6 Januari 2017

Mosquito and the Lizard

Suatu hari ada seekor cicak. Cicak itu berjalan di atas dinding. Merayap. Terus merayap sampai ke atap.

Ngiunggg ngiunggg.
Seekor nyamuk betina datang menghampiri. Dengung nyamuk yang nyaring membuat cicak mengejarnya.

"Sial! Cicak itu mengincarku!" dengus sang nyamuk sambil terbang menghindari cicak itu. Sang nyamuk mempercepat gerakannya. Ia mengepakkan sayapnya lebih kuat sehingga cicak tak dapat menggapai nyamuk karena gerakan nyamuk terlalu gesit. 

Cicak itu tak kuat mengejar nyamuk yang terbang dengan gesit. Kemudian, ia memutuskan untuk melompat dari dinding. Cicak itu merebahkan tangannya dan terbang mengikuti nyamuk betina yang tadi hinggap di kaki seorang manusia. Dengan kekuatan aliran darah dingin yang bersumber di bawah kulitnya, cicak itu asik terbang melayang mengikuti nyamuk yang terbang ke arah jendela untuk mencari jalan keluar.

"What the f#$@!" Sang nyamuk terkejut ketika melihat cicak terbang di belakangnya. Wush! Nyamuk betina terbang semakin kencang karena merasa terancam setelah menyadari cicak sedang mengincarnya. 

Cicak yang tidak memiliki bakat untuk terbang, kehilangan kendali. Energinya habis. Ia terbang ke sana ke mari dengan arah tak menentu. Berpusing ke kanan, berpusing ke kiri tak beraturan. Tubuhnya perlahan berubah warna menjadi biru.

Syunggg! Nyamuk betina keluar dari ventilasi jendela dan berhasil melarikan diri dari sang cicak. Cicak kehilangan jejak dari si nyamuk betina. Tubuhnya semakin lama semakin membiru karena energinya habis digunakan untuk terbang. Plukkk. Cicak terjatuh tepat di atas dada manusia yang tadi dihinggapi nyamuk. Dengan kesadaran yang lemah, cicak tak tahu di mana posisinya, yang ia tahu hanya ada gunung besar dan tebing yang curam. Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, cicak itu merangkak penuh perjuangan melewati gunung dan lembah. Berulang kali ia terguncang karena manusia yang dihinggapinya berulang kali menggaruk dadanya.

Setelah berjuang melewati gunung dan lembah, cicak menghadapi jajaran tebing curam yang menjulang. Dengan usaha kerasnya, ia memanjat tebing curam. Meskipun berkali-kali terjatuh tetapi ia bangkit lagi. Dengan penuh perjuangan, ia sampai pada puncaknya, dagu manusia. Saat ia mencapai puncak, ternampaklah dua buah gua kecil di ujung sana. Namun, sebelum menuju ke gua kecil, terdapat sebuah kawah gelap dan dalam. Cicak itu berusaha melompati kawah gelap itu walau kadang beberapa kali terpeleset hingga hampir jatuh ke dalamnya. Setelah berhasil melaluinya, ia pun mencari perlindungan dari serangan makhluk liar lainnya. Cicak memasuki salah satu lubang pada dua buah gua kembar di hadapannya.

Selamat datang mimpi buruk. Cicak itu masuk ke dalam hidung manusia dengan penuh asa. Gelap. Lembab. Berlendir. Rasa lelahnya mampu dikalahkan oleh rasa penasaran. Cicak terus berjalan hingga menemukan lubang. Entah sebuah jalan keluar atau ia terjebak di gua semakin dalam. Setelah melaluinya, cicak terkesima melihat berbagai alat canggih. Layar besar, tuas, dan tombol berkelap-kelip di hadapannya. Tanpa pikir panjang, cicak menghampiri seperangkat alat canggih yang bisa dibilang seperti monitor utama penggerak tubuh manusia. Kebingungan melihat banyaknya tombol, ia menekan tombol hijau dekat tuas. Kemudian, pada layar monitor tampak langit-langit kamar dan lampu. Semakin penasaran, cicak menggerakan tuas yang berdiri tegak di hadapannya.

Srekkk. Berguncanglah tempat itu ketika ia menariknya dan layar monitor berubah tampilan menjadi sebuah lemari. Kemudian, cicak memutar tuas, dan tampilan layar monitor menyorot seluruh sudut ruangan. Akhirnya, cicak paham bahwa ruangan itu adalah ruangan kendali manusia.

Setelah memahaminya, ia mengotak-atik berkas dan memutar ulang kejadian yang dialami manusia. Cicak memutarnya secara acak di monitor kendali, kebetulan ia menemukan sebuah rekaman di mana sesuatu yang ia kenal hinggap di kaki manusia yang ia kendalikan. Tidak lain, nyamuk yang ia kejar. Dengan kemampuan scan barcode pada alat kendali manusia, cicak mampu mendeteksi keberadaan sang nyamuk melalui bau, suara, dan bentuk nyamuk secara akurat.

Data berhasil tersimpan.

Seluruh data tentang nyamuk sudah tersimpan, cicak memulai pencarian dengan mengendalikan tubuh manusia. Manusia itu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar atas kehendak si cicak. Beberapa meter berjalan, manusia sudah berada di luar rumah dan posisinya berada di taman berputar-putar untuk mendeteksi keberadaan nyamuk. Lampu ruang kendali berkedip menjadi merah, tanda target telah ditemukan. Tangan manusia bergerak mengambil kaleng yang ada pada genangan air di taman.

Ngiunggg. Suara dengung nyamuk nyaring terdengar. Lampu kembali berkedip tanda memang nyamuk ini lah yang sesuai dengan scan data yang cicak cari. Dengan mudah, nyamuk itu dicapit dengan dua jari manusia. Cicak yang mampu melihat dari monitor, mendekatkan nyamuk yang tertangkap ke depan pandangan manusia. Nyamuk betina yang mulanya berusaha melepaskan diri, berhenti memberontak dan melihat tepat ke kedua bola mata manusia. Ternampak cicak sedang melihat ke arahnya dari dua bola mata hitam itu.

"Hey, cicak! Apa maumu?! Jangan makan aku! Aku punya banyak jentik, mereka tidak bisa hidup tanpa aku!"

Ilustrasi Cicak dan Nyamuk

Cicak terdiam tak berucap. Cicak hanya menyeringai dengan tatapan jahat.

"Katakan apa maumu?! Kamu jahat! Dasar, cicak jahat! Makan saja aku!" teriak nyamuk tersulut amarahnya.

Cicak yang tak tahan mendengarnya pun mendekatkan mulutnya pada mikrofon. Suara cicak menggema dari mulut manusia yang dikendalikannya, "Ckckckck." 

Nyamuk mengerti apa yang diucapkannya. Ia bergeming setelah menuduh si cicak dengan asal. "Oh, jadi sebenarnya kamu hanya ingin berteman denganku? Benarkah? Kalau begitu keluarlah kamu dari tubuh manusia itu."

"Ckckck!" Suara cicak menggema dari mulut manusia lagi.

"Baiklah, buka mulut manusia ini dan kita bertemu di sana. Lalu, kita tinggalkan manusia ini bersama."

Cicak mendorong tuas dan membuka mulut manusia itu, sedangkan nyamuk melepaskan diri dari capitan manusia dan terbang ke mulut manusia untuk menjemput cicak. Melihat nyamuk sudah terbang ke tempat mereka akan bertemu, cicak pun berlari dan mencari jalan menuju kerongkongan manusia. Ia memilih sebuah lubang yang besar dan ketika itu kerongkongan tertutup sehingga sang cicak harus melompati tenggorokan manusia.

Hup! Cicak melompat dan mendarat di lidah. Nyamuk sudah menunggunya tepat di depannya.

"Hai cicak, namaku Mosquito," sapa nyamuk sambil mengepakkan sayapnya.

Hap! Seketika lidah cicak menjulur dan melahap nyamuk. Nyam nyam nyam. Santapan lezat untuk cicak. Usai melahap nyamuk, cicak hendak pergi meninggalkan tubuh manusia. Namun, lidah manusia ini lembab dan licin sehingga cicak harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Perlahan cicak berjalan. Namun kakinya tidak dapat menempel seperti pada dinding. Nahas, cicak pun tertelan dan masuk ke kerongkongan. Ia mencoba menyelamatkan diri, tetapi percuma tubuhnya habis termakan asam lambung dan mati.

Tamat.

Ewww. Jijik hahahaha.

Baca juga kisah-kisah petualangan lainnya klik di sini

Ditullis oleh:


Michiko 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar