20 Maret 2019

The Failure of 30 Days Productive Challenge

11:22 AM 0 Comments
Haduuuuuh.
30 Days Productive Challenge ini ternyata gagal gaeeees :"(
Aku gak sanggup mengepost di blog setiap hari selama satu bulan, sebab ternyata aku gak se-gabut (pengangguran) seperti yang aku kira wkwkwk.

Dua minggu belakangan ini aku sibuk banget. Minggu lalu, aku sempat menge-post tentang rumah sakit. Iya, sebab kala itu aku ada di rumah sakit dan benar-benar sibuk gak bisa memegang gadget sama sekali. Aku sibuk menjaga ayah yang kala itu harus beberapa hari tinggal di rumah sakit dan kebetulan saat itu juga sedang ada banyak tugas membaca jurnal dalam bahasa Jepang. Yang berarti adalah mayoritas waktu yang aku punya aku alokasikan untuk tugas dan menjaga ayah.

Kemudian, aku kembali ke perantauan untuk mengemban tugasku sebagai seorang mahasiswa. Aku pikir, setelah kembali aku bakal gabut segabutnya manusia karena kerjaanku hanya rebahan dan scrolling. TETAPI... ternyata gak seindah yang aku bayangkan gaes. :((
Tugas kuliah semakin menumpuk bahkan akan terus bertambah di kemudian hari.


Maafkan aku ya, sebab aku tidak sanggup lagi menjalani 30 Days Productive Challenge ini huhuhuhuhuhu :'(

KABAR BAIKNYA YEHEHEHEHEHEY
I'll not blame myself, dude LOL
I'll not give myself a punishment.
I'll give myself a reward instead.
Kamu harus bisa menghargai pekerjaan apa pun yang telah kamu lakukan, supaya terbiasa memuji orang lain juga ketika mereka sedang merasa gagal.
AKU SUDAH MENGISI BLOG INI SELAMA SEMBILAN HARI BERTURUT-TURUT.Sebuah pencapaian bagus untukku. Aku biasanya cuma menge-post sebulan dua kali atau bahkan tidak sama sekali. Sekarang aku bisa aktif selama sembilan hari dong. :')

THE REWARD OF MY PRODUCTIVITY IS...
I'll have an ice cream today huehuehuehue...
Mau? Challenge yourself and then give yourself a reward. :3

Have a nice day,

Michiko♡

10 Maret 2019

Masih Iri

5:27 AM 0 Comments
Beberapa hari ini aku off pegang gadget sebab sangat amat sibuk. Aku kelelahan jadi belum sempat menulis blog. Berapa hari? Tapi aku akan membayar utang 30 Days Productive Challenge ini. Boleh ya? Jadi, pada hari yang sama aku mungkin akan mengepost beberapa konten. Maaf ya karena aku kurang konsisten menjalani tantangan ini.

Aku akan melanjutkan kisah Mimpi, Hanya Tinggal Kenangan.

Hari itu adalah hari Sabtu, aku berjalan di sepanjang koridor. Mereka, orang-orang berjas putih berjalan ke sana ke mari dengan berwibawa. Banyak orang yang menggantungkan luka fisik kepada mereka untuk dibantu dalam proses penyembuhan. Aku hanya termenung. Itu mimpiku.


Mengapa? Mengapa aku tidak bisa menjadi seperti mereka? Itu mimpiku. Mengapa sangat sulit untuk membuatnya menjadi kenyataan? Apakah aku sudah terlambat untuk meraihnya? Apakah aku memang tak pantas mendapatkannya?

"....boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 216)

Iya, Tuhan pasti tahu mana yang terbaik untuk hambaNya.

Have a nice day,


Michiko♡

9 Maret 2019

Mimpi, Hanya Tinggal Kenangan

7:08 PM 0 Comments
Hari ini, aku mengunjungi tempat yang aku benci. Rumah sakit. Bukan, aku membencinya bukan karena derita yang tersisa di tempat ini. Bukan pula karena kehilangan seseorang yang aku cintai di tempat ini.

Tetapi... tempat ini cukup mengingatkanku kembali pada sebuah mimpi yang terhenti. Mimpi yang telah tinggal menjadi sebuah kenangan. Bukan, aku tidak sakit parah sampai harus menghentikan mimpiku. Jika kamu penasaran kenapa...

Aku pernah menggantungkan mimpiku di tempat ini. Ya, menggantungkan mimpi. Mimpiku adalah mengabdi di tempat ini sebagai seorang dokter. Ah... air mataku kerap meleleh setiap aku mengunjungi tempat ini. Rasa kecewa meluap di dadaku. Kesedihan terpancar di wajahku. Sungguh kesedihan yang amat mendalam bagiku ketika mengingat mimpi itu.


Hah... sedih. Sudah dulu deh nanti lanjut lagi. Have a nice day.

Michiko♡

8 Maret 2019

Ekspresi Harian

10:57 PM 0 Comments
Senang, nangis.
Sedih, nangis.
Marah, nangis.
Kesal, nangis.
Bosan, nangis.
Semua emosi diluapkan dengan tangisan, seolah gak ada wujud emosi yang bisa diekspresikan. Mungkin sedari kecil gak pernah diajarkan caranya menunjukkan ekspresi marah, ekspresi sedih, ekspresi kesal, dan lain-lain. Gak harus nangis, tapi mungkin bisa jadi diekspresikan dengan senyuman atau bahkan tawa.


Penting gak sih mengajarkan anak untuk menunjukkan emosinya? Penting. Banget. Kebanyakan orang tua bahkan mungkin mengajarkan anaknya buat tetap tersenyum walaupun dia sedang sedih sampai dia tidak tahu caranya menangis. Bahkan ketika sedih pun ia tak bisa meluapkan emosinya. Seolah tertanamkan di dalam pikirannya ketika orang tua memaksa anaknya untuk berhenti meluapkan emosi.

"Kalau aku nangis mama gak bakal sayang aku."
"Kalau aku sedih papa gak bakal sayang aku."

Padahal, lebih baik membiarkan dia meluapkan emosinya terlebih dahulu barulah ajak cerita, tanya bagaimana perasaannya, apa penyebabnya, supaya anak paham emosi apa yang ia rasakan dan apa yang ekspresi apa yang harus dia tunjukkan.

Kenapa aku berbicara tentang ini? Karena aku sendiri gak paham cara menunjukkan emosiku sendiri. Seolah sudah tertanam di kepalaku, semua emosimu adalah tangisan. Ya, beginilah jadinya. Aku jadi orang yang cengeng. Semoga ini bisa jadi pelajaran untuk aku ataupun kalian yang akan jadi orang tua. Mengajarkan betapa pentingnya menunjukkan ekspresi sesuai dengan emosi. Sebab, jika emosi ditahan justru akan membuat seseorang tertekan.

Have a nice day,

Michiko♡

7 Maret 2019

Ganbarimashou

9:28 PM 0 Comments
Jujur, hari ini aku tuh nggak punya bahan buat konten karena kerjaanku hari ini cuma tidur dan cicilan mengerjakan tugas yang seabrek menumpuk di meja.

Lelah? Iya, pasti.
Mengeluh? Ah, nggak perlu ditanya.
Misuh? Apalagi, itu sih nggak diragukan lagi.

Tugas kuliah setiap hari datang melulu dan nggak kasih aku kesempatan buat bersantai. Pengakuan aja nih, kerjaanku dari semalam cuma sambat alias mengeluh. Ya... namanya juga manusia sih, mau ada ini, mau ada itu, pasti mengeluh. 

Dapat duit dua ribu rupiah aja masih mengeluh lho, padahal kan dapat rezeki ya? Maklum, namanya juga manusia, suka merasa nggak puas dengan apa yang didapatkannya

Tugas lagi. Tugas lagi. Tugas lagi. 

Cuman mau bagaimana lagi, jalani saja. Ini kan salah satu perjuangan untuk masa depan. Untuk menjawab pertanyaan yang ada pada postingan Susan, Besok Gede Mau Jadi Apa?

Kadang aku berpikir sih, kok tega ya, pengajar kasih tugas sebanyak ini. Kadang juga aku berpikir, itu pengajar mikir nggak sih kalau mau kasih tugas ke siswanya sampai sebanyak ini? 

Cuman, lagi-lagi aku berpikir lebih dalam lagi juga. Iya memang benar, kerjaan pengajar kasih tugas, kerjaan pelajar ya belajar--melalui mengerjakan tugas. Memangnya apa lagi pekerjaan pelajar selain belajar, nggak ada. Padahal ini salah satu upaya untuk mengatasi kekuranganku sebab Aku Masih Bodoh.

Iya sih, memang berat. Bikin kita jadi sering mengeluh. Belum lagi ditambah masalah di luar lingkungan pendidikan. Haduh, makin berat deh. Tapi untungnya, aku punya cara untuk kerjain tugas biar nggak keteteran.


Kita harus ingat, kita dikirim ke dunia ini karena kita sanggup menjalani itu semua. Kalau nggak sanggup, mana mungkin Tuhan tega kirim kita ke dunia, betul?

Semangat! Ganbarimashou!

Biar pun sulit pasti ada kemudahan. Biar pun berat pasti bisa dijalani. Percaya aja, kalau kita manusia yang kuat.

Waktu jadi sperma aja bisa menang lomba berenang, padahal lawannya jutaan sel sperma. Hidup juga harusnya bisa menang, apalagi wujud kita sudah jadi manusia. Harus lebih kuat pastinya. Ingat aja:

Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan.

Jangan lupa, selalu panjatkan doa meminta kemudahan dalam menjalani kehidupan.

Baca kiat-kiat berdoa agar dikabulkan; Zutto Oinorishimashou

Semangat menyelesaikan tugas yang diemban di dunia ini.

Have a nice day,


Michiko♡

Gif source on Pinterest

6 Maret 2019

Mirror Hanging On The Wall

9:28 PM 0 Comments
Hari ini sudah berapa kali menghadap cermin?
Hari ini berapa lama menatap paras di cermin?

Kebanyakan orang bercermin untuk memandangi parasnya yang indah. Kadangkala pula, memuji kelebihan fisik yang ada pada dirinya atau bahkan nggak jarang pula ada yang kurang mensyukuri penampilan fisiknya yang dirasa kurang sempurna. 

Fisik mungkin bisa dirawat agar penampakannya sesuai keinginan. Salah satunya menggunakan skincare.

Baca review produk skincare untuk merawat kulit wajah Review Jujur: Safi White Expert Purifying Cleanser 2 in 1

Mirror Hanging On The Wall

Akan tetapi, jarang sekali orang yang bercermin untuk melihat ke dalam dirinya. Bercermin untuk menyadari kekurangan yang ada di dalam dirinya, yaitu rupa hati, sikap, tabiat.

Terkadang, manusia sangat senang membicarakan kekurangan orang lain. Namun, kita nggak pernah paham bahwa diri kita sendiri juga punya kekurangan itu, bahkan mungkin lebih parah. Kadang, kita nggak sadar bahwa kita juga manusia yang nggak sempurna dan punya banyak kekurangan. Cuman, kita kadang luput untuk menyadarinya dan lebih fokus pada kekurangan orang lain.

Misalnya nih:
"Hey, lo tahu nggak sih, si Anu egois banget. Masa kemarin blablabla."

Iya, seseorang selalu merasa asik untuk membicarakan orang lain terutama kekurangan yang ada pada diri orang lain. Padahal, kalau kita bercermin nih, boleh jadi kekurangan orang lain yang kita bicarakan juga terdapat dalam diri kita sendiri. 

Atau... misalnya begini, kita nggak punya kekurangan itu, contoh egois, dan kita merasa... "Oh, aku nggak egois tuh." 

Bisa jadi seperti itu. Namun, sadar nggak sih, kalau kita mungkin punya kekurangan yang nggak dimiliki orang lain, misalnya sombong, suka ngomongin orang lain, suka mengadu domba, dan lain sebagainnya. Padahal orang yang kita omongin belum tentu punya sifat yang kita miliki.

Pernah kepikiran begitu nggak?

Bersyukur pada kelebihan yang dimiliki itu memang perlu, tapi jangan pernah merasa sombong dengan kelebihan itu. Sebab, kita juga memiliki kekurangan yang harus diperbaiki. 

Mulailah bercermin dan kenali diri sendiri, sadari kekurangan diri dan pahami kelebihan diri. Kita juga perlu menjaga lisan kita dan mulailah berbicara hal yang baik-baik saja.

Yuk, mulai perbaiki kecantikan dalam diri dimulai dari penerapan tiga kata ajaib dalam postingan 3 Miracle Words.

Bercerminlah dahulu sebelum kamu menghakimi orang lain.

Have a nice day,


Michiko♡

Source Picture on Pinterest

5 Maret 2019

Susan, Besok Gede Mau Jadi Apa?

10:40 PM 0 Comments
Tahu lagu Susan Punya Cita-Cita yang dipopulerkan Ria Enes?

Susan Susan Susan
Besok gede mau jadi apa
Aku kepingin pinter
Biar jadi dokter
 
Waktu kecil kalau ditanya cita-cita, jawabnya enteng banget. Tapi kenyataannya mewujudkannya nggak seenteng bilang pengen jadi ini atau pengen jadi itu. Mewujudkan cita-cita tuh rasanya berat, kamu nggak akan kuat. Biar Dilan aja(?). 

Baca juga beratnya perjuangan sebagai seorang Pejuang Mimpi

Coba sekarang aku tanya. Kamu mau jadi apa? 

Gampang gak sih buat mejawabnya? Kok aku rasanya berat banget ya mau jawab, dan bingung juga. 

Tulisan ini masih berkaitan dengan kisah sebelumnya tentang kekhawatiran seorang mahasiswa. 

Baca dulu deh apa kekhawatiranku sebelumnya di postingan Aku Masih Bodoh

Ini adalah hal baru saja aku alami. Sekali lagi, perkataan dosen kembali menamparku. Kali ini, yang menamparku dengan perkataannya adalah dosen pengampu kelas menulis. Berkat beliau, aku jadi teringat pada masa studiku yang sudah menginjak semester-semester senja.
Setelah ini kalian mau jadi apa?
Begitu kata beliau, ketika kami sedang membahas tentang tema penelitian yang sederhana. 

Bukannya memikirkan ide lain untuk diusulkan pada perkuliahan itu, aku justru kembali merenung. Pikiranku terasa seperti tersengat oleh kata-kata itu. 

Habis ini (lulus kuliah) aku mau ngapain?
Habis lulus apa yang mau aku kerjakan?
Mau lanjut S2 atau kerja?
Mau kerja apa?
Mau S2 di mana?

Kalimat-kalimat itu mulai menghantuiku. Memang, benar kata orang, semakin dewasa bebanmu semakin berat. Kini, aku masih dilema apa yang akan aku lakukan setelah aku lulus kuliah. 

Jujur, aku berpandangan dengan realistis saja, sebab orientasiku menempuh pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Aku pun menginginkan pekerjaan yang tentu menghasilkan penghasilan yang tinggi. Di dalam pandanganku, hidup memerlukan uang. Sandang, pangan, papan, semua membutuhkan uang. 

Kini, pikiranku bukanlah mengejar "keinginan" untuk menjadi seorang ini itu anu ono iki kui kae, tetapi kini pikiranku hanyalah "mencari uang untuk tetap bertahan hidup".

Mungkin pandangan kita berbeda. Aku yakin pasti ada pikiran yang tak sejalan denganku. Aku paham itu. Berbeda pendapat dan pandangan boleh saja, tapi tidak perlu menghakimi dan memaksakan pendapat orang lain agar sama dengan kita. 

Bagaimana dengan pendapatmu tentang masa depanmu sendiri? Apa yang akan kamu lakukan untuk hidup ini? Bekerja atau melakukan hal yang kamu inginkan?

Susan, Besok Gede Mau Jadi Apa?
Hmm, mungkin itu pelajaran yang bisa aku petik hari ini. Apa pun pilihan kita, bekerja, sekolah, atau melakukan hal suka-suka, semoga kita selalu menjadi orang yang sukses dan bahagia. Aamiin.

Have a nice day,


Michiko♡


4 Maret 2019

Aku Masih Bodoh

10:35 PM 0 Comments
Hari ini aku dapat pelajaran baru. Aku menuliskannya untuk berbagi isi kepalaku dengan kamu. Agak sedih sih, sedikit kekhawatiran juga melekat dalam hati.

FYI, aku ini adalah mahasiswa tingkat tiga. Iya, sudah tua. Aku kuliah jurusan sastra Jepang di salah satu universitas. Ada satu mata kuliah bernama Bahasa Jepang Tingkat Lanjut atau Advance Japanese

Di kelas bahasa tingkat lanjut itu, aku benar-benar merasa seperti ditampar oleh perkataan dosenku sendiri.

Saat itu, beliau membawa sebuah buku yang semua mahasiswa miliki tetapi kami nggak pernah membacanya, bahkan menyentuhnya pun jarang. Buku itu adalah Buku Panduan Akademik Mahasiswa. Nggak ada mahasiswa yang membaca uraian standar kompetensi pembelajaran, sama sekali nggak ada satu pun. 

Kemudian, beliau pun membacakannya di depan kelas. Kurang lebih, begini isinya.

Mahasiswa tahun ketiga setidaknya dapat menguasai:

1. Kemampuan mendengarkan (bahasa asing)
Mahasiswa mampu memahami pengumuman lisan (stasiun, mall, bandara, dsb.); mampu memahami perbincangan dan alur pembicaraan; mampu memahami acara TV atau radio; mampu menguping obrolan orang lain.

2. Kemampuan berbicara (bahasa asing)
Mahasiswa mampu berpidato secara singkat dalam acara formal; mampu menjelaskan arah/cara pergi ke suatu tempat; mampu menceritakan pengalaman dan perasaan pada suatu hal yang dialami; mampu bercakap dalam bahasa asing dengan topik ringan sehari-hari.

3. Kemampuan membaca (bahasa asing)
Mahasiswa mampu memahami informasi dari brosur, dll.; mampu menggali informasi dari ensiklopedia; mampu memahami cerita karya sastra pendek; mampu membaca dan memahami isi pengumuman tertulis.

4. Kemampuan menulis (bahasa asing)
Mahasiswa mampu menulis memo; mampu melakukan pemesanan melalui internet; mampu menulis karangan cerita pengalaman dan kehidupannya sehari-hari; mampu menulis surat ucapan.

Kemudian beliau bertanya, "Apa kalian sudah punya kemampuan yang harus dimiliki tingkat tiga?"

Aku duduk terpaku sambil berpikir. Ucapan dosenku seolah menamparku. Kalau aku pikir kembali, sebenarnya aku belum banyak menguasai standar kompetensi itu. Bahkan, amat sangat jauh sekali dari kata baik. #pemborosankata

Aku Masih Bodoh

Kemampuanku untuk mendengarkan ucapan bahasa Jepang masih sangat kurang dari kata baik, bahkan mendengarkan acara seperti rekaman atau seminar pun aku harus mendengarkannya berulang dan tidak semudah itu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.

Kemampuan berbicara juga masih jauh dari kata baik, kosa kata yang aku miliki sangat sedikit bahkan ketika beliau menanyakan 'alat cukur' dalam bahasa itu pun aku nggak tahu.

Kemampuan membaca, nggak perlu ditanya lagi, aku membaca karakter pun masih sering membuka kamus.

Kemampuan menulis, mustahil. Bahkan, ketika aku membuka suatu web yang penuh dengan kanji dan kawan-kawan membuatku pusing dan buru-buru menutupnya lagi.

Jadi, selama ini aku ke mana? 

Aku hanya memikirkan nilai, nilai, dan nilai. Dipikiranku hanya cumlaude, cumlaude, dan cumlaude. 

Aku nggak pernah berpikir tentang skill dan pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari. Bahkan, kemampuan yang menjadi standar minimal pun nggak aku miliki. 

Aku merasa sombong dan puas dengan ilmu yang aku dapatkan, padahal itu hanya sebagian kecil bahkan hanya dasar. Aku terlalu cuek dengan ilmu yang harusnya aku cari dan gali lebih dalam. 

Sekarang, apa kenyataannya? Bahkan aku kesulitan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Aku harus lebih banyak belajar dan mulai menerapkan tips dari tulisan Cara Cerdas dalam Mengatur Waktu untuk Belajar

Ini merupakan bahan untuk evaluasi. Reminder untuk diriku sendiri agar aku bisa introspeksi. Aku akan berusaha lebih keras lagi. Ganbarimasu!

Jangan sombong dan tetaplah haus ilmu. Sebab, ada pepatah mengatakan:
Carilah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat.

Ingat juga pepatah China "今天不努力工作,明天努力找工作", kamu bisa cari artinya di postingan Time Management. Semangat untuk kita semua!

Have a nice day,

Michiko♡

Photo by Aaron Burden on Unsplash

3 Maret 2019

Dia Adalah Guruku Bukan Dilanku

11:47 PM 0 Comments
Tadi siang, aku membuka blog lamaku (link blog lama) yang sudah lama banget terbengkalai. Seketika aku teringat pada seseorang yang pernah hadir di dalam garis hidupku. Sebab, pada era aku aktif di blog lamaku juga merupakan masa di mana aku pernah membuang seseorang dari kehidupanku juga.

He was my teacher

Beliau adalah seorang penulis berbakat. Seorang yang sering mendukung aku untuk mengembangkan potensi menulis yang aku miliki. Seorang yang (pernah) sangat mempedulikan muridnya. 

Beliau adalah seorang yang memotivasi aku untuk mulai menulis novel.  Sejujurnya, beliau ini adalah panutanku karena menurutku beliau adalah penulis yang hebat. Yeah, I remember this cleary

Perjuangan menulis novel tidak mudah, baca kisah perjuangan sang Pejuang Mimpi

Beliau orang yang rendah hati dan asik diajak berdiskusi. Akan tetapi, aku justru memperlakukannya dengan sangat kejam sebab kepeduliannya yang menurutku terlalu berlebihan sampai kuanggap terlalu kelewatan sampai mencampuri urusanku. Setelah aku pikir lagi, sebenarnya wajar sih kalau guru menasihati dan peduli kepada muridnya. Tetapi, mungkin saat itu aku masih labil dan keras kepala. Jadi, hal yang beliau lakukan terasa sangat menyulitkan aku.

Pada postingan kali ini, saya mau meminta maaf atas segala hal yang pernah saya lakukan terhadap beliau. Serta berterimakasih karena telah menasihati saya dan mengingatkan saya kalau saya berbuat kesalahan.

Sebenarnya, aku menulis ini dengan pertimbangan yang cukup lama. Sebab, aku nggak mau menuai kesalahpahaman yang dulu terulang lagi. 

Sejujurnya, kami sudah lost contact since five years ago, malah kayaknya sih lebih. Uhm... I'm not sure. Saat ini aku benar-benar nggak tahu kabarnya bahkan aku juga nggak tahu beliau masih mengajar di sana atau nggak sehingga aku pun nggak bisa meminta maaf secara langsung. 

Maka dari itu, aku menulis postingan ini untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah aku lakukan kepada beliau. Semoga beliau sudi membaca dan memaafkanku.

Ucapan Terima kasih dan Maaf untuk Guruku

Pesan untuk beliau:
Pak, saya sudah dewasa dan menyadari kesalahan yang saya lakukan dahulu kala. Jadi, saya mau meminta maaf atas apa yang pernah saya lakukan dan saya menyadari kesalahan saya. Terima kasih atas support-nya di kala itu. Semoga tidak ada kesalahpahaman yang terjadi lagi. Sebagai manusia, kita harus berbuat baik kepada sesama makhluk Tuhan. Cukup sekian, terima kasih telah membimbing saya, Pak. Semoga Bapak selalu bahagia dan menjalani hidup dengan baik.
Cukup segini aja postingan hari ini.

Have a nice day,


Michiko♡

Photo by rawpixel on Unsplash

2 Maret 2019

Google+ Pensiun

4:08 PM 1 Comments
Kemarin, aku post di blog tentang pengumuman tantangan 30 hari produktif. Belum ganti hari, ada satu hal yang terjadi dan menurutku ini bisa jadi konten blog. 

Apakah itu?

Jadi, kemarin setelah mempublikasikan postingan 30 Days Poductive Challenge, terkejut aku terheran-heran, biasanya setelah publikasi sebuah postingan selalu muncul pop up untuk share otomatis dari salah satu media sosial, spill namanya jangan? 

Oke, aku kasih inisialnya aja deh. Inisial depannya Google belakangnya plus. Ashiaaaap.

Platform Google Plus tutup usia

Ada pemberitahuan kalau platform ini bakal ditutup di bulan April 2019 beserta laman terkait. Jadi, media berupa photo atau video yang dipost di akun Google+ bakal terhapus pada bulan April 2019 dan pihak Google juga mengimbau agar para pengguna mengunduh semua jenis data yang disimpan di akun Google+ dan laman yang terkait dengan akun tersebut. Kalau blogger aku kurang paham bakal kena dampaknya atau gak. Semoga enggak ya. Jangan, please, aku baru mau mulai produktif, ah elah. 

Kenapa ya dihapus? Apa kurang hits dibandingkan platform media  sosial yang lain? 

Padahal, Google+ ini lumayan ada manfaatnya lho buat aku. Aku bisa buat cari circle pertemanan antar youtuber dan blogger, ya... semacam sekalian promosi blog kita ke circle orang lain. Sejak pertama kali membuat blog di Blogger, aku selalu lari ke Google plus untuk mencari circle karena biasanya pengunjung blog itu meninggalkan jejak komentar pakai akun Google+ supaya pemilik blog klik profil mereka dan bisa mengunjungi blog si pengunjung juga. Silaturahmi antar blog ceritanya. 

Baca juga, asal mula aku berada di dunia blog pada postingan Pejuang Mimpi

Selain itu, Google+ juga berguna buat aku mengarsipkan postingan blog atau youtube sendiri. Soalnya, kalau di platform media sosial yang lain pasti ketimbun sama postingan "trash" kita sendiri.

Berikut pengumuman dari Google+

Pengumuman penutupan platform Google+

Menurut pendapatmu, Google+ ini ada manfaatnya nggak sih? Atau justru nggak ada sama sekali? Bagi kamu, ada pengaruhnya nggak kalau Google+ dihapus? Kenapa alasannya?

Sampai sini dulu deh, nanti kalau ada pembahasan lain bakal aku post di sini. Oh iya, untuk kamu yang mau komentar, sebaiknya jangan menggunakan akun Google+ karena komentarmu di blog akan dihapus berdasarkan kebijakan Google+ yang sudah aku lampirkan di atas.

Have a nice day,


Michiko♡

Illustration by Nadhishafa

1 Maret 2019

30 Days Productive Challenge

11:29 AM 1 Comments
Happy New Year! 

Aku tahu ini telat pakai banget karena aku baru nge-post di blog setelah sekian lama.  

Tahun sudah berganti. 

Bukan lagi tahun genap, melainkan tahun ganjil. Tahun genap kemarin, dengan segenap hati aku mengisi blog ini. Tahun ganjil ini, ada sesuatu yang ganjil pada blog ini.

Hal yang ganjil itu adalah... belum ada postingan sama sekali yang aku publikasikan tahun ini. Iya, ini adalah postingan pertamaku pada tahun 2019.

30 Days Productive Challenge

Tahun berubah, aku pun harus berubah. Bukan masalah resolusi atau apa pun. Resolusi bagiku adalah pencapaian besar yang harus aku capai sebelum tahun berganti dan perlu proses yang cukup panjang untuk mencapainya. Perubahan yang aku perlukan saat ini adalah produktivitasku. Belakangan ini produktivitasku menurun. Jelas, sangat menurun kalau dilihat dari jumlah postingan yang dipublikasikan pada tahun ini.

Kayaknya sih produktivitasku menurun gara-gara aku pemuja setia si Setan Gepeng yang bucin akut. Siapa sih Setan Gepeng? Baca dulu: Setan Gepeng

Maka dari itu, aku akan menantang diriku sendiri dengan "30 Days Productive Challenge". Tujuan dari tantangan ini adalah:
1. Mengembangkan skill menulis.
2. Menumpahkan segala ide dan cerita ke dalam blog ini.
3. Membuat blog tetap hidup tentunya hehehe.

Panjang atau sedikit hal yang aku sampaikan nggak masalah, selama aku dapat membaginya untuk kalian semua (Semua? Hahaha... satu orang yang baca aja belum tentu wkwkwk) dan yang paling penting adalah aku bisa mengeksplorasi diri supaya nggak mager di kamar, kerjaannya cuma scrolling HP nggak jelas. 

Tantangan ini bisa memicu aku supaya lebih produktif, mencari pengalaman hidup walaupun sederhana dan menjadikannya sebagai konten blog tentunya hehehe. Hal ini juga sebagai sarana untuk belajar memahami arti kehidupan dan mengambil hikmah dari segala yang terjadi di dalam hidupku.

Cukup untuk pengumuman hari ini karena setelah ini aku harus pergi ke kampus.

Dengan ini saya nyatakan, "30 Days Productive Challenge" dimulai!

DUNG! DUNG! DUNG! (suara gong ceritanya)

Yuk baca tips melawan rasa malas: Cara Cerdas dalam Mengatur Waktu untuk Belajar

Sampai jumpa! Have a nice day.


Michiko♡

Photo by Ross Findon on Unsplash