4 Oktober 2016

1001 Alasan Jomblo

Hello guys! 
Aku balik nih, setelah sebulan lamanya hiatus dari dunia blog. Kali ini pembahasanku agak sedikit mellow karena ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati jadi aku mau curhat. #galau #mabukmicin #butuhasupangizi

Banyak banget pertanyaan yang sering aku dengar dari orang-orang di sekitar aku. Contohnya:
"Kok belum punya pacar?" 
"Hari gini masih jomblo?" 
"Ciyeeee, jomblo kurang belaian."
"Kenapa kok kamu gak pacaran sama dia aja?"
"Kok kamu PHP-in dia, sih?"
"Kalian dekat tapi hanya teman?"
"Kamu kok sok jual mahal?"

Jujur, aku bosan banget mendengarnya. Setiap orang selalu kepo terhadap keputusan hidup orang lain. Aku juga nggak mengerti sih apa alasannya. Ketika aku memilih untuk bebas dari status hubungan alias jomblo, banyak banget yang komentar, entah itu prihatin atau sekadar menyalahkan karena menempatkan seseorang dalam lingkaran pertemanan alias friendzone. Padahal, ada alasan tersendiri mengapa seseorang memilih untuk setia dengan status jomblo itu. 

Alasan Menjadi Seorang Jomblo

1. Friendship di atas relationship

Bagiku, hubungan pertemanan itu lebih penting daripada status hubungan percintaan. Jujur, aku merasa lebih nyaman ketika menjalani hubungan pertemanan. Sebab, aku bisa menunjukkan diriku sendiri apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Aku lebih leluasa untuk bercanda, berbagi cerita, suka dan duka bersama. Ketika aku marah pun, aku bisa mengekspresikannya. 

Sebaliknya, ketika pertama kalinya aku pacaran, aku merasa menjadi orang yang bermuka dua. Aku berusaha untuk menjaga image di depan pasangan. Aku banyak menutupi keburukanku dan segala kelemahanku. Aku berusaha untuk tampil sempurna hanya untuk orang lain dan melupakan jati diriku sendiri. Aku juga nggak terlalu leluasa untuk bercanda karena mungkin takut si doi kesal atau berpikir candaanku kelewatan. Ketika aku mengekspresikan kemarahan pun, doi justru malah ikut-ikutan marah tanpa peduli apa alasan aku marah dan kesal. 

Baca kisah-kisah tentang pertemanan klik di sini

2. Benci kesedihan dan kesalahpahaman

Jujur masa-masa ketika terikat hubungan percintaan itu adalah masa-masa yang bikin aku sering banget sedih atau galau. Aku nggak suka dengan vibes itu karena membuat hari-hariku dan pikiranku kacau. Padahal penyebabnya tuh sebenarnya sepele, misalnya nggak dapat kabar, sms atau chat nggak dibalas, telepon nggak diangkat. Hal-hal seperti itu tuh justru membuat pikiran negatif bermunculan, ujungnya overthinking dan malah jadi sedih sendiri. Hari-hari jadi terasa kelabu karena orang yang diharapkan nggak kunjung datang. #asik

Selain itu, kadang perasaan cinta itu bisa berubah menjadi sebuah obsesi. Kadang, obsesi itu malah mengubah pribadi kita menjadi seorang yang posesif. Misalnya, doi ngobrol sama lawan jenis sebentar saja, hati langsung bergejolak terbakar api cemburu. Doi cuma dapat chat dari lawan jenis yang ada kepentingan, langsung ditanya asal-usul dan bibit bebet bobotnya. Bercanda sedikit aja langsung dituduh selingkuh. Timbul kesalahpahaman, malah bikin tambah stres. 

3. Nggak mau memaksakan perasaan

Bagiku seorang penganut cherish the moment, status hubungan percintaan itu bukan hal yang bisa dipaksakan. Sebab, menurutku esensi cinta yang sebenarnya adalah mencintai dengan tulus bagaimana pun keadaannya. Jadi, kalau punya perasaan suka, ya sudah, just let it flow and enjoy the moment gitu lho, selama masih bisa berada di sisinya, bisa memberikan semangat kepadanya, bisa melihatnya, itu sudah cukup daripada harus memaksakan perasaan orang lain untuk menyukai kita juga. Toh cinta juga nggak bisa dipaksakan kok. Mau mengejarnya ke ujung dunia sampai terjatuh, terbalik, terjengkang, terkayang sekalipun, kalau doi nggak mau, nggak usah maksa apalagi meminta ikatan hubungan percintaan. Bisa-bisa, kehilangan momen itu bahkan kehilangan dia. 

Baca teknik mencintai dalam diam: Secret Admirer 

Balik lagi ke poin pertama, "friendship di atas relationship". Kalau suka, jadilah teman. Jangan datang-datang langsung pepet mau jadi gebetan. Hadeh, yang ada nanti orangnya malah takut. Siapa nih, datang-datang kok mau jadi gebetan, emang situ siapa? Kita kenal? Lagipula kalau berteman, bukankah lebih baik karena bisa menunjukkan sisi asli dari jati dirinya sendiri? Lagipula, kalau sudah jodoh juga nggak akan hilang kok, asalkan tetap berada di sisinya. Jadi, kalau ada yang mendekati dengan niat untuk memiliki, skip deh. Lebih baik mencari yang lain karena berkomitmen itu tidak semudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Kalau dari niat awalnya mengincar hal lain, bisa jadi suatu saat ketika nggak mendapatkan apa yang diincarnya, pasti dia akan pergi juga mencari incaran lain, bukan begitu? Sebab, kalau betulan sayang, nggak mungkin meninggalkan juga.

4. Cinta itu rumit

Sebenarnya kehidupan romansa itu rumit banget. Semacam sebuah neraka yang dibalut oleh topeng indah yang sangat menyenangkan. Padahal, hubungan percintaan itu nggak sesimpel itu. Mungkin banyak banget pasangan yang menunjukkan sisi romantisme dan ke-uwu-an yang bikin hati jadi iri. Tapi sebenarnya di balik itu semua, ada dua orang yang berjuang untuk mempertahankan hubungan. Beruntung, kalau di balik layar mereka harmonis. Namun, bagaimana dengan nasib mereka yang sebenarnya nggak harmonis di balik layar? Misalnya, banyak cekcok, saling nggak bisa mengerti sama lain, banyak air mata yang menetes, kadang nggak bisa toleransi sifat pasangannya. Pokoknya, kalau nggak siap mental, mending nggak usah deh cinta-cintaan. Kata orang, cinta itu bikin goblok. 

Baca tentang bahasa cinta agar mencintai nggak terasa rumit lagi: 5 Bahasa Cinta, Kunci Hubungan yang Harmonis

5. Trauma

Pengalaman yang berhubungan dengan percintaan itu berpengaruh banget dengan kepercayaan seseorang terhadap cinta itu sendiri. Ada orang yang berpikir cinta itu indah karena bentuk cinta di lingkungannya itu baik. Akan tetapi, untuk orang-orang yang berada di lingkungan percintaan yang buruk, mereka akan memandang cinta itu bullshit. Misalnya, keadaannya sebagai seorang brokenhome karena melihat kedua orang tuanya bercerai, mengalami kekerasan dalam hubungan percintaan, atau pernah menjalani hubungan percintaan yang toxic. Itu berpengaruh banget untuk membentuk pola pikir terhadap cinta, apalagi cinta itu nggak bisa diraba atau dilihat karena bentuknya yang abstrak dan terbentuk dalam pola pikir manusia. 

6. Belum cukup dewasa

Seperti yang disebutkan poin sebelumnya, cinta itu rumit. Butuh kedewasaan untuk memelihara cinta. Tanpa kedewasaan, maka cinta itu cuma dianggap sebagai mainan, kesenangan sesaat. Lagipula, tujuan untuk terikat dengan status hubungan itu apa? Main-main saja atau pernikahan? Kalau tujuannya pernikahan, memangnya nggak terlalu muda untuk memulainya? Toh, banyak juga pasangan yang hubungannya kandas di tengah jalan sebelum sampai ke pelaminan. Atau menjalin status hubungan percintaan hanya untuk main-main saja, mengapa harus mengikat dengan status hubungan percintaan? Toh nanti rasa itu akan berubah menjadi obsesi yang berpotensi untuk menyakiti hati dan diri sendiri.

1001 Alasan Jomblo

Sekiranya, begitulah alasan-alasan yang ada di pikiran seseorang yang belum mau menjalin status hubungan. Ini baru poin-poin alasan pribadiku. Entah ada berapa alasan lain yang ada di benak orang-orang di luar sana. Mungkin masih ada 1001 alasan jomblo yang belum terkuak. Jadi, hargai sajalah apabila ada yang memutuskan untuk menikmati masa lajangnya. Toh hidup ini juga nggak selalu tentang cinta dan pacar. 

Sekian tulisan untuk hari ini. Terima kasih atas pengertiannya.

Have a nice day


Michiko ♡

Picture by Лечение наркомании from Pixabay

Tidak ada komentar:

Posting Komentar