Pasti kalian nggak asing dengan kata yang satu ini. Ini sudah jadi problematika hampir di seluruh penjuru Indonesia, apalagi kota-kota besar seperti ibu kota. Kali ini, aku akan membahas tentang konspirasi kemacetan berdasarkan pemikiran aku sendiri. Sebelumnya aku mau memberitahu kalau pemikiran setiap orang berbeda-beda. Biasa, konspirasi ala-ala anak muda.
Sebenarnya, apa sih yang bisa buat jalanan selebar itu bisa tetap macet panjang kayak lagi main ular naga? Jalanannya kah? Kendaraannya kah? Aturan lalu lintasnya kah? atau pengendaranya?
Konspirasi Kemacetan |
Sudah pasti, masyarakat nggak ada yang tahan dengan kemacetan ini. Sudah membosankan, menjengkelkan, bikin emosi pula. Rasanya kalau terjebak macet jadi ingin terbang naik elang biar nggak dicegat lampu merah dan dikepung kemacetan. Tapi apa daya, kamu bukan Prabu Siliwangi si pengendali elang di channel ikan terbang. Hanya manusia yang tak sempurna dan kadang salah.
Kalau dipikir-pikir lagi juga, banyak banget lho upaya pemerintah daerah buat mengatasi macet. Dari mulai penutupan jalan, membuat jalan satu arah bahkan sampai buat jalur memutar padahal cuma mau ke rumah tetangga yang dekat lima langkah dari rumah. Tetapi, macet itu bukannya musnah justru berpindah tempat. Heran nggak? Sama, aku juga jadi herman. Hmm. Konspirasi macam apa ini?
Apakah pemerintah membuat konspirasi supaya misteri ini tidak dapat terpecahkan? Atau pengendaranya yang membuat konspirasi supaya pemerintah kebingungan? Memang, sulit sekali.
Seandainya, kemacetan ini disebabkan oleh aturan lalu lintas. Di mana salahnya? Apakah aturannya kurang tegas? Bukankah sejak dahulu kala aturan lalu lintas itu mutlak kalau merah berhenti dan hijau jalan? Bukankah rambu lalu lintas sudah dicantumkan di buku pelajaran dan mainan kartu gambar? Bukankah rambu lalu lintas maknanya juga sama? Lalu apa yang salah dengan aturan lalu lintas? Hm, atau aturan lalu lintas memang sengaja dibuat untuk menyebabkan macet di jalan supaya orang-orang jengkel dan semakin sedikit orang yang menggunakan kendaraan bermotor? Boleh jadi.
Seandainya, kemacetan ini disebabkan oleh pemerintah daerah. Di mana salahnya? Bukankah pemerintah membuat jalanan lebar supaya kemacetan tidak semakin panjang? Bukankah pemerintah membuat jalur satu arah supaya meminimalisir kecelakaan dan kemacetan? Bukankah pemerintah membuat taman di tengah jalan sebagai penunjuk jalur? Hm, atau mungkin pemerintah sengaja memusatkan kemacetan pada satu titik saja agar tidak ada kemacetan di titik lain? Boleh jadi.
Seandainya, kemacetan ini disebabkan oleh kendaraannya. Di mana salahnya? Bukankah memang benar yang terjebak macet itu adalah kendaraan? Bukankah kendaraan bisa diatur untuk menghindari kemacetan? Kalau memang kendaraan, yang mana biang keroknya? Mobil atau motor? Atau mungkin becak dan delman? Tetapi, zaman dahulu orang-orang naik becak dan delman memangnya terdengar bunyi klakson tantantintin di mana-mana? Jadi, yang mana penyebab utamanya? Motor atau mobil?
Seandainya, kemacetan ini disebabkan oleh pengendara. Di mana salahnya? Bukankah pengendara sudah memahami rambu lalu lintas dan mematuhi segala aturannya? Bukankah pengendara sudah memiliki surat izin mengemudi sebelum terjun langsung mengemudi ke jalanan? Hm, atau mungkin sebagian besar pengemudi tidak memiliki kesadaran dan menggunakan jalanan seenaknya sendiri sehingga menyebabkan kemacetan? Boleh jadi.
Jadi, konspirasi yang mana sebenarnya yang menjadi biang kemacetan?
Kalau menurutku, biang kerok kemacetan ada pada pengendara yang nggak patuh lalu lintas dan pejalan kaki yang sembarangan. Manusia yang mengendarai kendaraan bermotor itu ada banyak dan bermacam-macam isi kepalanya. Ada yang patuh, ada juga yang bandel. Nah, problem utamanya ada pada si pengendara yang nggak patuh terhadap lalu lintas yang telah diatur oleh pemerintah.
Pengendara mana yang salah? Motor atau mobil? Berdasarkan analisaku, yang salah adalah dua-duanya. Sebab, pengendara yang nggak mematuhi aturan lalu lintas itu benar-benar biang kerok kemacetan. Contohnya, pengendara motor yang hobi menyalip atau menerobos rambu lalu lintas, ia akan membuat kendaraan di belakangnya atau kendaraan yang berpapasan dengannya menginjak rem mendadak. Semula berjalan dengan kecepatan konstan, kendaraan-kendaraan itu harus memperlambat lajunya karena takut menabrak si tukang salip ini. Akibatnya, kendaraan di belakangnya pun harus memperlambat lajunya juga. Kebayang nggak kalau hal ini berlangsung pada antrian kendaraan yang panjang, jelas itu akan menyebabkan sebuah kemacetan.
Contoh yang lainnya, jika pengendara mobil menggunakan mobil nggak sesuai anjuran pemakaian. Misalnya, dia hanya sendiri tapi menggunakan mobil untuk berkendara padahal idealnya mobil itu dibuat setidaknya untuk dua sampai enam orang. Jika semua mobil hanya diisi oleh satu orang, lalu ada sepuluh orang yang menggunakan mobil berbeda, maka antrean mobil akan panjang ke belakang. Sedangkan, jika mereka menggunakan motor atau kendaraan umum yang dapat menampung penumpang sampai delapan orang atau lebih dalam satu mobil, maka jalanan pun nggak akan sesak dan meminimalisir kemacetan.
Sedangkan pejalan kaki yang sembarangan juga sama menyebalkannya seperti pengendara motor yang hobi menyalip kendaraan lain. Hal ini membuat para pengendara motor dan mobil harus mengerem kendaraannya supaya nggak menabrak orang ini. Biasanya, alasannya menyeberang sembarangan karena nggak mau jalan ke zebra cross atau jalan sambil main gadget.
Baca juga dampak negatif gadget: Gadget Mania
Menurutku, kesimpulan dari konspirasi kemacetan ini adalah pengendara dan pejalan kaki yang nggak bijak dalam berkendara dan menaati rambu lalu lintas. Jadi, upaya untuk meminimalisir kemacetan adalah berkendaralah dengan bijak dan sesuai dengan aturan. Kalau menurutmu, konspirasi apa yang menyebabkan kemacetan di jalan?
Have a nice day,
Michiko ♡
Picture source on Pinterest
Perbandingan sama macetnya makhluk luar negeri dong~
BalasHapusHm, kalau macet makhluk luar negeri perbandingannya gak apple to apple soalnya kalau dibandingkan, tingkat kesadaran "sebagian besar" makhluk luar negeri dan dalam dalam negeri ibarat apel dan bijinya[?].
Hapus