25 Juli 2023
25 September 2022
Duri Mawar Sengat Asmara
Duri Mawar Sengat Asmara by Nadhishafa |
21 September 2022
Kupu-kupu, Maukah Kau Pulang Bersamaku |
4 Desember 2021
Superman Tanpa Jubah
20 November 2021
Cinta Bersyarat
1 Oktober 2021
Porsi Rezeki Abang Ojol
Hari Selasa di bulan September, aku mengalami sebuah kejadian yang membuka mataku dan memberikan pelajaran yang berharga bagiku. Satu hal yang aku pelajari:
Rezeki setiap orang ada porsinya masing-masing dan gak akan lari ke mana pun.
Hal ini aku alami saat aku pergi ke Bandung untuk tes CPNS pada hari Senin dan Selasa. Pada hari Senin di malam hari, aku memesan makanan di aplikasi online dengan total 41 ribu. Saat itu, uangku genap 50 ribu dan aku gak punya uang receh untuk menggenapkan uang kembalian. Turunlah aku dari kamarku di lantai tiga dengan membawa uang 50 ribu di kantongku. Saat aku bayar ke abangnya, ternyata beliau gak ada uang sembilan ribu justru beliau cuma ada sepuluh ribu. Aku sendiri gak bawa seribu buat menggenapkan uang kembalian itu karena dompetku ketinggalan di kamar. Akhirnya, abangnya mengikhlaskan seribu itu dan memberikan kembalian sepuluh ribu. Aku banyak berterima kasih ke abangnya, mungkin ini rezekiku. Semoga rezeki abangnya dilancarkan selalu.
Keesokan paginya, aku pesan bubur ayam di aplikasi online yang sama dengan total yang aku habiskan saat itu adalah 35 ribu. Sama seperti malam sebelumnya, aku bawa uang 50 ribu. Waktu aku bayar ke abangnya, ternyata abangnya cuma ada uang 14 ribu, yang berarti kembaliannya kurang seribu. Akhirnya, aku ikhlaskan aja kembalian seribu itu buat abangnya. Semoga abang ojol yang ini juga rezekinya dilancarkan selalu.
Saat aku kembali ke kamar, aku baru sadar. Ternyata, uang yang diikhlaskan oleh abang ojol semalam adalah rezeki abang ojol pagi itu dan aku hadir sebagai perantara. Aku jadi paham, ternyata rezeki orang itu ada porsinya masing-masing.
Kalau rezeki itu untukmu, ia akan jadi milikmu. Kalau rezeki itu bukan untukmu, ia bukan milikmu.
Lantas, kenapa kita harus khawatir akan hidup dalam kekurangan kalau ternyata manusia sudah punya porsi rezekinya masing-masing?
Tugas kita sebagai manusia bukan menentukan siapa yang berhak menerima rezeki lebih banyak dari yang lain, tapi tugas kita adalah menjemput rezeki yang sudah ditetapkan untuk kita.
Sekian tulisan untuk hari ini.
Have a nice day,
Michiko ♡
Pictures source: Visual stories || Michelle on Unsplash
9 Juli 2021
Ilustrasi: Hutan Aokigahara |
Ditulis oleh Michiko
6 Mei 2021
Identitas Buku
- Judul: Aroma Karsa
- Penulis: Dee Lestari
- Tahun: 2018
- Penerbit: Bentang Pustaka
- ISBN: 978-602-291-463
- Jumlah halaman: 710 hlm
- Bahasa: Bahasa Indonesia
- Genre: Fiksi, Romansa, Misteri, Fantasi, Petualangan, Sejarah
- Harga: Rp. 125.000 (Pulau Jawa)
Sinopsis Aroma Karsa
Kesan Pertama pada Buku Aroma Karsa
Gaya Bahasa yang Menyihir Pembaca
Penggambaran Suasana yang Detail dan Mewah
Plot yang Penuh Kejutan
Karakter yang Membuat Jatuh Cinta dan Unik
Jati Wesi
Tanaya Suma
Raras Prayagung
Keunikan Karakter Lainnya
- Anung sebagai pria tua yang linglung dan nggak nyambung kalau diajak berbicara.
- Sarip dengan logat Betawi yang kental.
- Khalil dengan ciri khas kumis dan pecinya.
- Nurdin dengan perut buncit dan keegoisannya.
Keserakahan Menjadi Sebuah Pelajaran Utama
Jika kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, maka bukan keberhasilan yang akan kita dapatkan melainkan petaka dan kesengsaraan.
Kutipan Favorit dalam Buku Aroma Karsa
Jika rezeki adalah satuan, di mata Nurdin waktu adalah mistar yang dibagi oleh garis-garis rezeki.— Dee Lestari, Aroma Karsa Bab 3
Saya percaya, apa yang terlahir bersama kita adalah anugerah.— Komandan Mada dalam Aroma Karsa Bab 4
Kesan Setelah Membaca Buku Aroma Karsa
3 April 2021
Baca kisah selengkapnya: Reverse Bagian 7 - Rekam Memori yang Terkenang
Bagian 8: Dilema Tak Berujung
Cerita bersambung: Reverse [Bagian 8 - Dilema Tak Berujung] |