18 Juni 2021

Memaknai Kehidupan Bersama Buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye

7:47 PM 2 Comments
Pada kesempatan kali ini, aku akan kembali membuka sudut pandang kehidupan dengan buku bacaan. Sebelumnya, aku sudah membuat ulasan novel Aroma Karsa karya Dee Lestari. 


Hari ini, aku akan mengulas buku novel yang sudah aku baca. Buku ini adalah buku karya Tere Liye yang berjudul Rembulan Tenggelam di wajahmu. Sebuah buku yang memuat kisah sederhana tentang seorang laki-laki yang bertanya-tanya tentang makna kehidupan. 

Sebelum mengulas novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, aku akan menuliskan identitas bukunya terlebih dahulu. Siapa tahu kamu tertarik juga untuk membaca buku ini.

Identitas Buku

Ulasan Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye
  • Judul: Rembulan Tenggelam di Wajahmu
  • Penulis: Tere Liye
  • Tahun: 2009
  • Penerbit: Penerbit Republika 
  • ISBN: 9789791102469
  • Jumlah Halaman: 425 Halaman
  • Bahasa: Indonesia
  • Genre: Fiksi
  • Harga: Rp. 69.000,- (Harga P. Jawa)

Sinopsis Rembulan Tenggelam di Wajahmu 

Lima pertanyaan tentang kehidupan tersimpan rapat di dalam pikiran Ray (tokoh utama) selama bertahun-tahun. Pertanyaan-pertanyaan itu berasal dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam hidupnya. Hingga pada suatu hari, ia mendapatkan sebuah kesempatan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini berkecamuk di dalam benaknya kepada seseorang berwajah menyenangkan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. 

Setiap pertanyaan yang ditanyakan Ray kepada orang berwajah menyenangkan itu, akan membawa Ray ke tempat di mana peristiwa kehidupannya terjadi untuk menyaksikan reka ulang kejadian masa lalu yang membuat Ray tersadar dan menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Lima pertanyaan yang Ray tanyakan: Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan? 

Sepanjang perjalanan luar nalar itu berlangsung, Ray didampingi orang berwajah menyenangkan yang bersedia menyampaikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini berkecamuk di dalam benaknya. Setelah kelima pertanyaannya terjawab dengan penjelasan, alasan, dan sebab akibat peristiwa kehidupannya, Ray pun dapat memahami makna hidup dan perjalanan hidupnya. 

Kesan Pertama pada Buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu 

Aku mau cerita sedikit saat aku memutuskan untuk membeli buku ini. Saat aku membeli buku ini adalah pertama kali aku memutuskan untuk membangun kebiasaan membaca. Saat itu aku masih bingung memilih buku yang mau aku beli karena rasanya sayang banget kalau beli buku yang isinya sudah mainstream. Ditambah lagi aku juga belum punya referensi buku-buku yang bagus, pernah tanya di media sosial pun yang netizen rekomendasikan adalah buku-buku yang nggak bisa aku temukan di toko buku. Jadi, aku mendapatkan buku ini dengan cara luntang-lantung di Gramedia selama dua jam. 

Hal pertama yang membuat aku tertarik untuk memasukkan buku ini ke keranjang belanjaku adalah ketika aku membaca blurb di belakang cover novel ini. Aku langsung memutuskan untuk membeli buku ini setelah aku melihat lima pertanyaan tentang makna hidup yang pastinya relate banget dengan pertanyaan yang selama ini ada di benakku juga. Maka dari itu, aku bawalah buku ini ke kasir bersama satu buku karya Tere Liye yang lain. 

Bahasa Sederhana yang Penuh Makna 

Awalnya, aku mengira kalau tulisan Tere Liye akan menggunakan diksi yang sulit untuk dicerna isi kepalaku karena nama Tere Liye sudah melambung tinggi dan terkenal dengan karya-karyanya yang hebat—telat banget ya, aku baru baca bukunya sekarang. Akan tetapi, setelah dibuka dan dibaca isi bukunya yang ini, aku nggak perlu bolak-balik buka Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan Tere Liye itu sangat sederhana, Tere Liye cenderung menggunakan bahasa formal sehari-hari. Namun, rangkaian katanya penuh dengan makna. Benar-benar definisi dari satu kata sejuta makna. 

Suasana yang Sesuai dengan Isi Hati Pembaca 

Latar tempat yang Tere Liye gunakan pada kisah ini adalah tempat yang sering kita lihat bahkan tempat-tempat umum yang diperuntukkan untuk masyarakat umum seperti terminal, rumah sakit, kereta, kos-kosan, kuburan, pantai, dan lain sebagainya. Tere Liye cuma menjelaskan latar tempat yang ia gunakan secara singkat dan nggak banyak menjelaskan secara detail bentuk dan posisi-posisi benda atau tempat yang muncul di dalam cerita. Akan tetapi, siapa sangka kalau tempat-tempat umum yang biasanya diakses publik akan menghasilkan sebuah kisah yang sangat berkesan. 

Menurutku, daripada menekankan pada penjelasan latar tempat, Tere Liye lebih suka membangun suasana emosi yang detail sehingga mempermainkan emosi pembaca. Ketika tokoh merasakan kesedihan, aku sebagai pembaca juga akan merasakan kesedihannya. Ketika tokoh marah, aku yang membaca juga ikut marah. Ini adalah sebuah kelebihan yang membuat kisah Rembulan Tenggelam di Wajahmu menyimpan banyak kenangan untuk aku dan membuatku jatuh cinta pada buku ini sejak pertemuan pertama sebagai pembaca pemula. 

Plot Fantasi yang Terasa Nyata 

Sebelumnya, aku menyebutkan tentang perjalanan luar nalar. Itu memang benar adanya, di dalam buku ini perjalanan tokoh utama melakukan perjalanan yang nggak pernah terjadi di dunia nyata dan hanya bisa kita lihat di film fiksi fantasi. Spoiler sedikit, Ray ini seperti melakukan perjalanan di dimensi lain. Dia bisa masuk ke dalam sebuah cahaya dan keluar dari sana kemudian sekejap berada di tempat yang berbeda. Konsepnya unik banget menurutku dan Tere Liye berhasil membawa konsep itu bergandengan dengan plot dunia nyata sehingga terasa seperti sangat nyata padahal belum tentu perjalanan luar nalar itu benar-benar terjadi di dunia kita. 

Kisah kehidupan Ray yang dikisahkan dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye ini, menurutku kisahnya memang biasa seperti kisah seorang anak panti asuhan, anak jalanan, kisah cinta yang biasa terjadi di lingkungan kita, kisah perjuangan karir dari nol, dan lain sebagainya. Akan tetapi, cara Tere Liye menghubungkan kepingan-kepingan cerita dalam satu konsep perjalanan luar nalar membuat plot novel ini jadi keren banget. Teka-teki kehidupan terungkap perlahan dan semua pertanyaan pun akhirnya terjawab. 

Karakter Khas Tere Liye 

Bicara tentang karakter yang ada di dalam novel-novel Tere Liye, aku penasaran dengan karakter utama yang selalu punya latar belakang kehidupan sebagai seorang anak yatim. Nggak apa-apa sih, cuma aku agak penasaran aja dari buku-buku karya Tere Liye yang pernah aku baca tokoh utamanya anak yatim semua. Kenapa ya? 

Terlepas dari karakternya yang punya latar belakang sebagai anak yatim, tokoh Ray ini nggak banyak mengalami perkembangan karakter seiring bertumbuhnya dia. Dia masih tetap Ray yang benci dengan takdir kehidupannya dan sering bertanya-tanya tentang makna kehidupan. Ray digambarkan sebagai orang yang bengal sejak berada di panti asuhan dan tetap menjadi orang yang mengedepankan kekerasan ketika dia menjalani kehidupan jalanan. Ray digambarkan sebagai orang yang rela melakukan apa saja untuk orang-orang yang dia cintai, bahkan jika harus melakukan kekerasan sekali pun demi orang yang dia cinta maka dia akan melakukannya. 

Perkembangan karakter justru lebih banyak terjadi pada karakter-karakter lain yang ada di lingkungannya. Salah satu contohnya adalah pengasuh panti asuhan yang semula egois dan suka menyilap uang zakat berubah menjadi seorang yang bersimpati kepada orang lain, Ray dan satu anak panti lainnya. Selain itu, tokoh-tokoh yang muncul di dalam cerita juga mempunyai keterkaitan satu sama lain. 

Makna Kehidupan yang Dibungkus Alur Cerita 

Setelah aku membaca buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu secara keseluruhan, aku mendapatkan sebuah pelajaran baru. 
Segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita, selalu berkaitan dengan perihal sebab dan akibat. Bisa jadi, apa yang terjadi dalam hidup kita adalah konsekuensi dari pilihan kita di masa lalu. Bisa jadi pula, apa yang terjadi dalam hidup kita akan meninggalkan sebuah pelajaran berharga yang bisa kita ambil hikmahnya. 

Amanat yang disisipkan oleh Tere Liye dalam buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu ini memberikan jawaban-jawaban atas segala hal tentang takdir kehidupan yang sering dipertanyakan oleh manusia bahwa hal-hal yang terjadi di dalam hidup kita nggak cuma jadi bumbu perjalanan hidup kita saja melainkan memberi petunjuk arti kehidupan juga untuk kita pahami. 

Baca juga ulasan drama Korea yang punya makna serupa: Belajar Bersyukur dari Drama Korea 18 Again

Kutipan Favorit dari Buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu 

Kutipan tentang motivasi masa depan: 

Kalian mungkin memiliki masa lalu yang buruk, tapi kalian memiliki kepal tangan untuk mengubahnya. Kepal tangan yang akan menentukan sendiri nasib kalian hari ini, kepal tangan yang akan melukis sendiri masa depan kalian. 
— Bang Ape dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu Bab 11 

Kutipan tentang syukur: 

Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang tidak lebih beruntung darimu. 

Kesan Setelah Membaca Buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu 

Setelah membaca novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu secara keseluruhan, aku mendapatkan pelajaran yang benar-benar bermakna dari buku ini. Pelajaran tentang kehidupan yang sangat berguna bagi diriku sendiri dalam memahami arti kehidupan. Pesan yang ditinggalkan buku ini begitu membekas di dalam ingatanku dan masuk ke dalam daftar buku terbaik yang pernah aku baca. 

Penilaianku terhadap buku ini: ⭐⭐⭐⭐⭐ (Recommended and I love it!) 

Aku sangat merekomendasikan buku ini untuk kamu yang sering bertanya-tanya tentang makna kehidupan, terutama orang-orang yang mulai beranjak dewasa dan sering dihantam oleh pahitnya takdir kehidupan. Buku ini cocok untuk siapa saja, cerita yang diusung dalam novel ini ringan tetapi penuh dengan makna. 

Sekian ulasan novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu aku paparkan, aku harap buku ini bisa kamu baca juga buat mengetahui makna yang terkandung dalam kisah yang disampaikan Tere Liye ini. Aku harap Tere Liye nggak pernah berhenti untuk menciptakan karya-karya yang mempunyai makna sangat dalam dan bisa diterapkan dalam kehidupan. 

Kamu punya rekomendasi buku yang bagus? Bisikin di kolom komentar dong! 

Oh iya, buat kamu yang mau baca review buku yang lainnya bisa cek di sini ya. Sampai jumpa di lain waktu. Selamat membaca! 

Have a nice day, 


Michiko♡

11 Juni 2021

Lidah Bermata Pisau

9:50 AM 0 Comments
Kamu pernah sakit hati karena lidah seseorang walaupun perkataannya jujur? Iya, kejujuran emang menyakitkan karena kita terlalu senang hidup di dalam kebohongan. 

Aku juga pernah merasa sakit hati ketika mendapatkan komentar jujur dari orang-orang di sekitarku. Sebagian ada yang berkata jujur tentang penampilanku, sebagian ada yang berkata jujur tentang tubuhku, sebagian ada yang berkata jujur tentang perilakuku, sebagian ada yang berkata jujur tentang masa depanku yang dianggap kelam. Sebagian dari kejujuran mereka membuat aku terluka. 

Komentar-komentar itu semua datang dari lidah manusia. Bagaimana bisa lidah yang selembut itu bisa mengiris hati seseorang? 

Lidah Bermata Pisau
Namanya juga manusia, makhluk sosial, kita pasti akan menemukan orang yang macam-macam perilakunya dalam hidup kita. Salah satunya, orang yang ceplas-ceplos dan nggak bisa filter omongannya sendiri. 

Kadang-kadang, tingkah mereka itu lucu sekali karena polos dan jujur. Akan tetapi, di beberapa situasi, kadang-kadang mereka menjengkelkan karena ucapan jujurnya yang menyakiti hati. Entah karena dosis kejujurannya terlalu berlebihan, atau aku yang terlalu bawa perasaan. 

Katanya, segala sesuatu yang berlebihan itu nggak baik, bukan? Sekalipun itu sebuah kebaikan yang berlebihan? Ya... menurutku sih iya. Apalagi kalau keburukan yang berlebihan ya? Pasti hancur sudah dunia ini. 

Kalau dipikir-pikir, menjadi orang yang jujur itu sebenarnya sebuah kelebihan yang banyak dicari orang, apalagi saat kita hidup di dunia yang penuh dengan kebohongan. Akan tetapi, sepertinya dunia terlalu mencintai rupa kebohongan yang manis sehingga saat kita menjumpai kejujuran, hal itu akan sangat menyakiti perasaan kita. 

"Kok kamu jadi jelek gitu, kenapa sekarang jerawatnya jadi banyak banget?" tanya seorang wanita yang sedang menggendong bayinya saat pertemuan keluarga yang diadakan setahun sekali. 

"Kamu sekarang gendut banget ya. Beratmu berapa sekarang?" tanya seorang teman SMA saat pertemuan alumni. 

"Belum kerja juga? Kamu mau jadi apa? Pengangguran?" tanya seorang pria paruh baya yang sudah lelah menanggung beban keluarga. 

"Daftar ke sini nggak diterima, daftar ke situ nggak diterima. Nggak usah sekolah lah, percuma kalau bodoh. Nanti cuma buang-buang duit," keluh seorang wanita yang frustrasi dengan anaknya yang nggak kunjung dapat sekolah baru. 

Cuma basa-basi? Masih zaman basa-basi dengan menyakiti hati orang lain? Baca deh Adab Silaturahmi, supaya basa-basi nggak lagi menyakiti perasaan orang lain.

Beberapa orang yang menerima komentar itu akan membalas dengan sebuah reaksi: mengeluh atau berubah. 

Ya sudah, kalau begitu tinggal berubah, apa susahnya? Mengeluh juga nggak menyelesaikan masalah. Anggap saja masukan dari orang lain. 

Feedback atau masukan memang penting dalam pengembangan diri tetapi sampaikanlah dengan cara yang nggak menyakiti hati dan pahami juga kondisinya. Coba bayangkan saja, bagaimana rasanya kalau kamu sedang berjuang membuang hal-hal yang membuat kamu nggak percaya diri tetapi komentar orang lain justru menjatuhkan mentalmu dan membuatmu jadi semakin nggak percaya diri? 

Kalau kamu mengalami hal yang sama, apakah kamu akan langsung berubah setelah mendapatkan komentar yang seperti itu? 

Bagiku, hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga. Aku nggak suka dengan penyampaian kejujuran yang menyakiti hati. Maka, hal ini pun akan jadi pengingat untuk diriku sendiri untuk nggak melakukan hal yang sama. Sebelum menghakimi atau mengomentari orang lain, ada baiknya kita berkaca terlebih dahulu.


Komentar negatif itu bisa menghancurkan kepercayaan diri yang dibangun bertahun-tahun hanya dalam satu detik saja. Coba bayangkan, berapa banyak kepercayaan diri orang lain yang bisa kamu hancurkan hanya dengan kata-kata dari lidahmu saja? Berapa banyak hati yang berdarah karena sayatan ucapanmu? 

Kita sudah tahu bagaimana rasanya ketika orang lain mengomentari kekurangan kita, maka jangan lakukan hal yang sama. 

Lidah itu tajam. Jauh lebih tajam daripada pedang. 

Kalau kamu gak bisa menggunakan pedang dengan baik, sebaiknya kamu simpan saja pedang itu daripada melukai orang lain. Sama halnya seperti lidah, jika kamu tidak bisa bertutur kata yang baik, sebaiknya kamu diam saja daripada tutur katamu itu menyakiti orang lain. 

Sayang banget kan kalau lidah digunakan untuk berucap hal yang menyakiti hati orang lain. Padahal, lidah bisa digunakan untuk bertutur kata dengan baik yang bakal sangat menyenangkan hati orang lain. Contohnya, kalau kita mengucapkan 3 kata ajaib yang bisa membuat orang lain tersenyum. 

Ketahui 3 kata ajaib selengkapnya di artikel: 3 Miracle Words

Kalau kamu mendapatkan komentar negatif dari orang lain, apa yang kamu lakukan? 

Yuk, berbagi tips menghadapi komentar negatif di kolom komentar!

Have a nice day, 


Michiko♡

Picture design by nadhishafa

4 Juni 2021

Analogi Sepeda Kehidupan

8:20 PM 0 Comments
Kamu pernah naik sepeda kan?
Atau seenggaknya kamu pasti pernah melihat sepeda kan?
Kamu tahu bentuk sepeda seperti apa?

Apa saja sih bagian-bagian sepeda?
Ada setang dan rem, ada sadel dan dudukan sadel, ada rantai, ada roda dan ban, ada pedal, dan rangka sepedanya.

Bagaimana caranya supaya sepeda itu bisa jalan? Tentu saja, harus ada orang yang mengendarai sepeda itu. 

Analogi Sepeda Kehidupan
Ngomong-ngomong soal sepeda nih, kamu pernah kepikiran nggak kalau manusia menjalani hidup itu seperti naik sepeda. Kita adalah pengendaranya dan sepeda adalah komponen lain dalam hidup kita. Komponen-komponen itulah yang mendorong kita untuk mencapai tujuan hidup kita.

1. Pedal adalah tuas usaha

Misalnya, pedal sepeda yang dianalogikan sebagai sebuah tuas usaha. Kalau kita nggak mengayuh sepeda, maka sepeda nggak akan jalan. Sama halnya, saat kita nggak mau usaha, pasti kita juga nggak akan bisa untuk mencapai tujuan kita, cita-cita kita, atau keinginan kita. Salah satu cara kita mengayuh sepeda itu dengan konsistensi dalam berusaha. Baca di sini: Konsistensi, Kunci Ajaib Pengabul Mimpi

2. Roda adalah dukungan internal dan eksternal

Kemudian, kita analogikan roda sebagai support system. Kalau sepeda nggak ada rodanya, sepeda nggak bisa jalan dong? Mungkin bisa, tapi kita yang seret sepedanya. 

Sama juga halnya dengan kehidupan kita, kalau kita nggak punya support system apa yang bakal terjadi? Kita jatuh bangun sendiri, kita sedih dan menangis sendiri, kita terluka sendiri, kita susah sendiri, kita senang sendiri, kita tertawa sendiri tanpa ada tempat berbagi. Intinya, kita harus menyeret hidup kita sendirian.

Support system itu apa saja sih bentuknya? Banyak. Bisa berupa dukungan keluarga, pikiran positif kita, doa, teman-teman yang suportif, atau lingkungan yang mendukung kita. Ngomong-ngomong, doa juga punya analogi kayak sepeda lho. Baca di sini: Zutto Oinorishimashou

3. Setang dan rem adalah pengarah pilihan hidup

Kemudian, kita analogikan setang dan rem sebagai alat untuk mengarahkan kita pada tujuan yang ingin kita capai. Kita pasti sudah paham, saat kita punya tujuan maka akan ada banyak jalan yang kita lalui atau bisa kita pilih sebagai alternatif. 

Misalnya, kita punya tujuan ke Jakarta dan berangkat dari Semarang, ada banyak jalan kan? Mulai dari jalan tol, jalan utama Pantura, bahkan jalan kecil buat melipir pun ada. Begitu juga cara kita mencapai tujuan kita, ada banyak jalan menuju Roma, dan dengan setang itulah kita memilih jalan mana yang harus kita tempuh.

Lalu, apa fungsi remnya? 

Setiap jalan pasti punya risiko dan kesulitan tersendiri. Kita bisa lho pilih jalan tol yang lancar anti macet, tapi kita punya risiko tertabrak mobil kalau bersepeda di jalan tol. Kita bisa juga pilih jalan Pantura tapi kita punya risiko beriringan dengan banyak truk dan kendaraan besar lainnya. Kita bisa pilih jalan kecil tapi kita punya risiko tersesat atau melewati area perumahan yang banyak anak kecil main di jalan. Kita bisa pilih jalan desa tapi kita punya risiko melewati jalan yang licin atau penuh lubang dan bebatuan. 

Sama halnya kayak kita menempuh jalan menuju tujuan hidup kita. Semua jalan punya masalahnya sendiri. Semua pilihan kita punya risikonya sendiri. Itu lah fungsi rem dalam hidup kita, kita bisa menggunakannya saat menemukan banyak masalah dalam perjalanan kita, supaya kita berhati-hati dan nggak celaka. 

Ingatlah, nggak apa-apa untuk berhenti sejenak saat menemui masalah. Nggak apa-apa untuk istirahat sejenak saat merasa lelah. Semangat! 

4. Rantai adalah niat

Rantai sepeda dianalogikan sebagai niat kita. Ketika niat kita kuat, rantai itu terasa seperti baru diberi pelumas. Perjalanan kita pun pasti lancar dengan rantai yang masih licin. 

Namun, apa yang terjadi ketika rantai itu mulai berkarat seiring jauhnya perjalanan yang kita tempuh? Pasti terasa berat saat kita harus bersepeda dengan rantai berkarat dan hampir putus padahal kita belum mencapai tujuan kita. Maka dari itu, ketika kita merasa perjalanan kita terasa berat dan kita mulai lelah dengan semuanya, istirahatlah sejenak dan benahi niat terlebih dahulu.

5. Sadel dan dudukan sadel adalah kesehatan fisik dan mental

Sadel dan dudukan sadel diibaratkan sebagai kesehatan mental dan fisik kita. Keduanya bekerja sama untuk memberikan kenyamanan saat kita bersepeda untuk menempuh perjalanan kita. 

Ketika kesehatan kita tidak baik atau sedang rusak, perjalanan kita nggak akan terasa nyaman. Coba bayangkan saja, bagaimana rasanya ketika kita sedang mengejar mimpi tapi ternyata tubuh dan mental kita nggak baik-baik saja. Rasanya nggak nyaman kan? Kayak bersepeda tapi sepedanya nggak ada dudukan sadel, masa iya duduk di rangka sepedanya? Nggak nyaman, kan?

Nah, itu lah analogi sepeda dalam kehidupan kita. Sekarang, tinggal satu pertanyaan yang mau aku tanyakan pada kamu. Kamu mau bersepeda ke mana? Apakah kamu sudah menetapkan tujuan hidupmu?

Yuk, share jawabanmu di kolom komentar!

Have a nice day,


Michiko♡

Picture by Rizki Yulian