25 September 2022

Duri Mawar Sengat Asmara

10:39 AM 1 Comments
Pernahkah kamu berteman dengan seseorang demi mendapatkan hatinya? Atau justru kamu hanya menjadi bagian kehidupannya tapi tak pernah mendapatkan hatinya? Kalau kamu pernah merasakan hal itu, mungkin kita ada di posisi yang sama saat ini.

Aku seorang perempuan—yang bisa dibilang bodoh atau mungkin beruntung—yang saat ini sedang berteman dengan seseorang yang sudah kusukai sejak dua tahun silam. Usia pertemanan kita belum genap dua tahun, tetapi perasaanku padanya justru usianya lebih tua dari itu.

Enam bulan sebelum aku berteman dengannya, muncul rasa yang bersemi di hatiku. Dia menarik perhatianku dan selalu membuat jantungku berdebar-debar setiap ada di dekatnya. Memasuki bulan ke-tujuh, aku memutuskan untuk memberanikan diri menampakkan diri di hadapannya. Menunjukkan eksistensiku sebagai seorang penggemar rahasianya. Dan aku... berhasil menembus pintu hatinya dan ditempatkan sebagai seorang kawan. 

Menurutmu itu tindakan waras? Tidak. Dia bak setangkai mawar, indah kupandangi dari jauh. Namun, saat aku mendekatinya dia justru melukaiku. Semakin aku mengenalnya, semakin banyak pula nama-nama wanita cantik yang ia sebutkan dalam kisahnya. Aku hanya berperan sebagai wadah. Hatiku yang bolong, harus tetap bisa menampungnya dan menambal lubang itu sendirian. Sakit, apalagi tidak pernah ada namaku disebut selama dua tahun kami berteman. 

Entah siapa—atau apa—yang dia cari dari wanita, tapi berulang kali dia bergonta-ganti pasangan dan itu selalu tak bertahan lama. Alasannya putus cinta pun bermacam-macam, ada yang karena wanitanya terlalu manja, terlalu mandiri, terlalu tinggi untuk dicapai, terlalu posesif, terlalu overprotektif. Dan aku hanya bisa tertawa mendengar spesifikasi yang dia cari. Terlalu sempurna. Mana ada di dunia? Toh kalau aku jadi wanitanya pun, pasti ada kekuranganku sendiri yang akan membuat dia meninggalkan aku—jika dia tak mau menerimanya.

"Mana ada yang kayak gitu?" sanggahku. "Kalau kamu mau cari orang yang bisa terima kekurangan kamu, kamu juga harus bisa terima kekurangan dia. Jangan egois. Maunya dimengerti terus tapi nggak mau belajar buat mengerti orang lain."

Setelah itu, dia tak banyak bertingkah lagi. Dia tidak mencari wanita lagi. Penampilan dan sikapnya, tidak seperti biasanya saat dia sedang gencar mencari wanita. Kupikir, dia sudah lelah mencari orang yang cocok untuk bersanding. Padahal, saat itu pula aku masih menunggu namaku disebut sebagai wanita selanjutnya—atau bahkan mungkin berharap menjadi wanita terakhir. Konyol memang. Kenapa aku tak mengungkapkan perasaanku kepadanya ya? 

Aku terlalu banyak pertimbangan, lebih tepatnya takut dengan penolakan. Aku takut sikapnya tak akan sama lagi setelah aku mengungkapkan perasaanku. Bagiku, berada di sisinya, mencoba menguatkannya saat ia goyah adalah hal yang indah. Dan aku tak ingin kehilangan momen ini. Namun, sepertinya strategiku salah. Semua yang kudapat hanyalah luka. Aku terlalu banyak diam. Mereka yang menyatakan perasaannya lebih dulu justru yang berhasil mendapatkan dia. Apakah sistem kerja romansa di dunia ini adalah siapa cepat dia yang dapat? 

Beberapa bulan, aku tak mendengar kabar dia jatuh cinta lagi. Usia pertemanan kita pun terus bertambah. Aku heran tapi tak mau tahu. Aku cuma mau tahu, kapan namaku akan terpatri di hatinya.

"Nggak ada cerita baru nih?" tanyaku saat ia sedang sibuk dengan laptop dan kursor yang berkedip.

"Cerita apaan?" 

"Cewek baru... mungkin?" ucapku ragu. 

"Nggak ada," singkatnya. "Lagi sibuk proyek dulu. Urusan cewek nanti lagi."

Lantas, ia kembali sibuk dengan pekerjaannya. Aku hanya duduk termenung. Setan apa yang sedang merasuki dia? Kenapa tujuannya tiba-tiba berubah haluan?

Hari demi hari berlalu. Satu minggu. Dua minggu. Tiga minggu. Satu bulan. Dua bulan. Aku sudah lupa dengan tujuan utama dia, manusia pencari cinta sejati. Aku pun menganggap perjalanan ini sudah usai. Garis finish-ku adalah seorang teman cerita. Hari terus berjalan. Usia pertemanan kami pun genap menginjak usia dua tahun. Dia sudah vakum selama enam bulan. 

Suatu hari, dia tiba-tiba berbeda. Si Pencari Cinta Sejati sudah kembali. Parfum satu botol dia guyurkan ke seluruh badannya. Rambutnya yang biasanya tak ditata rapi pun tiba-tiba berubah. Wajahnya terlihat sumringah. Semua gelagat enam bulan yang lalu pun kembali. Jelas, dia sudah kembali. Namun, ada satu hal yang mengganjal. Dia tidak cerita apa pun tentang wanita yang ini. Sama sekali. 

Berhari-hari dia terlihat seperti orang yang berbunga-bunga. Seolah kebahagiaan selalu menyertai langkahnya. Aku turut bahagia melihatnya. Walaupun ada sedikit kekhawatiran dan rasa iri terbesit dalam dada. Yang pertama, aku iri karena ada wanita yang bisa membuat dia bahagia setiap hari. Yang kedua, aku khawatir dia diam-diam menyebar undangan. Hal yang kedua, hanya asumsiku saja tapi cukup membuatku sakit. Pikiran yang nakal, berani-beraninya menyakiti hati yang rapuh. Daripada hatiku terus digerus asumsiku, aku pun mencoba bertanya langsung padanya.

"Kamu lagi jatuh cinta ya?"

"Hah?" Dia menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia melirik sejenak, lalu melemparkan pandangan lagi. "Nggak usah ngarang."

"Aku peka kok. Aku bisa merasakan perbedaan orang yang waras dan orang yang bodoh karena cinta."

"Jatuh cinta sama siapa sih? Emangnya kamu tahu? Kok tiba-tiba tuduh orang lagi jatuh cinta?"

"Nggak. Tapi kamu benar lagi jatuh cinta, kan?" Aku menilik wajahnya mencari jawaban serta kejujurannya yang barangkali tersimpan dibalik matanya. "Aku nggak tahu ke hati mana lagi kamu berlabuh, yang aku tahu kamu lagi jatuh cinta. Kamu lagi rela bodoh demi seseorang. Iya, kan?"

"Dih, sok tahu," ucapnya dengan tawa ledekannya.

"Heh! Kita berteman nggak cuma dua hari doang ya. Dua tahun, sudah dua tahun, Raffi!"

"Iya deh...." Ia mengalah dan mengakuinya. Namun, tak ada rasa senang atau penasaran yang menghinggapiku. Sebab, aku tahu, pekerjaan utamaku akan kembali setelah ini. Menampung kisah cinta dia dan wanita barunya di hati yang bolong.

"Pantesan beda," celetukku. Aku membuang pandanganku setelah menemukan jawaban yang aku cari. "On the way jadi orang bodoh lagi."

Dia tiba-tiba duduk di sampingku. Lengannya yang bertumpu di atas meja hanya berjarak beberapa milimeter dari lenganku dan bahunya hampir menyentuh bahuku. 

"Kamu mau tahu nggak, siapa yang kali ini bikin aku rela menjadi bodoh?"

Aku sudah tahu itu bukan aku. Hatiku baru saja remuk kembali oleh fakta dia sedang jatuh cinta—lagi. Aku terlalu terbiasa dengan dia yang sedang tidak menjadi bunga mawar. Jadi, demi melindungi diriku dari tusukan duri itu, aku akan menanyakan tentang itu lain kali.

"Kalau orang itu bukan aku, aku nggak peduli sih."

Entah mengapa, justru kalimat itu yang keluar dari mulutku. Aku sendiri justru kaget setelah sepersekian detik mendengar ucapanku sendiri. 

Dia menahan tawanya agar tidak lepas di tempat umum. Lantas, tangannya menyentuh kepalaku dan ia mengusapnya sembari mengacak-acak rambutku. "Kalau gitu, mulai sekarang waktunya kamu buat peduli tentang itu."

Alamak, duri itu melunak. Duri itu bukan membuatku berdarah, tapi kini menyengatku dengan kejutan asmara. 

Baca juga cerita pendek lainnya di sini

Duri Mawar Sengat Asmara by Nadhishafa

Michiko ♡

21 September 2022

Kupu-Kupu, Maukah Kau Pulang Bersamaku

12:32 AM 0 Comments
Aduhai Mak. Anakmu ini benar-benar sedang jatuh cinta. Entah yang ke-berapa kalinya.

Mungkin kau sudah lelah Mak mendengar berita anakmu jatuh cinta melulu. Ada makhluk tampan di TV, jatuh cinta. Ada lelaki tinggi sedikit, jatuh cinta. Ada lelaki wangi sedikit, jatuh cinta. Ada lelaki senyum sedikit, jatuh cinta. Ada lelaki baik sedikit, jatuh cinta. Bosan kali pasti kau dengar anakmu yang mudah jatuh cinta ini.

Sungguh, yang kali ini berbeda, Mak. Sakitnya cinta telah membuat anakmu berpikir berulang kali untuk jatuh cinta. Namun, setelah dipikir-pikir berulang kali pun aku tetap jatuh cinta, Mak. Bagaimana ini, Mak?

Kepalaku setiap malam berisik menggemakan nama dia. Kepalaku pusing membayangkan senyum dia dalam benakku. Tersulut kembang api yang menggelegar meramaikan dadaku setiap aku bertemu dia. Aduh, Mak. Anakmu ini sepertinya sedang benar-benar dimabuk asmara.

Kira-kira, dia membalas cintaku tidak, Mak? Alamak, betapa hancurnya aku kalau tidak dibalas rasaku.

Apa sebaiknya aku kejar saja dia, Mak? Akan tetapi, dia terlalu indah bak kupu-kupu, Mak. Semakin dikejar, semakin menjauh. Apa sebaiknya anakmu ini menjadi sebuah bunga agar dihinggapi makhluk indah sepertinya? Tidak juga, Mak. Kupu-kupu juga pilih-pilih tempat untuk hinggap dan itu belum tentu aku yang dia pilih.

Sepertinya, aku akan tetap duduk di taman kebahagiaan ini memandangi dia dari jauh saja, Mak. Dia hinggap di jariku, atau tidak, mungkin aku akan menanti sampai aku bosan mengaguminya terbang saja, Mak. Walaupun dari dalam lubuk hatiku ini, ingin membawa ia pulang bersamaku saja.

Mak, doakanlah aku pulang membawa kupu-kupu indah untuk kuhadiahkan untukmu. 
Kupu-kupu, Maukah Kau Pulang Bersamaku
Baca juga karya-karya lainnya di sini

Michiko ♡

20 September 2022

Beautiful Soul Has Gone

12:29 PM 0 Comments
Bunga yang paling indah selalu dipetik lebih dulu. Begitulah orang-orang di sekelilingku berkata.

Beautiful Soul Has Gone 

Hal ini aku akui saat orang-orang terkasihku pergi. Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan kabar kepergian salah satu temanku saat SMA. Kalau kamu tahu dia pernah ada di kisah-kisah SMA yang pernah kutulis di sini.

Di sini, aku bermaksud untuk mengabadikan dia dalam tulisanku sehingga suatu hari nanti aku bisa mengenang dia dengan segala tingkah laku dan keceriaannya.

Namanya Farah. Kalau kamu pernah baca tulisanku seharusnya kamu tahu seakrab apa dulu aku dengan dia semasa SMA. Aku pernah mengucapkan ulang tahun dan menceritakan sepenggal kegilaanku dengan dia di tulisan Kado Ulang Tahun Farah. Dia teman sekelasku. Sebenarnya, aku nggak tahu kenapa kita bisa menjadi dekat tapi semua berawal dari kami yang sama-sama mengambil jurusan bahasa Mandarin. Aku pernah menceritakan momen itu di kisah D'trebbles di tulisan berjudul Trouble Maker. Dia salah satu di antara para trouble maker kala itu. Seringkali, aku dan dia belajar bersama. Kami lulus ujian bersama, remidi juga bersama.

Selama SMA, aku nggak punya circle untuk bergaul. Aku ngobrol dengan siapa pun, berteman juga dengan siapa pun. Namun, ada kalanya saat itu aku juga merasa kesepian dan berjalan sendiri. Namun, kehadiran Farah justru menghapus itu semua.

Dia yang selalu menemani ketika aku sedang sendirian. Dia yang selalu mencariku saat aku nggak ada di dekatnya. Dia juga yang selalu merangkulku saat aku sedang sedih. Dia anak yang baik dan sangat ceria, hobinya adalah tertawa. Seperti yang pernah aku bilang, dia si Hitam Manis, kala tertawa matanya menyipit dan ada lekuk kecil lesung pipit di atas tulang pipinya. Orangnya amat tulus berteman dengan siapa pun.

Pernah suatu hari, aku mau mengikuti ujian tulis di Yogyakarta, aku sempat mencari tempat untuk singgah semalam. Akan tetapi, Farah dengan senang hati menawarkan, "Nad, kamu nginep di tempatku aja!"

Sore harinya, sehari sebelum ujian, dia menjemputku ke terminal. Kami makan di sebuah restoran cepat saji sambil mengobrol tentang persiapanku untuk ujian. Malamnya, dia mengajakku untuk survey tempat ujian yang mana jaraknya sangat jauh bahkan ditempuh sekitar 20 menitan. Awalnya, kami mau cari hotel penginapan saja di dekat situ—mengingat jarak tempat Farah dan tempat ujian jauh banget—tapi akhirnya nggak jadi. Kami kembali ke tempat Farah, di sana aku belajar buat ujian.

Farah sudah jadi mahasiswa UGM kala itu, sedangkan aku masih berusaha untuk bergabung ke sana. Saat aku belajar, Farah ada di sampingku. Dia membantuku belajar juga, katanya dia sudah lupa dengan semua rumus dan hafalan yang setumpuk itu. Akhirnya, saat kutinggal menghitung dia tertidur di sampingku. Malam itu aku hanya tidur 2 jam—dan Farah masih ada di tempatnya saat aku membuka mata. Farah ikut tidur di karpet bersamaku.

Pagi itu, dia juga mengantarku padahal aku sempat bilang kalau aku akan naik ojek online. Akhirnya, tetap saja dia mengantarku bahkan menunggu sampai aku selesai ujian. Ya Tuhan, ada orang sebaik ini ya?

Kalau aku ingat-ingat kebaikan dia, banyak banget! Momen kami bersama juga nggak bisa kuceritakan satu per satu. Namun, itu semua pasti akan selalu aku ingat.

Seperti yang orang bilang, bunga terindah selalu dipetik terlebih dahulu—dan kamu lah yang terindah saat ini, Farah.

Rest in peace beautiful soul. See you in eternity. 🥀❤️
Good bye, Farah! You're beautiful until the end 
Love,

Michiko ♡

11 September 2022

Bahagia dari Hal Kecil

9:12 AM 1 Comments
Apa sih arti kebahagiaan itu menurut kamu?

Kalau menurutku, kebahagiaan itu adalah saat di mana kita merasa hidup. Selalu merasa cukup dengan semua yang kita punya. Nggak merasa kurang dan nggak juga menginginkan hal yang orang lain punya. Saat kita sudah memiliki semuanya, kita merasa senang dan bahagia. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahagia punya makna keadaan atau perasaan senang dan tenteram, bebas dari segala hal yang menyusahkan. Hidup ini ladangnya susah dan senang, hal yang bisa membuat kita bahagia dan sedih adalah hal yang kita ciptakan sendiri. 

Lupakan dulu soal uang, apa kebahagiaanmu Jika Uang Bukan Segalanya 

Bahagia dari Hal Kecil by Nadhishafa

Ngomong-ngomong soal kebahagiaan, aku jadi ingat akan sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan. Bagiku, kebahagiaan itu datangnya nggak susah, bahkan aku bisa merasa bahagia dengan hal-hal kecil aja. Nggak perlu jauh-jauh berkelana sampai ujung dunia untuk mencari kebahagiaan karena kebahagiaan itu sebenarnya ada di dekat kita. Hal-hal kecil yang membuat kita bahagia itu bisa sedikitnya mengobati kesedihan yang sedang kita rasakan. 

Kalau hari ini kamu lagi sedih, maka kamu harus ingat akan hal-hal kecil yang bisa bikin kamu bahagia. Sekarang, ketimbang kamu terlarut di dalam kesedihan yang mendalam, cobalah untuk bahagia dengan hal-hal sederhana yang bisa membuatmu bahagia. Coba kamu sebutkan 10 hal yang bisa membuat kamu bahagia!

Kebahagiaan sederhana versi aku:

  1. Makan makanan yang enak
  2. Kucing dan hewan-hewan berbulu 
  3. Musik dan game 
  4. Meme dan hal-hal yang bikin tertawa
  5. Sharing dan hangout bareng keluarga/teman 
  6. Jalan kaki 
  7. Menulis 
  8. Menggambar 
  9. Bernyanyi 
  10. Belajar hal-hal yang baru 

Dari semua hal-hal yang aku tulis, hampir semua hal itu bisa mengusir kesedihan yang sedang mengusik diriku. Nah, sekarang giliran kamu dong, coba tuliskan apa aja sih hal sederhana yang bisa membuat kamu bahagia?

Michiko♡

2 September 2022

Piala untuk Diri Sendiri

11:49 PM 0 Comments
Hari ini kamu sudah mengapresiasi diri sendiri belum? Sudah berterima kasih sama diri sendiri? Atau malah kebalikannya justru kamu lebih banyak ngatain diri sendiri?

Kadang kita tuh terlalu fokus sama yang namanya kekurangan, bahkan sampai lupa sama kelebihan yang dimiliki orang-orang. Makanya sampai ada peribahasa, nila setitik rusak susu sebelanga, yang mana relate banget nggak sih sama keadaan kita sebagai manusia yang lebih sering fokus pada kesalahan yang diperbuat orang lain ketimbang kebaikannya. Bahkan kadang 1000 kebaikan bisa kalah oleh 1 kesalahan. Ini juga berlaku buat diri sendiri lho, kadang kita terlalu fokus dengan kesempurnaan sampai lupa kalau ada bagian dari diri kita yang sudah berjuang keras untuk mencapai kesempurnaan itu. Walaupun pada akhirnya, kesempurnaan nggak akan bisa kita wujudkan. 


Maka dari itu, belakangan ini aku baru menyadari betapa bekerja kerasnya diriku sendiri. Sedangkan aku, sibuk mengejar kesempurnaan yang nggak kunjung aku dapatkan. Lelah, sudah pasti. Namun, aku selalu lupa untuk berterima kasih pada perjuangan diri yang dengan gigih bertahan walaupun melalui banyak hal yang berulang kali membuat diri ini terhempas. 

Hari ini, aku mau memberi piala untuk diri sendiri atas hal-hal yang telah dilakukannya sampai membuat aku bangga pada diri sendiri. Sepatah dua patah kata aku ucapkan kepada diriku sendiri sebagai lambang serah terima piala kebanggaan ini.
  1. Terima kasih kepada sosok aku yang selalu bertanggung jawab terhadap pilihan yang telah dibuat. Selalu berusaha menjalani hidup tanpa penyesalan dan tetap gigih melalukan yang terbaik. Ikhlas menjalani semua hal yang telah dituliskan dalam suratan takdir serta mampu bertumpu dengan kedua kaki sendiri.
  2. Terima kasih untuk aku yang diam-diam menjadi sosok yang peduli. Berusaha melakukan yang terbaik untuk membuat orang di sekitar bahagia walaupun masih belum mampu mengungkapkan rasa cinta dengan lisan sendiri, tapi aku yakin ungkapan cinta itu telah diucapkan oleh lubuk hati.
  3. Terima kasih untuk diriku yang nggak pernah lelah untuk terus belajar, baik dari sesuatu yang belum pernah diketahui maupun dari kesalahan yang telah dilalui. Kamu hebat, selalu berusaha meningkatkan kualitas diri sendiri.

Dengan ini, aku menyatakan bahwa pemenang piala kebanggaan ini dipersembahkan untuk diriku sendiri. YEAY! PARTY~~~ 
Piala untuk Diri Sendiri 
Sekarang, giliran kamu dong yang naik panggung. Yuk, ucapkan juga sambutan kebanggaanmu pada dirimu sendiri!

Michiko♡