24 Juli 2021

Beranjak Dewasa Bersama Game Candy Crush

10:54 AM 2 Comments
Suatu hari, aku main sebuah permainan. Permainannya juga simpel banget kok, cuma tukar posisi permen supaya matching. Permainan ini ada di smartphone android/IOS namanya Candy Crush Saga. Kamu pernah main game ini, nggak? 

Waktu sedang memainkan permainan ini, aku tiba-tiba kepikiran: Waduh aku dipaksa dewasa dengan sebuah mainan simpel kayak gini—bahkan desain permainannya aja kayak ditujukan buat bocah. 

Kamu pernah kepikiran begitu juga nggak sih? Ketika lagi emosi dengan kekalahan di permainan, kamu jadi bisa ambil hikmahnya. Ternyata, game Candy Crush nggak cuma sekadar permainan buat aku pribadi. Di dalamnya juga terdapat bermacam-macam pelajaran tersirat yang bisa aku ambil maknanya, salah satunya tentang fase kedewasaan. Waduh, berat ya.
Beranjak Dewasa Bersama Candy Crush
Kamu mau tahu sudut pandang aku terhadap permainan ini? Baca seluruh tulisan ini, maka kamu akan menemukan banyak hal tentang fase kedewasaan dalam game ini.

1. Level menentukan fase kedewasaan kita

Level Candy Crush
Level yang ada pada permainan smartphone ini, menunjukkan hari demi hari yang kita lalui. Semakin lama, level itu akan semakin sulit dengan tantangannya sendiri. 

Saat level 1 sampai 100 kita sanggup melewatinya dengan mudah. Kemudian, saat level 101 sampai 200 kita mulai kesulitan. Tiba saatnya pada level 201 kita kesulitan menghadapi rintangannya bahkan seringkali gagal.

Kamu juga pasti pernah merasakan bagaimana sulitnya menjadi orang dewasa, bukan? Semakin dewasa, hidup akan terasa semakin berat. Semakin dewasa, tantangan dan rintangan hidup juga semakin banyak.

2. Tantangan pada setiap level adalah rintangan hidup kita

Tantangan setiap level Candy Crush
Apakah kamu lihat tantangan di bagian atas? Itu adalah tantangan pada setiap level di permainan Candy Crush yang harus diselesaikan untuk mencapai level selanjutnya dengan terbatasnya jumlah pergerakan.

Selalu ada cerita di setiap hari yang kita lalui, baik sulit maupun mudah. Setiap harinya, kita diberikan energi untuk menjalani hari dan menghadapi bermacam-macam tantangan dalam hidup agar kita bisa mencapai kedewasaan. Kita akan menghadapi banyak tantangan dan memanfaatkan sebaik-baiknya energi yang kita punya untuk menghadapi hari ini. 

Apakah kita akan berhasil dan dapat melanjutkan ke level selanjutnya? Atau justru gagal dan harus mencoba lagi?

3. Lima nyawa sebagai kesempatan dalam hidup

Nyawa Candy Crush
Lima nyawa ini berfungsi sebagai kesempatan kita untuk mencoba lagi saat kita nggak bisa melewati satu level dengan baik, dengan kata lain gagal. Kamu tahu apa yang aku pikirkan tentang hubungan lima nyawa ini dengan kehidupan kita?

Nggak jarang, kita gagal dalam mencoba suatu hal. Banyak kegagalan yang mungkin kita hadapi, berulang kali terjatuh lagi. Kita juga pasti pernah merasa lelah dengan semua kegagalan itu. 


Hey! Jangan putus asa, nyawa di permainan Candy Crush akan terisi penuh lagi setelah beberapa menit. Pada titik ini lah, aku menyimpulkan bahwa kita selalu punya kesempatan dalam hidup kita untuk terus mencoba. Ketika kita lelah dengan kegagalan atau belum melihat peluang, maka kita perlu beristirahat sejenak dan mengevaluasi diri kita. 

4. Cokelat dan permen sama seperti dukungan dari lingkungan

Bantuan permen dan cokelat
Sebelum bermain, Candy Crush akan menawarkan bantuan berupa permen dan cokelat untuk kita menghadapi tantangan. Jumlahnya terbatas dan kita perlu menggunakannya dengan bijak. 

Kamu merasa ada kesamaan nggak sih dengan kehidupan kita? Kita juga perlu dukungan orang lain untuk melewati hari yang penuh dengan cobaan. Sayangnya, dukungan itu gak bisa kita peroleh setiap hari karena adanya keterbatasan dari lingkungan juga. Namun, kita tetap bisa meminta dukungan lingkungan pada momen-momen tertentu di dalam hidup kita. Baik saat kita merasa takut menghadapi masa depan, maupun saat kita selalu terpuruk dalam kegagalan. 

Fungsinya mirip seperti roda sepeda dalam tulisan Analogi Sepeda Kehidupan, nggak sih?

Nah, itu lah sudut pandangku tentang permainan Candy Crush Saga. Kamu main game ini juga, nggak? Buat kamu yang belum pernah main game ini, cobain deh! 

Kalau menurut kamu permainannya seru nggak? Yuk, ceritakan juga pengalamanmu memainkan game Candy Crush

Sekian tulisan untuk hari ini, kita ketemu lagi minggu depan!
Have a nice day,


Michiko ♡

9 Juli 2021

Sambutan Fajar dalam Keputusasaan

11:09 PM 0 Comments
[CERPEN FIKSI] 

Sore itu, langit menyemburatkan cahaya jingga yang terang. Mesin berderu dan roda besi terus berputar menyongsong ke arah barat daya sebuah gunung tertinggi di negeri ini. Matahari senja mengikutiku sepanjang perjalanan itu. Seri menyelimuti wajahku bak topeng yang sangat damai dan menenangkan. Sudah kupikirkan hal ini beberapa saat di dalam kesunyianku, namun keadaan tak cukup sunyi untuk mengambil keputusan itu.

Sepanjang perjalanan singkat itu, mendung terbit meriak pada air mukanya saat kusebut tujuan terakhirku kepada seorang wanita tua yang tengah duduk di sampingku. 

"Kau benar-benar akan pergi ke sana?" tanya ia dengan wajah yang tampak cemas.

"Tak apa, aku hanya mengunjungi kawanku," ucapku menutup percakapan itu dengan senyum yang damai. Aku sudah mempersiapkan alasan itu. Sedetik berlalu, gemuruh guntur yang hampir menurunkan hujan lebat dari pelupuk matanya terseka oleh satu helaan napas dalam. Namun, keadaan itu tak pernah mengubah niatku kala itu.

Satu pesan yang ia bisikkan kepadaku sebelum aku turun di titik perhentianku, "Berhati-hatilah dengan roh jahat."

Kakiku menapak di atas tanah yang keras setelah beberapa langkah kaki membawaku pergi dari tempat perhentianku. Dengan sebuah tas ransel di punggungku, aku melangkah masuk ke dalamnya sembari membawa tekad yang terkumpul di dalam dada. Aku berjalan perlahan menyongsong jurang kekosongan. Sebuah peringatan abai untuk kuperhatikan.

"Anugerah?" Aku tertawa kecut. Bahkan di dalam hidupku, tak pernah aku menemukannya. Omong kosong yang tak berarti.

Lautan pepohonan ini meredam semua kebisingan, termasuk kebisingan yang selalu terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Matahari yang sejak tadi mengikutiku, mulai meredup disaring dedaunan. Membawaku terkungkung di dalam sebuah kesunyian dan kegelapan.

Kerasnya tanah yang kupijak sekeras tekadku hari itu. Tingginya pepohonan menghalangiku untuk kembali. Lubang-lubang besar di tanah ini terlihat persis seperti masalah-masalah yang selalu mengiringi langkah kehidupanku. Saat ini, lubang-lubang itu adalah rintangan dalam perjalanan terakhirku. Kesiur angin meniupkan beban-beban di bahuku. 

Sepanjang perjalanan, aku menemukan mereka yang mendahuluiku. Sekali sempat aku bertegur sapa dengan salah satu di antara mereka. Aku merasakan lelahnya perjuangan mereka untuk tiba pada titik ini.

"Kau pasti sangat lelah, semoga perjalananmu menyenangkan," tegurku pada salah satu di antara orang-orang yang aku temui. Aku tidak ragu sedikit pun untuk menegurnya. Meskipun aku tidak mengenalnya sama sekali tetapi aku tahu persis bagaimana rasa lelah yang mereka rasakan.

Lantas, aku kembali melanjutkan langkahku. Menelusuri rute terlarang hingga aku menemukan sebuah pohon besar dan permukaan tanah yang rata. Tempat yang sangat strategis untuk bermalam. Duduk di bawah pohon besar, cukuplah menjadi sandaran lelahku seperti tertidur di pangkuan ibunda. 

Sepotong ingatan kehangatan sang ibunda terlintas sejenak saat aku memejamkan mata. Sepersekian detik kemudian, potongan itu berganti dengan celaan dan hinaan. Aku segera mengalihkan pikiranku dari hal menyakitkan itu. Sepotong kenangan masa kecil yang indah kembali terlintas sejenak, namun tak lama kemudian teriakan kasar dan cacian yang memekakkan telinga mulai mencabik ingatanku. 

Matahari semakin meredup ditelan malam. Hari mulai gelap, aku bahkan tidak bisa melihat apa pun di sekelilingku. Aku juga tak bisa menemukan jalan pulang. Lautan pepohonan ini benar-benar senyap. Tak ada kor jangkrik yang bernyanyi dan menyapa. Tak ada pula monyet-monyet yang bersahutan memanggil sesamanya dari satu pohon ke pohon lainnya. Benar-benar tempat yang sangat tenang. Tempat ini sangat menjanjikan untuk dijadikan tempat peristirahatan yang penuh dengan kedamaian. Aku bisa beristirahat dengan damai di sini.

Dinginnya angin berbisik membelai bulu kudukku. Aku merapatkan jaket yang melekat di tubuhku. Sedikitnya, ia memberi kehangatan saat perasaanku justru membeku. Bisikan dari kepalaku mulai menjalari pikiranku. 

Aku manusia gagal. Aku tidak bisa memenuhi keinginan orang-orang terdekatku. Aku lahir membawa kekecewaan. Tak pernah sekalipun mereka bangga kepadaku. Aku adalah kesialan yang dilahirkan tanpa kesengajaan. Selama ini aku hanya membawa kesulitan dan masalah di dalam keluargaku. Tak sedikitpun kebahagiaan kuberikan kepada mereka yang membawaku ke dunia ini. Aku bukan anugerah. Aku adalah sebuah kutukan. 

Kedua tanganku memeluk ransel yang ada di pangkuanku lebih erat. Tanpa sadar, bulir air menyembul di ujung netra dan jatuh membentuk parit kecil di pipiku. Dada terasa sesak hingga tenggorokanku terbakar. Ujung jari-jariku membeku dalam bentuk kepalan tangan. Teriakan itu hanya bisa kuredam. Sekali pun aku meneriakkannya, tak akan ada yang bisa memahami rasa sakitnya.

Entah berapa menit sudah berlalu, entah berapa jam terlewati. Sudahkah lewat tengah malam atau masih sekitar pukul sepuluh malam, aku tidak yakin. Namun, yang paling jelas aku rasakan adalah udara semakin dingin hingga menyelinap ke dalam pakaianku dan menusukkan jarum-jarum beku ke tulang-tulang tubuhku. 

Pikiranku terlalu sibuk mempertimbangkan keadaan. Carut-marut di dalam benakku membawa kegelisahan. Rasa jijik dengan kehadiran diriku sendiri semakin menyelimutiku. Hingga sebuah bisikan berkelebat di telingaku. 

"Kau ingin bergabung dalam kedamaian?" 

Suara itu terasa dekat, berbisik tepat di telinga. Namun, aku tak yakin dengan wujudnya. Suara itu terus terngiang di telingaku seperti alunan musik yang menggoda. Berulang kali bisikan itu terdengar di telingaku. Rasa penasaranku mendorongku untuk membuka mata. Lantas kudapati seorang wanita berpakaian kain putih dengan rambut panjangnya tersenyum di hadapanku sambil berkata, "Kau mau bergabung bersama kami?"

Aku tak bisa berucap sedikit pun. Lidahku benar-benar kelu saat mendapati kehadirannya. Roh yang berkeliaran di hutan ini benar-benar ada. Padahal, kisahnya hanyalah sebuah kisah turun temurun yang masih dianggap mitos belaka. 

"Tempat ini menjanjikan kedamaian untukmu. Tak ada lagi rasa sakit, hanya ketenangan jiwa yang akan kau bawa."

Bisikan itu menggetarkan jiwaku. Sekian detik aku bergeming, lalu hatiku menyetujuinya. Kekalutan yang sejak tadi tak kunjung berakhir membalut perasaanku, mulai menemukan titik terangnya. Simpul tali kekacauan yang kusut perlahan menemukan cara untuk melepas ikatan kusutnya. 

"Jika kau ingin bergabung, kami akan menunggumu."

Sosok itu pergi dan menghilang di balik batang pohon yang berjajar rapat. Langit yang semula dikungkung kegelapan mulai bersambut fajar. Semburat jingga menerangi langit yang memberi sedikit penerangan untuk penglihatanku. Fajar menyambutku dalam keputusasaan. Aku telah mengambil keputusan itu.

Lembayung fajar yang bersemburat di cakrawala dengan indah memanjakan mataku. Kesunyian sungguh membawa kedamaian hingga merasuk ke dalam jiwa. Sunyi. Senyap. Tenang. Tak pernah aku rasakan ketenangan semacam ini sebelum aku datang ke sini. Suara alam dan angin yang berkesiur bersahutan merdu membelai telingaku. Cahaya matahari malu-malu mengintip dari dedaunan yang rimbun. Setidaknya, jika aku tak pernah menemukan keindahan di dalam kehidupanku, pemandangan ini adalah hal terindah yang pernah kulihat di akhir hayatku. Maafkan aku dan terima kasih banyak.

Angin memeluk tubuhku. Aliran napasku tersendat. Air mataku menetes begitu derasnya. Pohon ini mendekapku untuk beristirahat di dalam pangkuannya. 

Aku berharap bisa melindungi mereka yang kutinggalkan. Setidaknya, kehadiranku di sini akan menjadi berkat bagi mereka yang masih menjalani kehidupannya. Aku tidak sendirian di sini. Mereka menantiku di depan gerbang, menyambutku dengan senyuman. 

Wahai keluarga baruku, terimalah aku sebagai bagian dari kehidupanmu yang baru.

***

Baca juga cerita pendek lainnya di sini

Ilustrasi: Hutan Aokigahara

Ditulis oleh Michiko

Picture by Akira.t on Pixta