Ke mana si bocah pemimpi itu?
Beberapa orang yang dulunya sering melihatku aktif menulis mungkin pernah bertanya seperti itu--begitu juga aku. Aku juga bertanya hal serupa.
Ke mana ya aku yang dulu?
Ke mana ya aku yang idealis itu?
Ke mana ya aku yang senang menuliskan ide-ide di kepala itu?
Ke mana semangatku untuk terus bermimpi?
Apakah ini memang sudah saatnya berhenti bermimpi?
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalaku, tapi tidak satu pun jawaban bisa aku temukan di dalam benakku maupun jiwaku. Aku kehilangan minat saat aku menulis. Aku kehilangan minat saat aku menggoreskan tinta di kertas. Semua yang aku lalui sepanjang hari hanyalah kehampaan dan rutinitas yang sehari-harinya tidak pernah berubah. Hanya sekadar aku gunakan untuk mengisi ruang kekosongan.
Aku masih hidup, tapi aku merasa tidak hidup.
Mungkin hanya kalimat itu yang bisa aku tuliskan saat ini. Sudah satu tahun aku tidak mengisi blog ini dengan tulisan-tulisan bermakna, atau sekadar berbagi pengalaman keseharianku saja. Sebab, sudah tiga tahun belakangan ini aku sedang terjebak dengan hal yang mengungkung isi kepalaku. Aku berlarut-larut berada dalam dekapan lautan nestapa, sehingga kepalaku tidak dapat berpikir dengan jernih.
Palung jiwaku yang hampa, hati sekeras batu karang yang terkikis ombak luka, perlu istirahat juga dari terpaan badai nestapa yang tiada akhir terus menerpa.
Sampai jumpa.
Michiko ♡
Photo by Greg Rakozy on Unsplash