kesempatan di luar sana yang kamu lewatkan.
    4. Rasa minder itu wajar. Ada dua cara menghadapinya, kamu perbaiki kekuranganmu atau kamu tetap merasa minder dan semakin tertinggal dari orang-orang yang terus berusaha menjadi lebih baik. Kamu nggak bisa menyuruh orang lain berhenti berlari demi kamu, justru kamu yang harus ikut lari buat kejar mereka yang ada di depan kamu.

    Selain pelajaran yang bisa aku ambil, ada juga hal-hal yang aku perlu perbaiki:
    1. Aku perlu lebih banyak bersosialisasi dan banyak belajar lewat lingkungan sekitar serta mengasah kepekaan
    2. Aku perlu belajar caranya mengakui perasaan sendiri, mengalahkan ego dan gengsi, dan menunjukkan kepedulian serta perasaanku kepada orang lain.
    3. Aku perlu mengurangi waktu untuk bermalas-malasan dan menunda pekerjaan

    Resolusi Tahun 2022

    Sampailah kita pada inti pembicaraan, setelah melakukan refleksi diri dan evaluasi, ini saatnya untuk menentukan target pencapaian pada tahun 2022. Kali ini, targetku lebih banyak karena aku merasa semakin banyak target semakin banyak pula hal yang kita usahakan agar tercapai.

    Bismillahirrahmanirrahim. Inilah resolusiku untuk tahun 2022:
    1. Baca berbagai genre buku
    2. Punya sertifikat N2
    3. Bikin buku
    4. Rutin olahraga
    5. Konsisten dalam melakukan segala hal
    6. Selalu merasa bahagia dan ikhlas dalam menjalani segala hal
    7. Bangun hubungan baik dengan orang lain
    8. Punya penghasilan dan tabungan yang stabil

    Itulah cerita penutup dan pembuka tahun dari aku. Semoga tahun 2022 menjadi tahun yang penuh berkat dan kebahagiaan. Aamiin.

    Kalau kamu punya target pencapaian apa yang harus diwujudkan pada tahun 2022? Coba tulis di kolom komentar, nanti aku semogakan.

    Sekian tulisan hari ini. Semoga memberikan sudut pandang yang baru buat kita semua. Mari kita jalani tahun 2022 ini. Semangat!

    Have a nice day,


    Michiko ♡

    1 Oktober 2021

    Porsi Rezeki Abang Ojol

    5:37 PM 2 Comments


    Hari Selasa di bulan September, aku mengalami sebuah kejadian yang membuka mataku dan memberikan pelajaran yang berharga bagiku. Satu hal yang aku pelajari:

    Rezeki setiap orang ada porsinya masing-masing dan gak akan lari ke mana pun.


    Hal ini aku alami saat aku pergi ke Bandung untuk tes CPNS pada hari Senin dan Selasa. Pada hari Senin di malam hari, aku memesan makanan di aplikasi online dengan total 41 ribu. Saat itu, uangku genap 50 ribu dan aku gak punya uang receh untuk menggenapkan uang kembalian. Turunlah aku dari kamarku di lantai tiga dengan membawa uang 50 ribu di kantongku. Saat aku bayar ke abangnya, ternyata beliau gak ada uang sembilan ribu justru beliau cuma ada sepuluh ribu. Aku sendiri gak bawa seribu buat menggenapkan uang kembalian itu karena dompetku ketinggalan di kamar. Akhirnya, abangnya mengikhlaskan seribu itu dan memberikan kembalian sepuluh ribu. Aku banyak berterima kasih ke abangnya, mungkin ini rezekiku. Semoga rezeki abangnya dilancarkan selalu. 


    Keesokan paginya, aku pesan bubur ayam di aplikasi online yang sama dengan total yang aku habiskan saat itu adalah 35 ribu. Sama seperti malam sebelumnya, aku bawa uang 50 ribu. Waktu aku bayar ke abangnya, ternyata abangnya cuma ada uang 14 ribu, yang berarti kembaliannya kurang seribu. Akhirnya, aku ikhlaskan aja kembalian seribu itu buat abangnya. Semoga abang ojol yang ini juga rezekinya dilancarkan selalu.


    Saat aku kembali ke kamar, aku baru sadar. Ternyata, uang yang diikhlaskan oleh abang ojol semalam adalah rezeki abang ojol pagi itu dan aku hadir sebagai perantara. Aku jadi paham, ternyata rezeki orang itu ada porsinya masing-masing. 

    Kalau rezeki itu untukmu, ia akan jadi milikmu. Kalau rezeki itu bukan untukmu, ia bukan milikmu. 


    Lantas, kenapa kita harus khawatir akan hidup dalam kekurangan kalau ternyata manusia sudah punya porsi rezekinya masing-masing? 


    Tugas kita sebagai manusia bukan menentukan siapa yang berhak menerima rezeki lebih banyak dari yang lain, tapi tugas kita adalah menjemput rezeki yang sudah ditetapkan untuk kita. 


    Sekian tulisan untuk hari ini. 

    Have a nice day,



    Michiko ♡


    Pictures source: Visual stories || Michelle on Unsplash

    14 Mei 2021

    Anti Sosial Karena Pandemi

    6:13 PM 0 Comments
    Hari ini aku lagi bingung nih, mau menulis tapi kok kayaknya aku lagi kehabisan topik untuk ditulis ya. 

    Eh, tapi kalau dipikir-pikir nggak juga sih. Bukan kehabisan topik, lebih tepatnya malas untuk menulis topik yang berat dan panjang. Itu mah aku cuma cari alasan aja. Aku tuh lagi pengen cerita dan menulis topik yang ringan supaya nggak perlu pakai riset atau berpikir berat gitu. Kira-kira enaknya cerita tentang apa ya?

    Oh iya, mumpung masih musim lebaran nih, aku mau mengucapkan, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H, mohon maaf lahir dan batin ya. 

    Bagaimana lebaran tahun ini? Seru nggak? Banyak yang datang ke rumah? Bertemu banyak saudara nggak?

    Ini lebaran kedua bersama pandemi COVID-19 ya. Ternyata nggak terasa, kita sudah dua kali menjalankan ibadah puasa berdampingan dengan virus Corona. Lama juga ya. 

    Simak juga artikel tentang virus Corona: Corona Virus World Tour 

    Aku sudah kangen kumpul-kumpul, jalan-jalan, jalan kaki keliling kota tanpa masker sambil sedekah senyum. Selama pandemi, aku nggak pernah lagi jalan kaki jauh-jauh, soalnya rasanya pengap banget kalau jalan kaki harus pakai masker. Bahkan, belum jalan aja rasanya tercekik dan mual setiap masker nempel ke lubang hidung. Kalian ada yang gitu juga nggak sih?

    Banyak banget perubahan yang terjadi di banyak sisi selama pandemi, termasuk diriku sendiri. Kalau kamu merasakan perubahan di hidupmu juga nggak setelah pandemi hadir?

    Aku banyak banget sih, salah satunya masalah dalam bersosialisasi. Dulu aku anaknya tukang nongkrong, kumpul sama teman terus ngegosip, atau belajar bareng. Semenjak pandemi, aku jarang ketemu orang dan kemampuan komunikasiku yang minim ini semakin terkikis, sampai aku lupa caranya bersosialisasi sama orang lain. Alhasil, kalau ketemu orang aku suka bingung mau ngomong apa. 

    Nggak tahu kenapa, selama setahun lebih aku diam melulu di rumah malah membuat aku semakin ansos alias anti sosial. Aku malu banget kalau ketemu orang lain. Sebenarnya aku nggak mau kayak gini sih, pengen bisa diajak ngobrol dengan asik sama orang lain tapi nggak tahu kenapa aku suka tiba-tiba jadi malu sendiri dan lebih banyak diam kalau ketemu orang apalagi orang baru, kayak ada tombol auto-switch kepribadian gitu. Aneh banget sih.

    Selain itu beberapa dari targetku juga belum tercapai karena adanya pandemi. Baca juga hal yang belum bisa aku wujudkan: Thank You Card for 2020

    Anti Sosial Karena Pandemi

    Terus, selama pandemi ini aku juga jadi nggak pernah olahraga. Soalnya, aku lebih suka olahraga outdoor kayak berenang atau jalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya sedangkan pandemi ini seolah tidak mengizinkan aku untuk beraktivitas di luar. Aku kurang enjoy kalau olahraga indoor dan bakalan berujung malas, apalagi pemandangannya karpet, TV, dan kasur, bawaannya pengen rebahan melulu nggak sih? Karena... Rebahan Adalah Passion.

    Netizen be like: "Alasan, terima kasih."

    Alhasil, selama aku di rumah, berat badanku naik drastis dan of course jadi insecure maksimal buat ketemu orang lain karena takut dapat komentar tentang perubahanku yang semakin menurun, takut dibilang gendut, walaupun emang kenyataannya gitu. Tapi ya... rasanya lebih sakit nggak sih kalau orang lain yang bilang padahal kita sudah sadar diri tentang kekurangan yang kita punya.

    Eh, malah curhat. Sudah ah, ternyata aku lagi malas menulis itu karena lagi pengen mengeluh aja makanya kena writer block. Aku pernah mengalaminya sampai hiatus hampir setengah tahun tapi kali ini aku paksain menulis.  Baca alasan hiatusku: Bangun dari Hibernasi

    Jadi, itu sih salah satu perubahan di dalam diriku yang terjadi karena pandemi. Sebenarnya, memang bukan salah pandemi sepenuhnya karena aku memang dasarnya punya bibit-bibit nggak bisa bersosialisasi sama orang lain, tapi dengan hadirnya pandemi menyebabkan bibit-bibit itu bertunas lebih cepat.

    Kamu punya cerita perubahan yang terjadi selama pandemi juga? Sharing yuk!

    Sekian cerita hari ini, kapan-kapan kita ngobrol lagi. 

    Have a nice day,


    Michiko ♡

    Picture by Anthony Tran on Unsplash

    20 April 2021

    Bertahan dalam Keadaan Tersulit

    10:42 PM 0 Comments
    Hidup itu bagai roda yang berputar, kadang ada masa kita berada di atas dan kadangkala pula kita berada di bawah. Setiap orang pasti pernah berada di dalam kesulitan. Banyak hal yang bisa dipelajari dan dimaknai oleh manusia setiap ia mengalami kesulitan, termasuk aku begitu pun kamu. 

    Kamu pasti pernah berada di fase tersulit dalam hidupmu. Yang kemudian, kesulitan itu akan memberikan pelajaran berharga di dalam hidupmu. Lalu pelajaran itu akan selalu kamu ingat dan tak pernah kamu lupakan agar kamu tak mengalaminya lagi di masa depan.

    Salah satu fase tersulitku ada pada perjuangan menggapai mimpi. Baca juga: Pejuang Mimpi

    Kadangkala, kita merasa dunia terlalu kejam dan tidak ada keadilan di dalamnya. Namun, rupanya itu adalah bayangan di dalam pikiran kita sendiri. Padahal Tuhan Yang Maha Adil telah memberikan kehidupan sesuai porsinya masing-masing. Hanya saja, manusia yang tak pernah tahu diri.

    Reaksi pertama kita saat berada di dalam kesulitan adalah tangis dan amarah. Cacian dan makian terlontarkan pada dunia, sedangkan kita tak pernah menyadari bagaimana dunia bekerja. Bagaimana cara Tuhan menghentikan kita agar tidak terjerumus ke dalam kesengsaraan yang jauh lebih menyakitkan. Bagaimana cara Tuhan memberikan kita pelajaran agar kita tak lagi keterlaluan. Selalu ada hikmah di dalam setiap cobaan. 

    Baca juga, sajak kehidupan: Roda Kehidupan

    Bertahan dalam Keadaan Tersulit
    Iya. Selalu ada hikmah di dalam setiap cobaan. Selalu ada kekuatan dalam diri yang semakin membesar di setiap kesulitan.

    Seorang belajar dari kesalahan untuk mengetahui sesuatu yang benar. Seseorang belajar dari kegagalan untuk mengetahui arti kesuksesan. Seseorang belajar dari kesulitan untuk mengetahui apa itu kemudahan. Tanggung jawab kita sebagai manusia hanyalah belajar dan terus belajar dalam menghadapi kehidupan.

    Sesulit apa pun keadaanmu sekarang, semoga kamu selalu kuat dan semakin kuat dalam menghadapi setiap cobaan yang datang. Semoga kamu selalu bertumbuh semakin kuat hingga angin sekencang apa pun tidak akan pernah bisa merobohkan semangatmu. Kuatlah dan tetap belajar. Sesungguhnya, dalam setiap kesulitan selalu ada kemudahan. 

    Butuh semangat? Baca ini: Ganbarimashou

    Apakah kamu pernah berada dalam kesulitan? Apa yang kamu lakukan saat kamu menghadapi kesulitan itu? Ayo berbagi denganku! 

    Sekian tulisan untuk hari ini.

    Have a nice day,


    Michiko ♡

    #Jejakwarnawritingchallenge #getclosertome #Day9

    Challenge by jejakwarna.id

    15 April 2021

    Kemampuan untuk Mengubah Dunia

    8:17 PM 0 Comments
    Kalau kamu bisa mengubah dunia, kamu mau dunia jadi kayak gimana?

    Kemampuan untuk Mengubah Dunia

    Hmm, buatku ini pertanyaan sulit sih walaupun cuma dihaluin doang—apalagi direalisasikan. Ditambah melihat faktanya, dunia itu dinamis dan selalu berubah, termasuk keinginan manusia. Awalnya mau kayak gini, besok mau kayak gitu. Banyak aspek yang nggak pernah bikin manusia puas, entah dari sisi ekonomi, politik, humaniora, sosial, budaya, dan sebagainya. 

    Semuanya orang pengen dunia yang sempurna. Giliran apa yang diinginkannya terwujudkan... kadang, masih juga dikeluhkan dan ingin hal yang lain, dan begitu seterusnya. Kebanyakan mengeluh melulu, maka perlu dibanyakin rasa syukurnya. 

    Pelajari tentang rasa syukur dari drama Korea: Belajar Bersyukur dari Drama Korea 18 Again

    Aku pribadi, banyak banget keinginan untuk membuat dunia ini berubah, seperti peningkatan toleransi antar manusia, dunia bisnis dan politik yang bersih, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan budaya, kesetaraan ekonomi dan status sosial, kesejahteraan manusia, dan lain sebagainya. Akan tetapi, untuk mengubah hal itu dan tatanan dunia seperti kehendakku sih rasanya nggak semudah itu—bahkan cenderung nggak mungkin. 

    Maka, satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah mengubah diriku sendiri yang termasuk ke dalam bagian kecil dari dunia ini. Kalau aku nggak bisa mengubah dunia secara keseluruhan, aku bisa mengubah duniaku terlebih dahulu. 

    Apa yang ingin aku ubah dalam duniaku?

    Tentunya, jalan hidup dan pola pikirku sendiri. Aku ingin mengubah jalan hidupku agar lebih baik. Belajar dari kesalahan yang pernah aku buat dan meniti jalan yang lebih baik untuk ke depannya. Selain itu, aku ingin mengubah pola pikirku agar lebih terbuka dan banyak bertoleransi pada perbedaan, baik perbedaan budaya ataupun perbedaan pendapat. 

    Semua itu dimulai dari diri sendiri. Aku harus memulainya dengan melakukan hal-hal kecil seperti melakukan evaluasi diri, merencanakan masa depan, melangkah satu per satu dalam menata diri dan meniti karir, serta melakukan kegiatan yang menyenangkan serta bermanfaat. 

    Baca juga caraku mengevaluasi diri: Memaknai Kegagalan

    Kalau kamu bisa mengubah dunia, kamu ingin dunia jadi kayak gimana? Berbagi cerita yuk! Kamu bisa tinggalkan jawabanmu di komentar atau formulir kontak.

    Sekian tulisan untuk hari ini.

    Have a nice day,


    Michiko♡

    #JejakWarnaWritingChallenge #Day4

    Hashtag:
    #JejakWarnaWritingChallenge #GetCloserToMe #Day4

    Challenge by Jejakwarna.id

    25 Maret 2021

    Insecure Melanda, Aku Ingin Berhenti Menulis

    12:52 AM 1 Comments
    Insecure Melanda, Aku Ingin Berhenti Menulis
    Hari ini aku mau curhat aja deh. Berhubung aku sedang berusaha melewati kesulitan-kesulitan yang harus aku hadapi sendirian. 

    Boleh dibilang, saat ini aku hampir menyerah dari dunia kepenulisan.

    Kenapa ya?

    Alasannya, sebenarnya sepele. UANG. 

    Nggak sepele juga sih, soalnya kita selalu butuh uang untuk bertahan hidup. Akan tetapi, kalau sampai berhenti menulis karena uang, menurutmu itu terlalu berlebihan nggak sih? Hahahaha.

    Aku yang baru lulus dari pendidikan akademik jenjang perkuliahan merasa insecure banget saat melihat teman-temanku gencar mencari lowongan pekerjaan. Beberapa bulan belakangan, aku juga sama, ikut cari lowongan pekerjaan seperti yang lainnya. Sempat juga dipanggil interview oleh salah satu perusahaan tapi alur hidupku berkata aku cuma bisa sampai tahap itu. Aku nggak lolos tahap wawancara.

    Setelah menerima notifikasi penolakan, overthinking melanda. Kebiasaan buruk yang selalu muncul setiap aku sedang terpuruk ini membuat aku berpikir: "Aku hidup di dunia ini kayaknya cuma jadi beban keluarga ya?" Padahal baru satu perusahaan yang menolak, gimana kalau ditolak terus-terusan oleh banyak perusahaan ya? Jadi kopong kali ini otak.

    Hampir semua orang pernah berpikir begitu nggak sih? Atau cuma aku dan beberapa orang yang punya pola pikir serupa aja yang pernah mikir begitu? Kamu pernah berpikir begitu nggak?

    Selama menghabiskan waktu untuk memikirkan masa depan dan makna kehidupan, aku seringkali berpikir hal-hal yang membuat aku merenung berulang kali. Aku bisa apa sih sebenarnya? Aku terus mempertanyakan skill yang aku miliki.

    Setelah mengetahui bagaimana dunia kerja bekerja, aku mulai membuka mata. Ternyata, sainganku bukan orang yang seumuran denganku aja tapi dari semua kalangan mulai dari yang lulusan SMA/SMK sampai yang ada di usia mau pensiun juga ada. Mereka yang melamar pekerjaan di perusahaan yang sama denganku, punya pengalaman yang jauh lebih banyak dari aku. Mereka yang sama-sama mengantri untuk wawancara kerja, jauh lebih jago skill-nya daripada aku. Kalau dibandingkan dari segi kemampuan dan pengalaman, kayaknya mereka ada di langit sedangkan aku ada di dasar laut.

    "Masuklah di sekolah kedinasan, nanti lulus jadi PNS, pekerjaannya juga sudah terjamin."

    Kamu sering dengar ucapan itu dari orang yang ada di sekitarmu nggak? Aku pernah mendengarnya, sering malah, soalnya orang tuaku penganut paham begituan. Kuliah di PTN, kerja PNS, hidup nyaman dan bahagia.

    Akan tetapi, aku yang keras kepala dan sering disebut "idealis" ini memilih untuk tutup telinga. Jiwa bebasku meronta-ronta, aku nggak mau hidupku diatur orang lain termasuk orang tuaku sendiri. 

    Salahku sendiri juga sih karena terlalu mementingkan egoku sehingga saat aku ada di dalam kesulitan, aku bingung harus membagi kisah kesulitan itu dengan siapa—ini salah satu alasan aku menulis ini. Aku memilih jalanku sendiri, dari mulai jurusan perkuliahan sampai pekerjaan. Semuanya nekat.

    Dulu, aku ingin menjadi seorang dokter, orang tuaku juga mendukung. Apalagi, dalam pandangan mereka, kehidupan seorang dokter itu terjamin, bisa buka praktik di rumah dan jadi kaya. Iya, bisa jadi kaya soalnya modal ilmunya juga mahal. 

    Aku sendiri punya alasan karena ingin membantu orang-orang yang sakit mengembalikan kesehatannya, apalagi melihat nenekku yang sering masuk rumah sakit membuat keinginanku semakin kuat untuk menjadi seorang dokter demi menyembuhkan nenekku. Aku bahkan nggak merasa keberatan jika harus "dimutasi" ke pedalaman. Sebab, yang aku cari adalah pengalaman untuk membuka mata dan tahu lebih jauh tentang dunia.

    Namun, takdir berkata lain, langit menolak alasan dangkalku itu untuk melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran. Mempertaruhkan hasil SBMPTN untuk program studi kedokteran di tiga universitas yang berbeda, naif banget nggak sih? Ternyata, kemampuan dan persiapanku belum cukup. Tahun berikutnya, aku mencoba lagi belajar mandiri bersamaan dengan mengerjakan tugas-tugas kuliah dan mengulang SBMPTN, ternyata belum cukup juga.

    Kenapa nggak coba daftar kedokteran di universitas swasta? Boro-boro swasta, jalur mandiri PTN aja aku nggak mau, kecuali UGM dan UI (karena nggak ada tagihan uang gedung walaupun dapat UKT golongan tertinggi). Alasannya, aku punya adik yang masih sekolah. Kalau aku mengambil jalur itu, bisa jadi adikku putus pendidikan, nggak bisa lanjut kuliah karena uang pendidikan dipakai olehku buat biaya kuliah kedokteran dan uang gedung. Apalagi, selisih umur kami cuma 4 tahun, sudah pasti aku juga belum bisa mengembalikan modal belajar dalam durasi waktu sesingkat itu.

    Sempat juga, aku terpikir untuk banting setir ke keperawatan tapi saat itu aku bimbang dan agak malas juga untuk belajar lagi. Apalagi saat aku mengetahui fakta bahwa sudah diterima di universitas swasta jalur PMDK, rasanya selalu ingin leha-leha. Padahal, jurusan di universitas swasta itu jauh banget dengan rencana karirku. Aku mendaftarkan diri di sastra Jepang, jauh banget kan? Salah satu dosenku aja heran saat mengetahui fakta bahwa aku beloknya kejauhan.

    Setelah dipikir-pikir, kenapa aku masuk sastra Jepang ya? Aku sendiri pun nggak tahu alasannya, mungkin takdir aja. Aku jalani aja keseharianku saat menjadi mahasiswi kunang-kunang, kuliah-nangis kuliah-nangis. Iya, pulang-pulang dari perkuliahan aku langsung nangis, alasannya ada dua: tugas yang bejibun dan insecure tentang masa depan yang nggak tahu mau dibawa ke mana arahnya.

    Sempat beberapa kali terlintas untuk berhenti menjalaninya tapi lagi-lagi ini adalah pilihanku sendiri. Aku yang memilih jalan ini, maka aku juga yang harus bertanggungjawab atas semua yang terjadi. Berani memulai, maka harus berani pula untuk mengakhiri. Toh dari awal juga aku nggak mau denger nasihat orang tuaku. 

    Saat menjalani kesulitan di dunia perkuliahan itu lah, aku mencari cara lain untuk menenangkan diri. Menulis. Blog ini adalah saksinya, betapa seringnya aku berkeluh kesah dan membagikan drama perkuliahan.

    Akhirnya, setelah menjalani perkuliahan dengan suka rela walaupun banyak air mata berjatuhan, aku berhasil menyelesaikan pendidikan jenjang strata satu dengan hasil yang memuaskan. Akan tetapi, lagi-lagi aku tetap insecure dengan masa depanku. 

    Aku bingung harus bekerja di mana. Kalau hidupku didokumentasikan, mungkin isinya insecure melulu. Namanya juga manusia, selalu ingin memiliki apa yang dia nggak punya.

    Beberapa lamaran aku masukkan ke berbagai perusahaan yang bergerak di bidang ketenagakerjaan sumber daya manusia. Aku berniat memulai karirku sebagai seorang guru bahasa Jepang. Ternyata, sulit banget untuk memiliki panggilan ibu guru atau sensei.

    Bekerja sebagai seorang interpreter juga sempat terlintas dalam benakku tapi belum juga aku memasukkan lamaran ke perusahaan yang membuka lowongan, nyaliku langsung ciut melihat persyaratannya. Kemampuanku belum sehebat itu untuk menjadi seorang interpreter alias penerjemah lisan. Saat itu pula, aku menyadari skill bahasaku yang kukira sudah cukup untuk dunia kerja ternyata masih jauh dari kata cukup apalagi kata lebih.

    Prospek kerja apalagi yang cocok untuk jurusan sastra Jepang? Aku pun banting setir ke dalam dunia kepenulisan, sedikitnya aku terbantu oleh mata kuliah linguistik dan sastra. Saat ini, aku sedang mengerjakan beberapa proyek mandiri ala ala biar kedengaran keren dan nggak dianggap pengangguran. Aku sedang menulis sebuah novel genre fantasi yang niatnya akan aku kirim ke penerbit, juga menulis cerita atau artikel untuk dipublikasikan di blog ini. 

    Pilihan ini nggak aku ambil secara gegabah, aku mempertimbangkan minatku dan tujuan hidupku juga: meninggalkan jejak untuk memberikan ilmu yang bermanfaat (walaupun kadang aku masih suka menulis kisah picisan tak bermakna).

    Imam Ghozali juga pernah memberi petuah, "Jika kamu bukan anak raja dan anak ulama besar, maka menulislah."

    Maka, aku pun menulis. Namun, lagi-lagi, semua itu nggak semulus kelihatannya. Bayanganku tentang pekerjaan impianku, nggak seindah yang dibayangkan. Dengan melihat respon orang-orang di sosial media, orang-orang yang ada di lingkunganku bahkan keluargaku sendiri, aku tidak bisa mendapatkan dukungan penuh untuk menulis. 

    Banyak masyarakat yang masih krisis literasi, paling artikel ini juga tidak dibaca sampai habis. Belum lagi, pecinta buku di Indonesia nggak banyak, pangsa pasarku kecil jika berkarir sebagai seorang penulis. Hal ini kembali membuatku ciut, terlebih traffic blog-ku juga masih segini aja. 

    Iya, aku sepenuhnya menyadari tulisanku tidak terlalu menarik dan kadang membosankan—bahkan memang membosankan—karena aku juga belum sejago itu dalam menulis dan masih dalam tahap pengembangan kemampuan.

    Adsense dari Google pun cuma bisa dipakai jajan bakso dua porsi, padahal aku sudah memasangnya sejak satu tahun yang lalu. Aku semakin insecure melihat pendapatan yang minim dan terus-menerus menumpang hidup dengan orang tua. Belum lagi saingan di luar sana yang lebih paham tentang SEO dan dunia kepenulisan profesional. Insecure-nya makin menggila deh.

    Nggak tega sebenarnya membuat orang tua susah karena aku terus-terusan menumpang hidup, tapi aku juga butuh makan. Aku mencoba mencari portal yang bisa menghasilkan uang, ikut bekerja dengan dosen sebagai freelancer jasa transkripsi, tapi semua itu juga datangnya nggak diduga-duga. Kadang rame, kadang sepi, belum lagi penolakan dan revisi. Belajar sana-sini, ikut webinar ini itu, terutama kelas gratis, selalu aku ikuti untuk meningkatkan kualitas tulisanku. Ikut lomba sana sini dan mencoba mengirim tulisan ke berbagai portal berita demi membangun portofolio itu juga sangat melelahkan.

    Aku ingin berhenti menulis. 

    Namun, hati kecilku seringkali berbisik, tetap terlintas lagi di kepalaku bahwa rejeki sudah diatur dan ada porsinya masing-masing. Hanya saja rejeki itu nggak datang dengan sendirinya, aku tetap harus mengusahakannya. 

    Kalau aku berhenti menulis, dari mana rejeki itu akan datang? Apalagi lamaran kerja yang kukirim juga belum ada yang lirik, daripada menganggur menanti kabar yang belum pasti datangnya, bukankah lebih baik kuhabiskan waktu sambil menulis, kan?

    Apa salahnya terus-terusan menulis walaupun hanya sedikit saja orang yang membaca—atau bahkan hampir tak ada. 

    Tujuanku hanya satu, menjadi orang yang bermanfaat. Setidaknya, dengan menulis aku merasa menjadi manusia yang lebih berguna, walaupun masih sedikit tidak ada gunanya karena penghasilan yang minim nyaris tak ada.

    Walaupun ada beberapa faktor yang membuat aku selalu ingin mundur, apalagi setelah membaca keluh kesah para penulis novel yang hanya dapat royalti sedikit belum lagi dipotong pajak penghasilan, rasanya ingin menyudahi rencana karir ini dan bekerja sebagai karyawan biasa. Akan tetapi, aku sadar bahwa setiap pekerjaan atau jurusan atau jalan kehidupan, selalu ada kesulitannya masing-masing yang mungkin tak pernah bisa kita rasakan jika hanya melihatnya dari jauh.

    Terkadang, apa yang kau lihat bukanlah apa yang kau rasakan. Di balik kesuksesan pengusaha, ada kesulitan dalam membangun bisnisnya. Di balik gaji karyawan yang tetap, ada kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. Begitu pula di balik bebasnya jam kerja freelancer seperti penulis, ada kesulitan menyusun strategi dan menyesuaikan pangsa pasarnya. Semua ada kesulitannya masing-masing, hanya cara kita menghadapi kesulitan-kesulitan yang datang itu lah yang menunjukkan apakah kita pantas untuk menjalani jalan hidup yang kita pilih.

    Walaupun keinginan untuk berhenti menulis terus datang di saat-saat terpuruk, aku berharap tulisan ini akan menjadi pemantik semangatku agar tak pernah berhenti menulis. 

    Ingatkan aku, tegurlah aku, jika suatu saat aku ingin menyerah atas hidup ini. Aku harus membuktikan kepada kedua orang tuaku atas pembangkangan di masa lalu bahwa aku bisa dan aku bertanggung jawab atas pilihan hidupku walaupun sebagian tulangku sudah remuk karena terbentur goncangan sistem dunia. 

    Sepertinya, sudah cukup keluh kesah untuk hari ini. Aku yakin beberapa di antara kamu juga pernah dilanda kekhawatiran terkait masa depan walaupun dengan kategori yang berbeda. 

    Semangat lah, jika kau lelah maka istirahatlah sejenak. Jangan pernah berhenti walaupun kau harus merangkak. Semoga kita selalu mendapatkan hal yang terbaik dalam hidup kita.

    Sekian tulisan untuk hari ini, selamat berjuang. Semangat perjuangan!

    Have a nice day,


    Michiko ♡