Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

21 September 2022

Kupu-Kupu, Maukah Kau Pulang Bersamaku

12:32 AM 0 Comments
Aduhai Mak. Anakmu ini benar-benar sedang jatuh cinta. Entah yang ke-berapa kalinya.

Mungkin kau sudah lelah Mak mendengar berita anakmu jatuh cinta melulu. Ada makhluk tampan di TV, jatuh cinta. Ada lelaki tinggi sedikit, jatuh cinta. Ada lelaki wangi sedikit, jatuh cinta. Ada lelaki senyum sedikit, jatuh cinta. Ada lelaki baik sedikit, jatuh cinta. Bosan kali pasti kau dengar anakmu yang mudah jatuh cinta ini.

Sungguh, yang kali ini berbeda, Mak. Sakitnya cinta telah membuat anakmu berpikir berulang kali untuk jatuh cinta. Namun, setelah dipikir-pikir berulang kali pun aku tetap jatuh cinta, Mak. Bagaimana ini, Mak?

Kepalaku setiap malam berisik menggemakan nama dia. Kepalaku pusing membayangkan senyum dia dalam benakku. Tersulut kembang api yang menggelegar meramaikan dadaku setiap aku bertemu dia. Aduh, Mak. Anakmu ini sepertinya sedang benar-benar dimabuk asmara.

Kira-kira, dia membalas cintaku tidak, Mak? Alamak, betapa hancurnya aku kalau tidak dibalas rasaku.

Apa sebaiknya aku kejar saja dia, Mak? Akan tetapi, dia terlalu indah bak kupu-kupu, Mak. Semakin dikejar, semakin menjauh. Apa sebaiknya anakmu ini menjadi sebuah bunga agar dihinggapi makhluk indah sepertinya? Tidak juga, Mak. Kupu-kupu juga pilih-pilih tempat untuk hinggap dan itu belum tentu aku yang dia pilih.

Sepertinya, aku akan tetap duduk di taman kebahagiaan ini memandangi dia dari jauh saja, Mak. Dia hinggap di jariku, atau tidak, mungkin aku akan menanti sampai aku bosan mengaguminya terbang saja, Mak. Walaupun dari dalam lubuk hatiku ini, ingin membawa ia pulang bersamaku saja.

Mak, doakanlah aku pulang membawa kupu-kupu indah untuk kuhadiahkan untukmu. 
Kupu-kupu, Maukah Kau Pulang Bersamaku
Baca juga karya-karya lainnya di sini

Michiko ♡

20 November 2021

Cinta Bersyarat

5:58 PM 2 Comments
Cinta bersyarat
Kalau Tuhan menciptakan Adam dan Eve untuk bersatu, lantas mengapa masih ada perbedaan yang harus menghalangi kita untuk bersatu? Banyak pertanyaan di kepalaku yang hingga saat ini masih belum aku temukan jawabannya.

Seandainya aku terlahir sebagai manusia pertama di muka bumi, mungkinkah ada faktor lain yang menghalangi cinta kita? Mungkin, saat itu hanya ada aku dan kamu. Aku hanya akan jatuh cinta padamu. Aku hanya akan memilikimu. Tak ada halangan lain untuk mempertemukan cinta kita. Kita pun dengan mudahnya untuk hidup bersama.

Inilah sepotong percakapan di antara kita kala itu. 
"Aku pengen mencintaimu, tapi dengan satu syarat. Kamu jangan mencintai aku juga."

"Lho, kenapa?"

"Aku takut semakin cinta. Repot."

"Apa salahnya kalau kamu semakin cinta?"

"Kita tahu, cinta kita nggak bisa bersatu. Makin repot lagi."

Cinta memang tak bisa memilih kepada siapa dia akan berlabuh. Namun, kita bisa memilih untuk melanjutkan kisah ini atau berhenti sampai di sini.

Ditulis oleh Michiko

Baca juga kumpulan puisi lainnya di sini

14 April 2021

Sepucuk Surat untuk Si Kecil

8:49 PM 2 Comments
Sepucuk Surat untuk Si Kecil
Semakin hari, usiamu semakin bertambah. Kini, kamu bertumbuh sebagai orang dewasa. Walaupun berulang kali merengek tak ingin tumbuh dewasa dan selalu berangan untuk kembali ke masa kanak-kanak saat kamu berada di puncak euforia kenangan.

Tubuhmu membesar. Pola pikirmu berubah. Mentalmu semakin kuat. Seiring perkembanganmu bersama waktu yang kian menua, banyak hal indah yang kamu lalui disertai dengan bumbu-bumbu drama kehidupan yang membuatmu menjadi manusia kuat seperti sekarang.

Dan aku, hadir di sini untuk mengucapkan jutaan kata terima kasih kepada kamu yang kini sudah beranjak dewasa.

Aku ingin berterima kasih kepada kamu yang tetap bertahan dalam keadaan tersulit sekalipun. Yang tetap berdiri kuat di tengah terjangan ombak yang bergulung-gulung ganas dengan tubuh mungilmu itu. Yang tetap berdiri walaupun kegagalan menghantammu hingga terjatuh dan terjungkal sekali pun. Aku berterima kasih atas kegigihanmu, kini aku menjadi orang yang kuat berkat kehadiranmu. Aku belajar banyak dari kamu.

Aku ingin berterima kasih kepada kamu karena telah membawakan kenangan indah dan pelajaran menarik untuk masa depanku. Kenangan indah itu selalu melekat dalam ingatanku, membawa jejak kebahagiaan bagiku untuk selalu diingat di saat tersulit yang sedang aku alami. Hal-hal sulit yang pernah kamu lalui juga memberikan pelajaran menarik yang tidak pernah didapatkan di bangku sekolah atau perkuliahan. Terima kasih, kamu membawa kebahagiaan juga pelajaran yang amat berharga.

Aku ingin berterima kasih kepada kamu karena telah menetapkan mimpi yang tinggi dan sempurna. Mimpimu yang tinggi itu membawaku ke sini, membawaku pada situasi sulitnya menggapai mimpi dan perasaan bahagia saat mewujudkannya dengan susah payah. Mimpimu yang tinggi itu membuatku tetap bertahan hingga saat ini untuk menunaikan tugasku dalam mewujudkan mimpi-mimpimu. Terima kasih telah bermimpi menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, mimpi itu terdengar mudah tapi nyatanya tidak semudah itu untuk mewujudkannya dan menghentikannya. Namun, aku akan berusaha mewujudkan mimpimu itu.

Aku ingin berterima kasih kepada kamu karena telah menjadi bagian dari diriku dan masa laluku. Semua itu akan selalu tersimpan di dalam kotak memoriku sampai kapan pun. Sebab, kamu lah yang membawaku ke sini. Kamu lah yang membuatku menjadi manusia seperti ini. Kamu lah yang membuat aku kuat dan penuh tekad. Kamu lah yang membuat aku lebih bijak karena belajar dari pengalaman yang pernah kamu alami. 

Semua ini tentang kamu dan aku, yang berpadu satu dan saling membantu. Sepucuk surat ini aku persembahkan untukmu, aku di masa lalu.

Ditulis oleh Michiko

Baca juga surat-surat yang lainnya klik di sini

#JejakWarnaWritingChallenge #Day3

Hashtag:
#Jejakwarnawritingchallenge #getclosertome #Day3

Challenge by jejakwarna.id

1 Oktober 2019

Kawan Lama

2:30 PM 1 Comments
Siapa kawan lama yang kau rindukan?
Apa kau masih berkomunikasi dengan mereka?
Atau... mereka terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing sampai melupakanmu?

Waktu terus berjalan mengikis segala cerita. Kisahku dan kawan-kawan lama berakhir begitu saja. Selepas berpisah, kami semua berpencar. Ada yang kuliah di jurusan teknik, pendidikan, kedokteran, teknologi, dan ilmu yang lainnya. Ada pula yang membanting tulang untuk mandiri dalam menjalani kehidupan atau mungkin memang tuntutan hidup yang mengharuskan. Bahkan mungkin, ada pula yang telah berpulang ke pangkuan Sang Pencipta.

Kawan apa yang sedang kau lakukan sekarang?
Kawan, apakah kau merindukanku?
Ataukah kau masih mengingatku? Atau justru melupakanku?

Malam itu, aku termenung di atas tempat tidurku. Tidur berbantal lengan dengan mata yang terbuka menatap ke arah dinding polos yang hapa seperti hidupku kala ini tanpa dirimu, Kawan. Pikiranku melayang mengingat kala itu aku masih bisa tertawa bersamamu. Semakin lama tawa itu semakin jauh dan samar kemudian menghilang. Guratan wajahmu masih kuingat. Lengkungan senyumanmu masih dapat kubayangkan. Matamu yang melengkung bak bulan sabit ketika kau tersenyum pun masih dapat kukagumi walau aku hanya melihatmu dalam anganku. Ingatkah kau pada masa-masa itu wahai kawan? Atau... itu hanyalah fase kehidupanmu yang tidak begitu berarti hingga saat ini kau tinggalkan? 

Saat ini, telepon genggam sudah menjadi primadona di seluruh kalangan umat manusia. Semua yang memilikinya bahkan tidak bisa hidup tanpanya. Namun, mengapa sampai saat ini namamu tidak pernah muncul pada notifikasiku? Padahal aku tahu, kau tidak pernah meniggalkan telepon genggammu dalam jangka waktu yang lama. Bahkan kini, yang dapat kulihat hanyalah potongan namamu yang tertulis pada sebuah kotak pesandengan tanda centang berwarna biru. Pesan itu sudah beberapa hari--atau bahkan beberapa bulan yang lalu belum kau balas sampai saat ini.

Ingatkah kau pada masa-masa itu wahai kawan? Kala itu kau sering bertanya apakah aku sampai di rumah dengan selamat. Kau juga sering bertanya apakah tugas sudah aku selesaikan. Kau juga selalu bertanya, "Lagi apa? Sibuk gak? Aku kesepian."

Rupanya, semua keadaan itu berbalik. Kini, kau tak pernah tahu bagaimana kehidupanku dan apa saja yang telah kulalui tanpa dirimu. Kini, aku yang sering bertanya-tanya di dalam benakku, "Lagi apa di sana? ? Apa tidak rindu kepadaku? Sibuk ya? Aku sedang kesepian tapi aku tak bisa mengganggu waktumu. Kamu terlalu sibuk."


Kehidupanku dan kehidupamu saat ini amat berbeda. Aku sibuk dengan kehidupanku dan kamu sibuk dengan kehidupan barumu. Aku paham, bahwa setiap manusia memiliki waktunya tersendiri. Tetapi... bisakah kau luangkan sedikit waktumu agar kita dapat mengenang kisah kehidupan masa lalu yang pernah kita lalui bersama? Mari kita ingat kembali bahwa kau pernah menjadi bagian hidupku dan aku juga pernah menjadi bagian dari hidupmu walau kau anggap hanya sebuah angin lalu. Kawan, aku rindu.

4 Mei 2019

Indonesia... Aku Rindu

8:54 PM 0 Comments
Ada apa dengan Indonesiaku?


Indonesia tercipta dari suku yang beragam.
Indonesia tercipta dari budaya yang bermacam.
Indonesia menaungi enam agama yang berbeda.

Batak, Sunda, Jawa, Dayak, dan lainnya bersatu padu dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu, Konghucu, dan lainnya berdampingan dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Perbedaan yang menjadikan satu.
Perbedaan yang menimbulkan rasa hormat satu sama lain.
Perbedaan yang menciptakan toleransi.

Namun, mengapa?
Apa yang terjadi wahai Indonesiaku?

Aku melihat keributan.
Aku mendengar cacian.
Aku mencium ketidakharmonisan.
Aku meraba kebencian.
Aku mengecap pahit kenyataan.

Kenyataan bahwa Indonesiaku, rakyatnya sedang krisis toleransi.
Kenyataan bahwa Indonesiaku, rakyatnya senang memaki.
Kenyataan bahwa Indonesiaku, rakyatnya tak suka menghargai.
Kenyataan bahwa Indonesiaku, rakyatnya mudah diprovokasi.

Ada apa dengan Indonesiaku?

Di mana identitas Indonesia yang besar akan toleransi?
Di mana identitas Indonesia yang senang menghargai?
Di mana identitas Indonesia yang menjunjung tinggi harga diri?
Di mana identitas Indonesia yang suka bernegosiasi?

Budaya senyum mulai luntur.
Budaya santun mulai melebur.
Sekarang emosi kerap terbentur.
Sekarang membudayakan takabur.

Aku rindu Indonesiaku yang rakyatnya ramah dan cinta perdamaian.
Aku rindu Indonesiaku yang rakyatnya tidak mempermasalahkan perbedaan.
Aku rindu Indonesiaku yang rakyatnya memberikan kebebasan.

Tuhan,
Aku cinta Indonesiaku.
Aku rindu Indonesiaku.
Kembalikanlah Indonesiaku.

30 April, 2019.
Dari aku yang merindukan Indonesia.

Original picture by pinterest
https://pin.it/nwcxep2kbtstnz

14 September 2017

Duhai Raja dan Ratu

5:06 PM 0 Comments
Duhai Raja,
berbelasan tahun engkau menjadi nahkoda kerajaan kecil ini. 
Berpuluh bulan engkau melewati hari dengan menerima upah bulananmu
tetapi engkau sisihkan untuk kami. 
Beratus minggu engkau arungi gelombang hidup ini
kadang mengapung, terbang, bahkan tenggelam. 
Beribu hari telah engkau ukirkan kenangan indah bersamamu.

Duhai Ratu,
sungguh indah rasanya hidup bersamamu. 
Senyum manis tetap terukir menetralkan pahitnya hidup ini.
Dekapan hangat menetralkan dinginnya malam. 
Besarnya sabar menghadapi kami yang selalu memberontak dengan aturan yang ditetapkan. 
Derap langkahmu membawa ketenangan, 
di bawah sana lah harta karun disembunyikan.

Puisi Ayah Bunda

Duhai putri,
dirimu adalah pelengkap kerajaan ini. 
Dirimu hanya bisa merajuk tak tahu malu. 
Dirimu hanya bisa menikmati hasil tanpa tahu perjuangan. 
Dirimu hanya bisa menangisi hal yang tak perlu ditangisi. 
Pernahkah kau ucap terima kasih? 
Pernahkah sempat kau lontarkan kata maaf?

Wahai Ayah dan Bunda,
putri kecilmu sudah beranjak dewasa. 
Semakin hari tubuh ini semakin membesar, 
semakin hari pemikiran ini semakin dewasa, 
dan semakin hari komunikasi di antara kita semakin merenggang. 
Kesibukan demi kesibukan datang menerpa, 
membuat diri ini sibuk sendiri. 
Kesulitan bertubi-tubi menampar, 
membuat hati ini menjadi tahan banting walau terguncang dan diguncang. 
Walau sesekali kebahagiaan datang menghibur, 
terkadang diri ini lupa mengucap syukur. 
Telah lama diri ini tak menciummu 
seperti aku mencium keduanya ketika aku sedang bahagia. 
Telah lama diri ini tak memelukmu 
seperti aku memeluk keduanya ketika aku sedang menangis. 
Kata terima kasih dan maaf yang telah diajarkan kepadaku 
sejak kecil belum sempat aku sampaikan kepada keduanya.

Wahai Ayah,
terima kasih telah berjuang banting tulang untuk menghidupiku.
Maafkan diri ini yang selalu mengecewakanmu dan sering membuatmu terluka.

Wahai Bunda,
terima kasih atas pelukan dan curahan kasihmu untuk diriku.
Maafkan diri ini yang selalu merajuk kepadamu bahkan menyakiti hatimu.

Wahai Ayah dan Bunda,
maafkan diri ini yang belum sempat memberikan sedikit kebahagiaan untuk membalas jasa-jasamu

***

Baca juga puisi-puisi yang lainnya di sini

Ditulis oleh:


Michiko

6 Juni 2017

Quality Time with YOU

12:58 AM 0 Comments
Quality Time with YOU
Rindu.
Rindu yang amat menggebu.
Entah karena Engkau terlalu jauh
atau aku yang selalu berpaling menjauh dari-Mu.
Mungkin, aku terlampau jauh melupakanMu.
Mungkin, aku yang selalu memalingkan cintaku.

Maafkan aku.
Sungguh, maafkan aku.

Kini,
aku rindu masa indah ketika kita bersama.
Aku rindu mengatakan seluruh isi hatiku.
Aku rindu caraMu menenangkanku di kala aku menangis di hadapanMu.
Aku rindu semua itu.
Aku rindu belaian kasihMu di saat aku bersujud kepadaMu.

Apakah Engkau merindukanku?
Apakah Engkau masih setia menungguku?
Apakah Engkau mau menerima maafku?
Terlalu lama aku meninggalkanMu.
Terlalu jauh aku melangkah menjauhiMu.
Terlalu sering aku membuatMu cemburu.
Kuharap Engkau akan memaafkan segala kesalahanku.
Ayo kita lakukan lagi, quality time bersamaMu.

***

Baca juga puisi-puisi lainnya di sini

Ditulis oleh:


Michiko

3 Januari 2016

Roda Kehidupan

12:59 AM 0 Comments

Secercah harapan datang dari sebuah angan 
Bayang-bayang melayang di alam bawah sadar 
Mimpi 
Sesuatu yang diimpikan tak pernah lepas dari hasrat untuk menggapainya 
Takkan tercapai mimpi itu jika masih tetap duduk menanti kepastian 
Seolah mimpi yang akan menghampiri dan membuat semua menjadi kenyataan
Namun, tahapan inilah yang paling indah
Tanpa gerak sedikit pun dapat dibayangkan indahnya angan
Namun, hanya sebuah fatamorgana dan menyenangkan sesaat

Mencoba menggapainya dengan segala usaha dan kemampuan
Melakukan apa pun demi tercapainya mimpi
Terobsesi dengan apa pun yang bisa mewujudkan mimpi 
tanpa melihat banyak duri-duri yang siap menusuk kaki setiap mencoba untuk melangkah
Memang sakit tertancap duri yang menghalangi setiap langkah untuk mencapai sebuah mimpi
Namun, semua dapat terlewati dengan semangat untuk mencapainya

Langkah demi langkah mengantarkan raga pada sebuah mimpi yang menunggu di sana 
Duduk manis meringis pada jiwa yang tertatih untuk menggapainya 
Mengolok nafsu dalam jiwa agar tetap bergejolak 
Memancing emosi untuk tetap kuat bertahan 
Sampai mimpi itu kudapat, kugenggam erat agar ia tak pergi sesuka hati

Namun, roda pedati teruslah berputar 
Membawa diri terjun bebas dari kejayaan 
Menggenggam erat segala yang telah diperoleh untuk tetap bertahan 
Namun, roda terus memaksaku untuk jatuh 
Jemari yang menggenggam erat sebuah mimpi terlepas satu per satu 
Hingga tiada tempat untuk bergantung lagi 
Terhempas tubuhku beserta seluruh angan dan jiwaku 
Membantingku ke tanah, meninggalkan langit tempatku bergantung 
Terhempas
Terseret
Terinjak 
Raga lelah beralih menjadi lemah
Tiada upaya untuk tetap berada di atas 
Hingga raga jatuh dan terluka 
Harus diperjuangkan lagi mimpi yang pernah hilang dari genggaman,
menggenggamnya erat tanpa pernah melepaskannya

Baca juga puisi-puisi yang lain di sini

Ditulis oleh:


Michiko

16 Desember 2015

Surat Terkutuk

2:42 PM 0 Comments
Untuk seseorang yang aku cinta.


Teruntuk kamu yang memandang secarik kertas busuk ini. 
Kamu yang memandang tulisan haram ini. 
Kamu yang memikirkan makna sampah ini. 
Bagaimana kabarmu? Kau selalu baik, bukan? Ya, aku tahu itu. Kau sakit? Maaf, aku tak mampu mengobatimu karena aku tahu hanya dia yang mampu mengobati segala lukamu.

Kau sakit, dia yang mengobati. Dia sakit, kau yang mengobati. Lalu bagaimana denganku? Aku disini sendiri, tiada yang mengobati dan tiada yang menemani. Apa aku terabaikan dikala kau dan dia bahagia? Apakah aku harus terpaku melihat kebersamaan dua insan yang saling mencinta sedangkan aku disini mematung dalam kesakitan yang mendalam?

Aku bingung. Hidupku suram ketika mendapatimu jalan berdua bersamanya. Aku tak tahu bagaimana melepas kerinduan ini. Sekadar melihatmu itu tak cukup bagiku. Sekadar menatapmu dari kejauhan tak terasa bagiku. Terlebih lagi jika aku melihatmu dengannya. Hatiku bukan lega tetapi terasa sesak dan ingin berteriak melepas semua beban di hatiku.

Kumohon berikanlah aku celah untuk memasuki hatimu. Sedikit balasan sudah cukup bagiku. Sedikit penghargaan atas pengorbananku membuat hatiku bahagia. Tak bisa kah satu kali saja kau berkorban untukku?
Kumohon, selama aku masih merindukanmu, buatlah aku selalu nyaman bersamamu. Selama aku masih menyayangimu, buatlah aku selalu tersenyum padamu. Selama aku mencintaimu, buatlah aku selalu bahagia karenamu. 

Mustahil, itu tak mungkin.

Aku tahu pengorbananmu hanya untuk dirinya. Kau telah membunuhku dengan cintamu. Meski pun ragaku ini masih hidup, tapi kau harus tahu cintaku ini sudah mati terbunuh api cinta yang selalu membara karena kau dan dirinya.

Salam hangatku untukmu mungkin tak terasa hangat. Namun, semoga dia bisa menghangatkanmu dengan kasihnya. 

Tertanda,

Orang yang mencintaimu dalam diam

Baca juga puisi dan surat yang lainnya klik di sini

Ditulis oleh:


Michiko