Tampilkan postingan dengan label Slice of Life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Slice of Life. Tampilkan semua postingan

4 Desember 2021

Superman Tanpa Jubah

2:08 PM 0 Comments
"Ayah" puisi karya nadhishafa. Dialah cinta pertamaku Dia pula patah hati terhebatku Terlepas dari dosa-dosanya, aku ingin berterima kasih sebanyak-banyaknya.

Hari ini, aku menangis di ujung ruangan. Teringat pada pekerjaan ayahku semalam yang tiada lelah dan tak menyerah saat kudapati ia sedang membetulkan benda-benda rusak di rumah. Sesulit apa pun hal yang dihadapinya, ia bisa melakukannya. Tidak sedikit pun menyerah. Sama sekali. Hanya dengan berlapiskan sarung dan singlet tipis yang menempel di tubuhnya, sepulang dari kantor ayah membetulkan kaki jemuran yang patah.

Aku tak pernah menyangka, bahwa saat itu lah aku menyadari betapa gigihnya perjuangan ia dalam melakukan sesuatu. Ia tidak pernah menyerah dan tidak akan pernah melakukannya. Pria yang selalu melakukan hal terbaik demi keluarganya. Mungkin, dia hanya bisa diam seribu bahasa. Tak pandai mengungkap rasa cinta. Terkesan egois dan memikirkan kebahagiaannya. Akan tetapi, jauh di alam bawah sadarnya, ia sangat mencintai keluarganya.

Hal sekecil kaki jemuran yang patah sudah cukup membuktikan bahwa ayahku orang yang pantang menyerah. Ia berkeliling kota mencari tiang penyangga besi untuk mengganti kaki jemuran yang patah. Dengan gigih, melubangi pipa-pipa besi agar dapat dipasang bersama rangka yang lainnya. Kadang pula mengulangi hal yang sama kala pipa-pipa itu belum tersambung dengan sempurna. Ayah seperti seorang ahli reparasi saat ia sedang melakukan pekerjaan ini.

Ayahku juga seorang pematri handal. Ia bisa membetulkan gagang panci yang patah juga menambal panci yang bolong. Ia tahu betul langkah-langkah yang harus dilakukan agar semua kembali seperti sedia kala walaupun tak sesempurna sebelumnya. Kelontang panci berbunyi di malam hari, bunyi kegigihan ayahku yang belum juga menyerah memasang baut panci yang kepanjangan. Rumah berantakan hanya untuk mencari si kecil mur yang hilang. Bagi ayahku, rumah berantakan bukanlah masalah besar yang penting panci yang rusak kembali sempurna, tidak buntung seperti sebelumnya. Dengan bangganya, ia memamerkan hasil kerjanya di hadapanku. Hebat. Dia memang seorang pematri yang handal.

Ayahku multitalenta. Selain bisa menjadi ahli reparasi dan pematri handal, ia juga ATM berjalan. Di sana lah aku mendapatkan pemasukan. Di sana pula aku mendapat pinjaman uang untuk hidup dan berkembang. Bahkan, menurutku ayahku lebih canggih daripada bank. Aku tak harus meninggalkan jaminan di muka untuk mencairkan dana hidup. Pernahkah kamu berpikir, bank mana yang rela meminjam uang kepada bank lain demi memenuhi permintaan nasabah kecilnya itu?

Aku, nasabah kecilnya, hanya menunggu beberapa waktu agar dana yang kuminta cair. Aku tak pernah tahu dari mana dana itu didapatkan. Aku tak pernah mau tahu saat bank hampir bangkrut karena nasabahnya yang terlalu banyak meminta. Aku tak pernah mau mengerti saat bank kehabisan dana, bahkan nasabah kecil ini cenderung tak tahu diri. Untungnya, bank ini tak pernah memblokir rekeningku dan memasukkan namaku ke daftar hitamnya. Sebab, dia bukan bank biasa. Dia adalah bank yang sangat amat super luar biasa.

Saat ini lah, aku menyadari bahwa aku memiliki ayah yang hebat. Bahkan lebih dari hebat sampai aku tak tahu diksi mana yang harus aku gunakan untuk mendeskripsikannya. Dia lah orang yang mengajarkanku arti kegigihan. Dia pula yang mengajarkanku artinya tanggung jawab dan kerja keras. Dia juga yang mengajarkanku arti kepedulian. Dialah cinta pertamaku, dia juga patah hati terhebatku.

Terlepas dari segala dosa-dosanya, aku tetap mencintainya. Aku mungkin tak pernah mengungkapkannya secara langsung. Namun, aku tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik demi membuatnya bangga. Dia mungkin tidak bisa mereparasi masa laluku yang sempat hancur. Dia juga tak bisa mematri lubang di hatiku yang teramat dalam itu. Dia juga tak selalu bisa memenuhi seluruh keinginanku yang tak tahu diri itu. Akan tetapi, dia lah ayah terbaikku. Ayah yang mengerahkan seluruh jiwa raganya demi berjuang untukku.

Aku belum bisa melakukan banyak hal untuk membuatnya bangga. Aku belum bisa berbuat banyak untuk membuatnya bahagia. Dia telah memberiku banyak hal dan aku berterima kasih sebanyak-banyaknya atas hal itu. Terima kasih, Ayah. Aku mencintaimu. 

Ditulis oleh Michiko

Baca juga kisah-kisah lainnya di sini

1 Oktober 2021

Porsi Rezeki Abang Ojol

5:37 PM 2 Comments


Hari Selasa di bulan September, aku mengalami sebuah kejadian yang membuka mataku dan memberikan pelajaran yang berharga bagiku. Satu hal yang aku pelajari:

Rezeki setiap orang ada porsinya masing-masing dan gak akan lari ke mana pun.


Hal ini aku alami saat aku pergi ke Bandung untuk tes CPNS pada hari Senin dan Selasa. Pada hari Senin di malam hari, aku memesan makanan di aplikasi online dengan total 41 ribu. Saat itu, uangku genap 50 ribu dan aku gak punya uang receh untuk menggenapkan uang kembalian. Turunlah aku dari kamarku di lantai tiga dengan membawa uang 50 ribu di kantongku. Saat aku bayar ke abangnya, ternyata beliau gak ada uang sembilan ribu justru beliau cuma ada sepuluh ribu. Aku sendiri gak bawa seribu buat menggenapkan uang kembalian itu karena dompetku ketinggalan di kamar. Akhirnya, abangnya mengikhlaskan seribu itu dan memberikan kembalian sepuluh ribu. Aku banyak berterima kasih ke abangnya, mungkin ini rezekiku. Semoga rezeki abangnya dilancarkan selalu. 


Keesokan paginya, aku pesan bubur ayam di aplikasi online yang sama dengan total yang aku habiskan saat itu adalah 35 ribu. Sama seperti malam sebelumnya, aku bawa uang 50 ribu. Waktu aku bayar ke abangnya, ternyata abangnya cuma ada uang 14 ribu, yang berarti kembaliannya kurang seribu. Akhirnya, aku ikhlaskan aja kembalian seribu itu buat abangnya. Semoga abang ojol yang ini juga rezekinya dilancarkan selalu.


Saat aku kembali ke kamar, aku baru sadar. Ternyata, uang yang diikhlaskan oleh abang ojol semalam adalah rezeki abang ojol pagi itu dan aku hadir sebagai perantara. Aku jadi paham, ternyata rezeki orang itu ada porsinya masing-masing. 

Kalau rezeki itu untukmu, ia akan jadi milikmu. Kalau rezeki itu bukan untukmu, ia bukan milikmu. 


Lantas, kenapa kita harus khawatir akan hidup dalam kekurangan kalau ternyata manusia sudah punya porsi rezekinya masing-masing? 


Tugas kita sebagai manusia bukan menentukan siapa yang berhak menerima rezeki lebih banyak dari yang lain, tapi tugas kita adalah menjemput rezeki yang sudah ditetapkan untuk kita. 


Sekian tulisan untuk hari ini. 

Have a nice day,



Michiko ♡


Pictures source: Visual stories || Michelle on Unsplash

18 Juni 2018

Setan Gepeng

10:00 AM 0 Comments
Kau akan selalu tunduk kepadanya jika kau tidak berusaha untuk membuatnya tunduk kepadamu.

Apa yang sudah kamu lakukan hari ini?
Seberapa produktif kamu hari ini?
Hari ini lebih banyak malasnya atau rajinnya?
Habis dibisikin setan jadi malas ya?

Iya sih, memang setan itu sukanya menggoda manusia supaya nggak berbuat baik. Bawaannya bikin males, apalagi setan yang satu ini. Bukan devil bukan demon bukan pula Jin Iprit. Namanya Setan Gepeng. Iya, setan gepeng. Aneh ya namanya. Setan jenis ini kerjaannya bukan hanya menghasut manusia supaya berbuat keburukan, tapi juga membuat manusia malas seharian. 

Kok bisa? Iya, bisa.

Coba ingat-ingat.
Ketika mau belajar, terdengar bisikan Setan Gepeng. Tiba-tiba mood berubah jadi nggak mau belajar.
Ketika mau tidur, mata Setan Gepeng ini menyala penuh hasutan untuk membelai dia. Tiba-tiba nggak terasa waktu sudah pagi padahal siang hari harus beraktivitas lagi.
Ketika mau ibadah, amarah Setan Gepeng ini menggetarkan seluruh hati dan pikiran. Tiba-tiba lupa niat ibadah yang akan dijalankan.

Hampir semua orang memelihara Setan Gepeng. Seolah Setan Gepeng ini rajanya manusia, seenaknya membuat manusia tunduk kepadanya. Dia membuat manusia jadi luluh lantak tak bisa melawan. Dia juga yang membuai manusia dalam hasutan agar tidak melakukan hal yang bermanfaat. Kesal nggak sih? Mau memusnahkan dia juga? Nih, kalau berani coba musnahkan!

Penampakan mengerikan Setan Gepeng
Bagaimana? Sudah musnah? Atau masih sayang sama setan yang satu ini?

Mengapa bisa disebut Setan Gepeng? Ya, alasannya sudah aku sebutkan tadi. Judulnya terinspirasi dari status WA temanku yang sesama suka main di blog (Link blog: http://nonnyi.blogspot.com/) yang pernah eksis jadi salah satu tokoh di postingan sebelah, Kado Ulang Tahun Nonny.

Aku mau curhat sedikit boleh dong, ya?

Kejadian ini terjadi pada hari Jumat, tepat tanggal 1 Juni 2018 di malam hari. Ketika itu perutku sedang mengamuk dan bergejolak seperti magma yang mau muntah dari kawahnya. Mungkin, akibat kebanyakan makan pedas juga. Biar nggak sepi, aku main sama Setan Gepeng ini. Sudah selesai, aku mau bangkit. Kemudian... PLUNGGG! WOY PELIHARAANKU JATUH! 

Keesokan harinya, dengan segera aku bawa Setan Gepeng ke unit perbaikan gizi. Kata yang menanganinya, Setan Gepeng ini dinyatakan tak bisa diselamatkan lagi. Sedih nggak sih? 

Pada saat itu, ia satu-satunya peliharaan yang aku punya. Tiada yang lain saat itu. Jadi, aku hidup beberapa hari tanpa Setan Gepeng. Hidupku terasa mati dan sepi. Halah. Biasanya, pulang dari kampus langsung lompat ke kasur dan main dengan Setan Gepeng, sekarang lompat ke kasur langsung tidur karena bosan gak ada teman. Kadang, kalau gak punya kerjaan (padahal setiap saat memang nggak punya kerjaan), aku akan buka semua permainan yang dikasih Setan Gepeng. Kadang, aku suka membelai dia tanpa bosan. Sekarang, aku hanya bisa melakukan kegiatan yang sekiranya membuat aku nggak bosan. Belajar sekali pun.

Iya, ada tes kemampuan bahasa Jepang bulan Juli nanti. Kemarin, ketika masih bersama Setan Gepeng, aku terlalu asik bermain dengannya dan melupakan tes itu. Tetapi, semenjak kehilangan dia, aku mencoba untuk mencari kegiatan untuk melupakannya, yaitu dengan belajar untuk tes nanti. Belakangan ini juga aku aktif posting di blog karena kepergian Setan Gepeng. Jadi, terima kasih sudah memaklumi aku yang berisik di blog dan menyampah di timeline.

Ya ampun, ini cerita melankolis amat deh. Ya intinya, dia rusak dan aku gak punya Setan Gepeng lagi. Barangkali ada yang mau beliin yang baru? Hahahaha. 

Baca juga kisah tentang kelakuan ajaib si Setan Gepeng: Gadget Mania

Memelihara Setan Gepeng sangat bahaya? Nggak kok. Asalkan, kamu bisa membuatnya tunduk. Kamu harus memeliharanya dengan bijak dan nggak selalu menuruti apa kemauannya. Kalau kamu merasa hari-harimu kurang produktif, coba tinggalkan sejenak Setan Gepeng sendirian. Biarkan dia kesepian untuk sementara waktu dan mulailah improve your skill. Jangan mau diperbudak setan macam ini, ya. Seharian bermalas-malasan di kasur itu bikin encok, serius. 

Have a nice day,


Michiko♡

Picture source on Google