5 Juni 2024

Deep Talk Series: 3 Alasan di Balik Senyumku Hari ini

8:42 PM 0 Comments
Kekosongan yang telah aku rasakan ini ingin segera aku bunuh. Maka, aku bertanya kepada aplikasi AI untuk memberiku inspirasi agar aku bisa mengisi kekosongan ini. Kemudian, dia memberikanku sebuah pertanyaan:

3 Hal Apa yang Membuatmu Tersenyum Hari Ini? Sekecil apa pun itu, katakanlah!

Akhirnya, aku terpikirkan akan hal-hal yang membuatku tersenyum hari ini. Aku sempat berpikir lama, memikirkan lebih dalam apakah alasan ini sebenarnya adalah alasanku tersenyum atau memang senyumku hari ini adalah senyuman palsu belaka? Tetapi, akhirnya aku menemukan jawabannya. 
Deep Talk Series: 3 Alasan di Balik Senyumku Hari ini

1. Botol Tumblr: Rahasia di Balik Senyuman Pertamaku

"Selamat pagi!" sapaku pada setiap orang yang ada di kantor. Siapa pun ia, pasti akan aku sapa dengan senyumanku―entah itu hanya senyuman palsu belaka atau memang senyuman yang benar-benar tulus dari hati sebab aku sudah tidak tahu cara membedakannya. 

Seperti biasa, pagi hariku selalu dimulai dengan berbincang-bincang bersama rekan kerjaku. Entah apa yang kami bicarakan, entah itu soal pekerjaan ataupun hal-hal sepele yang kami lakukan belakangan. Mungkin kedengarannya sederhana, tapi aku merasa senang bisa bercakap-cakap dengan mereka. 

Tibalah seorang rekan kerjaku sambil membawa tas hijau berisi sebuah kotak. Dia memberikannya kepadaku―ulang tahunku memang sudah berlalu beberapa waktu yang lalu. Di tas itu tertulis, "Kopi Asli". Aku kira isinya adalah kopi, sebab aku memang suka meminum kopi. Namun, rupanya di dalam tas jinjing itu terdapat sebuah kotak dengan gambar botol tumblr berwarna biru. 

Saat aku membukanya, aku terkejut. Sebab, ini adalah barang yang aku butuhkan. Beberapa hari yang lalu, aku sempat ingin membeli botol tumblr karena botolku yang lama terjatuh dan pecah tetapi aku mengurungkannya karena mempertimbangkan pengeluaran uang bulan ini. Akan tetapi, ternyata ada rekanku yang memberikan botol minum sebagai sebuah hadiah. 

Aku merasa senang dan terharu. Ternyata, ada juga orang yang mengingat tentang diriku dan mengingat keberadaanku. Beberapa waktu lalu pun, sehari setelah aku ulang tahun, aku menerima hadiah berupa gantungan kunci dengan boneka kucing yang lucu. Aku memang sangat menyukai―bahkan mencintai―kucing. Hal-hal kecil yang orang lain ingat tentang diriku membuat aku merasa hidup. Kekosongan yang selama ini aku rasakan, seketika terasa penuh dengan rasa riang yang membuncah. 

Itu lah senyuman pertamaku pada hari ini. 

Jika kamu penasaran tentang kekosongan yang aku maksud dalam tulisan ini, aku sudah menulis sebuah postingan mendalam tentang hal tersebut. Baca lebih lanjut di postinganku ini: [Klik di sini]

2. Mencintai Pekerjaan: Kunci Tersenyum dengan Setulus Hati

Beberapa dari kita mungkin ada yang membenci pekerjaannya atau justru sebaliknya. Aku merupakan orang yang mencintai pekerjaanku. Walaupun begitu, ada kalanya aku juga muak dengan pekerjaan yang aku lakukan, entah karena bosan atau lelah. Namun, aku menemukan fakta bahwa: 
Ketika kita mengerjakan hal yang kita cintai, kita bisa tersenyum dengan setulus hati. 
Aku merupakan seorang guru privat, pekerjaanku tentu saja mengajar dan memandu orang-orang yang semula tidak tahu apa-apa menjadi paham dengan apa yang mereka ingin pelajari. Hal itu mudah untuk dilakukan? Tidak selalu. Terkadang, aku bisa bertemu dengan seseorang yang sangat pintar dan memiliki daya tangkap yang cepat. Terkadang, aku juga bertemu dengan orang yang membutuhkan waktu dalam proses belajar tetapi memiliki tekad yang kuat untuk belajar. Terkadang, aku juga bertemu dengan orang yang hanya hadir mengisi presensi tanpa niat belajar sama sekali. 

Tapi kalian tahu? Anehnya, aku tetap ingin menjadi seorang guru. Aku mencintai pekerjaanku. 

Pagi itu, hariku diawali dengan membahas soal-soal latihan untuk persiapan ujian mendatang. Ketika dia kebingungan, aku merasa amat sangat dibutuhkan. Sebagai seorang guru, aku perlu menjelaskan hal yang membuatnya bingung dengan detail sampai ia bisa memahami soal tersebut tanpa masalah. 

Berulang kali aku harus menjelaskannya, ketika dia tidak bisa memahaminya, ada sedikit rasa jengkel yang muncul tetapi juga semangat yang semakin menggelora pun muncul. Perasaan yang aneh. Sebab, perasaan jengkelku timbul bersamaan dengan perasaan senang karena amat dibutuhkan oleh orang lain. Di saat itu lah, aku merasa... oh, aku bermanfaat untuk orang lain. 

Lucunya, walaupun aku merasa jengkel ketika mengajar karena banyak kesalahan yang dilakukan dan aku harus mengoreksinya berulang kali sebab ia melakukan kesalahan yang sama, hal itu sama sekali nggak membuatku mengeluarkan kata umpatan. Justru sebaliknya, aku tersenyum sambil menarik napas.

Itu lah alasan kedua yang membuatku tersenyum hari ini. Alasannya sedikit terdengar aneh, tapi pada nyatanya aku memang tersenyum karena hal itu. 

3. Menyebarkan Tawa Meski Menjadi Bahan Candaan

Bercanda memang sudah menjadi budaya hidup di area perkantoran kami. Ada hal yang aneh sedikit, kami buat bahan bercandaan. Seringkali kami punya inside jokes yang bahkan mungkin hanya dipahami oleh orang-orang tertentu saja. Sebab, apa yang kami lihat akan menjadi bahan guyonan.

Hari ini, aku menjadi salah satu bahan candaan beberapa orang di kantorku. Aku bukan orang yang serius menanggapi candaan orang lain, kecuali jika itu menginjak harga diriku. 

Empat orang perempuan yang duduk di seberangku mencoba untuk membuat rumor asmara tentang diriku. Apa aku kelihatan se-hopeless romantic itu ya? Hiks. Mereka saling berbisik, merencanakan hal-hal yang aku bahkan tidak tahu apa yang mereka bicarakan tentangku. Mereka hanya melirik ke arahku dan seorang laki-laki yang berada di dekatku. Hal itu membuatku penasaran, tapi aku tahu apa yang mereka bicarakan adalah tentang aku. Sebab, sebelumnya seseorang di antara para perempuan itu sudah menyenggolku sambil bilang, "cieeee."

Aku bahkan tidak tahu maksudnya apa, tapi itu membuatku malu tanpa alasan. Aku memperhatikan mereka yang berbisik sambil tertawa geli dengan rencana mereka sendiri. Entahlah. Aku juga tak tahu harus menyangkal bagaimana lagi, aku hanya bisa tersenyum sambil mendengar tawa mereka. 

Aneh, bukan? Aku nggak marah sama sekali. Aku hanya tersenyum melihat senyuman orang lain. Dan rupanya, aku kembali menyadari bahwa:
Kebahagiaan bukan hanya milikku sendiri tetapi milik bersama.

Terima kasih banyak, kamu sudah membaca ceritaku hari ini. Kini, giliran aku yang membaca ceritamu. Apa yang membuatmu tersenyum hari ini? Sekecil apa pun itu, katakanlah! Aku tunggu kisahmu.

Kalau kamu bingung ingin bercerita tentang apa yang membuatmu tersenyum hari ini, mungkin postingan ini bisa memberikan inspirasi. Temukan jawabannya [di sini]

Michiko ♡ 

3 Juni 2024

Kosong

11:01 PM 0 Comments
Sudah lama aku nggak muncul di blog ini. Entah apa alasannya, hanya saja aku merasa nggak ada yang perlu aku bagikan ke dunia. Semakin lama, aku merasa aku semakin nggak peka dengan keadaan di sekitarkuーjangankan dengan keadaan sekitar, justru peduli dengan keadaan diri sendiri pun nggak.

Mungkin, beberapa orang yang sering mengunjungi blog ini bertanya-tanya, ke mana orang yang hadir di balik kumpulan tulisan-tulisan ini? Sedang apa dia sekarang? Apa yang sedang dia pikirkan? Tulisan apa yang sedang ia siapkan? Itu pun kalau ada yang ingin tahu tentang keadaanku.

Sejujurnya, nggak ada yang aku siapkan. Nggak ada pula yang aku lakukan selama aku hiatus menulis tulisan untuk blog ini.

Kosong
Aku kebanyakan menjalani rutinitasku sendiri. Berusaha mengalihkan pikiranku dan mengabaikan sekitarku―khususnya isi kepalaku yang seringkali terasa penuh dengan hal yang bahkan aku pun nggak tahu apa isinya, aku pun bahkan nggak bisa membuat isi kepalaku diam dan tenang sedetik pun. Aku hanya melakukan pekerjaanku sesuai dengan hal yang perlu aku lakukan, menonton film, dan mendengarkan musik. Setidaknya kesibukan itu sedikit membuatku teralihkan.

Apakah aku akan kembali menulis?

Entahlah. Aku merasa sekarang aku nggak pernah lagi mengamati sekitarku. Nggak banyak hal yang bisa aku amati untuk aku ambil hikmahnya lagi. Aku sekarang sedang berada di fase apatis, hanya memikirkan tentang diriku sendiri. Mungkin aku akan menulis lagi tapi bukan untuk membagikan hal yang bermanfaat untuk orang lain lagi. 
Aku akan menulis apa pun yang terlintas di dalam pikiranku, perasaanku, pengalamanku, harapan-harapanku, mungkin imajinasiku. Belakangan ini, aku banyak menonton banyak drama Korea. Aku mengamati bagaimana cara mereka mendeskripsikan perasaan mereka. Entah perasaan mereka ketika jatuh cinta, bahagia, sedih, marah, maupun saat mereka merasa sedang kosong sebagaimana yang aku rasakan saat ini. Aku tahu, drama itu hanyalah script yang sudah direncanakan, tapi bukankah tulisan itu diangkat berdasarkan cara orang-orang mengekspresikan diri mereka di dunia nyata?

Sudah hampir dua tahun, aku nggak merasakan emosi apa pun. Terkadang aku merasa senang yang teramat senang sampai aku pun nggak tahu hal apa yang membuatku senang. Aku bisa bernyanyi setiap kali aku sendiri, orang-orang selalu mengira aku bahagia atau ada hal yang membuatku senang. Akan tetapi, sejujurnya perasaan itu bukanlah hal yang aku rasakan sebenarnya. Aku merasa hanya berpura-pura, aku bahkan nggak bisa menyebutkan alasan kenapa aku senang. Aku juga merasa kalau perasaan senang itu aku buat-buat hanya agar orang-orang di sekitarku nggak khawatir tentangku atau mungkin menjauhiku saat aku terlihat sedih atau terpuruk. 

Namun, di balik perasaan senang itu, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Entah apa yang membuatku sedih, tetapi setiap kali aku melihat scene film, video, mendengarkan lagu, terkadang aku ingin menangis walaupun itu bukan lagu sedih. Aku merasa tertekan, tetapi aku sendiri tak tahu apa yang menekanku. Dan setiap aku berusaha mengenali perasaan sedih itu, alih-alih menangis justru aku selalu merasa mual dan ingin muntah. 

Sekarang, yang aku rasakan adalah perasaan kosong. Aku bisa tertawa di depan orang lain, aku bisa menangis ketika sendirian. Aku merasa tidak memiliki perasaan yang sesungguhnya sebab yang aku lakukan semuanya terasa hanya tipuan dan diriku yang sebenarnya adalah kekosongan. 

Mungkin, kurang lebih itulah yang aku rasakan. Sekarang aku hidup dalam genre dramaku sendiri. Aku ingin belajar untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan apa yang aku rasakan lagi sehingga diriku yang terasa kosong ini perlahan-lahan mulai bisa kuisi penuh lagi dengan perasaan dan emosi.

Kira-kira apakah ada yang salah dengan diriku ini? Atau semua ini memang normal dirasakan oleh semua manusia?

Michiko ♡