19 Desember 2019

Teror Hantu Blogger



Gue adalah seorang admin sebuah blog misteri yang terkenal. Gue suka banget membuat kisah-kisah horor dan menantang diri sendiri untuk uji nyali di tempat yang katanya angker dan berhantu. Menurut gue, semua urban legend dan kisah misteri yang meluas di masyarakat itu hanya desas-desus warga sekitar saja, semacam isapan jempol belaka. Walaupun gue adalah seorang pemilik blog misteri yang suka dengan konten horor dan semacamnya, sebenarnya gue gak percaya kalau hantu itu benar-benar ada. Gue yakin bahwa hantu-hantu yang mereka semua sebut menyeramkan, berbahaya, dan mengerikan itu sebenarnya adalah fantasi dan ketakutan mereka yang berlebihan sehingga mereka dapat menciptakan sosok bayangan dari pikiran mereka sendiri, kemudian "sosok ciptaan" itu mereka anggap sebagai hantu. Menurut gue, percaya pada hantu adalah pemikiran yang gak banget untuk manusia yang hidup di zaman yang sudah benar-benar maju dan mengedepankan rasionalitas.

Malam ini, gue belum tidur. Jarum jam menunjukkan pukul dua dan jarum detiknya bergerak dalam kegelapan. Ruangan kamar menerima sedikit cahaya remang dari lampu di teras yang menerobos tirai jendela kamar. Hening. Suara detik jarum jam terdengar lebih nyaring dari biasanya, bahkan gue bisa mendengar napas gue sendiri. Di tengah kesunyian malam ini gue masih terjaga, kebiasaan begadang ini sudah gak ada obatnya lagi. Padahal, terkadang gue butuh waktu lebih lama untuk tidur ketika gue kelelahan tetapi ujungnya tetap sama--gue hanya bisa tidur setelah jam tiga.

Belakangan ini, gue sibuk dengan pekerjaan di kantor sampai gue gak sempat untuk memeriksa komentar dari penggemar setia blog gue. Gue juga beberapa hari belakangan gak mempublikasikan postingan yang baru karena memang belum ada waktu. Bukan masalah gue gak bisa menyempatkan diri untuk mengurus blog, tetapi tanggung jawab gue gak hanya mengurus blog saja, gue juga punya pekerjaan yang gue prioritaskan yang mana pekerjaan itu memakan waktu sangat banyak dan terkadang saat pekerjaan sudah selesai pun energi gue justru sudah habis terkuras. Malam ini, gue menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan blog gue saat ini, lumayan kerjaan untuk mengisi waktu luang gue karena kebetulan malam ini mata gue masih kuat untuk melek beberapa jam ke depan.

Sebelumnya, gak afdol kalau gue memantau blog tanpa ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok. Gue bangun dari tempat tidur lalu berjalan ke arah pintu. Tangan gue terulur untuk menarik gagang pintu kamar lalu menariknya sampai daun pintu terbuka perlahan. Sedikit demi sedikit daun pintu menampilkan keadaan ruang tengah yang kosong, sepi, dan hanya diterangi dengan cahaya remang-remang yang menerobos tirai jendela. Biasanya, gue mematikan seluruh lampu kalau gue akan pergi tidur dan hanya lampu kamar mandi yang gue biarkan menyala. Tetapi, malam ini keadaan ruang tengah yang cukup gelap agak membuat gue merinding. Sejujurnya, gue gak terlalu suka dengan kegelapan, apalagi kesepian tanpa sang kekasih. Halah.

Gue melangkah keluar dari kamar yang nyaman, di depan pintu gue bisa melihat bayangan diri gue sendiri pada layar televisi selebar 21 inch. Kemudian, gue berjalan melintasi ruang tengah yang sepi tanpa menyalakan lampu karena letak saklar begitu jauh dari tempat gue berdiri. Sunyi. Derap langkah kaki terdengar di telinga gue sendiri. Gue berjalan melewati sofa panjang yang membelakangi pintu kamar lalu berbelok ke arah pintu dapur yang menyekat antara dapur dan ruang tengah. Cahaya di dapur lebih terang daripada ruang tengah, walaupun masih tetap remang-remang cahayanya. Sisa cahaya dari lampu kamar mandi yang terletak di ujung ruang dapur memberikan penerangan yang cukup untuk dapur seukuran 2x2 meter ini sehingga gue gak perlu untuk menyalakan lampu dapur.

Gue membuka pintu lemari penyimpanan makanan, suaranya berderit dan mengisi kesunyian malam. Lalu tangan gue terulur untuk mengambil sebungkus kopi dari dalamnya. Kemudian, gue meraih sebuah gelas mug kesayangan gue yang merupakan hadiah dari penggemar blog gue. Gelas mug itu adalah gelas mug berwarna putih dengan gambar logo blog pada kedua sisi di sebelah gagangnya. Gue suka banget dengan mug itu, walaupun ada banyak mug berjajar di rak tetapi gue pasti akan mengambil mug putih itu. Suara keresek terdengar nyaring saat gue membuka bungkusan kopi, suaranya agak mengganggu sebab gue jadi tahu betapa sunyi keadaan malam ini dan gue benar-benar sendirian tanpa kawan. Gue berdeham untuk memecah keheningan kemudian bersenandung kecil untuk meredam kesunyian. Gua tuangkan bubuk kopi ke dalam gelas mug. Dapur tiba-tiba gelap gulita selama satu per sekian detik, bahkan gelapnya hanya mirip seperti satu kedipan mata. Gue terkejut. Dengan cepat, gue menoleh ke samping kiri tepat ke arah pintu kamar mandi yang terbuka. Lampu kamar mandi masih menyala saat gue melirik ke arah kamar mandi. Gue termenung sejenak. Beberapa pikiran datang sesaat sebelum gue menyimpulkan apa yang terjadi. Untuk memastikannya, gue melangkah ke arah kamar mandi. Gue julurkan kepala gue melewati kusen pintu dan melirik ke arah langit-langit kamar mandi, cahayanya lebih redup dari biasanya. Mungkin, ini saatnya untuk mengganti lampu kamar mandi.

Gue kembali ke pantri dan melanjutkan kegiatan gue yang baru saja diinterupsi. Kali ini, gue gak terlalu santai dan lebih terburu-buru. Gue menyambar gagang mug lalu menempatkannya di bawah keran dispenser berwarna merah. Bunyi suara gelembung air di dalam galon memecah keheningan beberapa saat. Gue bersiul sambil memperhatikan gelembung air di dalam galon bergerak ke atas. Permukaan air panas perlahan-lahan mulai naik memenuhi gelas mug.

Tiba-tiba, panci berjatuhan dari tumpukannya. Keras suara dentingannya membuat gue terperanjat. Jantung gue terasa seperti mau loncat dan keluar dari mulut gue. Gue langsung menolehkan kepala ke ke arah panci yang berserakan di atas lantai dekat pintu yang menyekat antara ruang tengah dan dapur.

"Goblok!" umpat gue entah pada siapa. "Anjir, bikin kaget aja lu."

Dengan segera, gue letakkan gelas mug di atas pantri sambil mengelus dada dan mengatur ritme napas gue yang tersengal karena kaget. Gue berjalan ke arah panci-panci yang berserakan dan memungutnya satu per satu. Saat gue mencondongkan badan gue ke depan untuk meraih panci di lantai, sekelebat bayangan muncul di sudut kanan pandangan gue. Bayangan itu muncul dengan singkat, bergerak dari arah kamar gue melintasi ruang tengah kemudian bergerak menuju ke arah televisi di seberang pintu kamar. Mata gue mengikuti pergerakan bayangan itu, kemudian bayangan itu menghilang saat menembus dinding ruang tengah. Gue mengucek kedua mata gue dengan punggung tangan untuk memastikan apa yang barusan gue lihat. Namun,  hanya ruang tengah yang gelap dan kosong tanpa ada jejak apa pun yang bisa gue lihat. Bergegas, gue pungut semua panci dan gue rapikan di tempat semula. Tanpa pikir panjang, gue langsung berdiri dan menyambar sendok kecil dan mug berisi kopi yang belum diaduk. Gue melangkahkan kaki meninggalkan dapur sambil memutar kepala sendok searah dengan arah gerakan jarum jam. Ketika gue melintasi ruang tengah, mata gue menelusuri setiap sudut ruangan untuk mencari sosok bayangan yang tadi gue lihat. Gue memandang ke arah dinding yang berada di belakang televisi sejenak.

Apa yang barusan gue lihat? Apakah itu hantu? Mana mungkin, gak ada yang namanya hantu. Pasti itu hanya imajinasi gue saja, gue hanya kelelahan karena kurang istirahat. Gue berbalik badan kembali melangkahkan kaki menuju ke kamar dan gue menutup pintu kamar dengan rapat tanpa menguncinya.

Gue meletakkan segelas kopi di atas meja. Meja itu terletak di dekat jendela nako yang tertutup tirai. Gue sengaja meletakkan meja di dekat jendela karena gue terbiasa merokok sambil bekerja atau sekadar berselancar di dunia maya. Gue geser sebagian tirai yang menutupi jendela lalu menarik tuas besi pada jendela untuk membuka jendela. Kaca dan besi yang bersinggungan terbuka dan menciptakan suara "krepyak". Udara malam yang dingin semilir menembus celah jendela mengisi sirkulasi udara di kamar gue. Gue menyalakan laptop berwarna silver lalu duduk sambil mengangkat satu kaki untuk bertumpu di atas kursi. Layar laptop menyorotkan cahaya di tengah kegelapan kamar. Silau. Gue sulut satu batang rokok yang gue jepit di antara kedua bibir sampai kepulan asap menyembur dari celah mulut dan lubang hidung. Gue hisap ujung batang rokok. Mouse kecil hilang dalam genggaman tangan besar gue saat gue mengarahkan kursor di layar. Sambil menjepit batang rokok di mulut, gue mengetik alamat domain blog gue. Beberapa detik kemudian, halaman blog pun muncul. Gue baca satu per satu komentar dari pembaca setia blog gue. Sesekali gue hisap ujung rokok setiap kali mulut gue terasa asam. 

Kak, bahas tentang hantu blogger dong:D

Kak.. katanya hantu blogger nyata?? Bahas kuy..

Min pernah denger hantu blogger kagak? Katanya dia bakal teror orang yang bahas tentang dia di blog.. Berani kagak lw? :P

Gan , elu suka uji nyali kan ? Bahas hantu blogger kek , kalo elu beneran diganggu sama hantu blogger , ceritain di mari yak ...

Gue memegang gagang gelas mug lalu menyesap kopi yang sudah gak terlalu panas. Jujur, gue terlalu lama gak berselancar di dunia maya dan gue belum pernah mendengar tentang kisah Hantu Blogger. Rasa penasaran gue mulai terpancing. Gue mencari tahu siapa itu Hantu Blogger setelah membaca segala kisah yang diceritakan oleh blogger lainnya. Menarik. Mereka bercerita tentang semua teror atau bahkan kesan saat mencoba mengorek cerita tentang Hantu Blogger. Gue bisa memanfaatkan keyword ini untuk menaikkan jumlah pengunjung blog gue dengan sedikit dramatisir. Sebelum gue mulai mengulas Hantu Blogger, gue harus mencari sumber terpercaya agar informasi yang gue sampaikan kepada pembaca bukan hoax. Walaupun nantinya gue akan sedikit memberi bumbu dramatisir, setidaknya gue harus bermain sedikit lebih rapi.

Gue langsung membuka tab baru dan mencari kisah-kisah tentang Hantu Blogger dari berbagai sumber. Beberapa situs muncul dalam mesin penelusuran, sebagian besar menceritakan tentang pengalamannya saat diganggu Hantu Blogger ketika sedang menulis kisah tentangnya. Namun, semua kisah itu gak cukup buat gue. Gue perlu banyak informasi tentang Hantu Blogger--dari mana asal mula kisah ini berawal, siapa dia, dan mengapa dia bisa disebut sebagai Hantu Blogger. Gue menghabiskan beberapa puluh menit untuk menelusuri tentang Hantu Blogger dan membaca berbagai situs yang membahas Hantu Blogger. Penelusuran gue terhenti saat gue menemukan alamat domain blog yang katanya adalah blog milik si Hantu Blogger. Awalnya, gue gak langsung percaya dengan link itu, karena gue takut kalau ternyata link itu adalah link virus atau click bait dan semacamnya. Tetapi, setelah menelusuri web itu gue semakin yakin kalau link yang tertera di sana bukanlah link hacker atau semacamnya. Jadi, gue memberanikan diri untuk membuka link yang tertera pada postingannya. Tab baru terbuka mengarah pada sebuah situs blog yang terlihat sederhana dan penuh dengan postingan cerita sehari-hari, mirip seperti sebuah buku harian yang dapat diakses oleh peselancar dunia maya.

Beberapa postingan pada blog milik "Hantu Blogger" gue baca satu per satu dari postingan yang terlama. Tulisannya mirip seperti seorang yang sudah ahli dalam permainan seni bahasa. Gue juga beberapa kali tercengang setiap membaca tulisannya. Gaya bahasanya tingkat tinggi seperti seorang sastrawan. Gue menghisap batang rokok yang semakin lama semakin pendek sambil membaca seluruh isi tulisannya di blog. Ada hal yang mengganjal dari seluruh postingan yang gue baca, isi dari seluruh postingannya kebanyakan adalah kesedihan dan keputusasaan. Gue gak tahu seberat apa beban hidup yang dia rasakan, tetapi kalau saat itu gue ada di sana bersama dia, gue ingin memeluknya. Sejauh yang gue pahami dari isi blognya, gue menyimpulkan bahwa Hantu Blogger memiliki kisah hidup yang amat menyedihkan.

Gue menyesap lagi kopi yang masih tersisa setengahnya di dalam mug. Gue membuka laman entri untuk menuliskan kisah Hantu Blogger. Mata gue  mulai terfokus pada layar laptop dan jari-jari gue mulai bergerak menari-nari di atas tombol keyboard. Beberapa saat kemudian, angin berhembus cukup kencang, angin dingin menyeruak masuk ke dalam kamar sehingga tirai jendela melambai-lambai. Gue bangkit dari tempat duduk untuk menutup jendela. Sesaat sebelum mendorong tuas besi untuk menutup jendela, gue berhenti untuk mengintip pada celah jendela. Samar-samar, terlihat seorang perempuan berdiri seorang diri di tepi jalan yang disinari cahaya temaram. Apakah itu tetangga sebelah yang baru pulang lembur? Gue pikir begitu. Gue tak acuh. Gue dorong tuas besi dan jendela pun tertutup rapat.

Gue kembali duduk tanpa menutup tirai jendela. Gue bersiap untuk melanjutkan tulisan gue. Sial. Gue menatap layar laptop dengan penuh umpatan keluar dari mulut gue. Tulisan gue tiba-tiba berantakan karena disisipi banyak huruf f. Mengapa keyboard harus eror di saat seperti ini? Merepotkan. Gue menghela napas lalu menyesap kopi hingga hanya tersisa ampasnya saja. Gue rapikan tulisan gue dengan penuh kesabaran. Setelah tulisan gue kembali rapi, gue melanjutkan tulisan gue. Jemari gue kembali menari di atas keyboard. Sampai beberapa saat kemudian, mata gue mulai terasa berat dan jari-jari gue juga mulai terasa lelah. Gue menoleh ke arah  jam dinding. Jarum jam menunjukkan pukul tiga dan menitnya menunjuk pada angka dua. Gue meregangkan sendi-sendi jari gue lalu kembali terfokus pada laptop di depan gue guna melanjutkan tulisan gue. Gue tetap memaksakan diri walaupun beberapa kali mulut gue terbuka lebar karena mulai mengantuk. Gue tambahkan kecepatan jari-jari untuk mengetik tulisan gue agar cepat selesai. 

Mata gue tiba-tiba terbelalak saat sebuah tangan terulur dari belakang melewati bahu gue. Jarinya yang panjang dan kukunya yang tajam menunjuk pada sebuah kata. Sebuah bisikan terdengar di telinga gue membuat bulu kuduk meremang, "Typo, Bang."

Napas gue tertahan. Jari-jari gue beku seketika dan perut gue terasa tegang. Mata gue tetap terpaku ke arah layar laptop, gak sedikit pun ada keinginan untuk berbalik. Gue terlalu takut untuk menoleh ke belakang karena gue yakin itu bukan manusia. Rumah ini hanya dihuni oleh gue. Sendirian. Gak ada orang lain. Gue pun menelan ludah dengan bersusah payah guna membasahi tenggorokan gue yang kering. Setelah gue bergelut dengan segala ketegangan, tangan itu bergerak mundur dan menghilang dari pandangan gue. Gue gak tahu pasti apakah dia sudah pergi atau belum, tetapi tangan itu sudah menghilang. Gue memang takut, tapi rasa penasaran gue lebih besar. Gue kembali menelan ludah dan mengumpulkan nyali gue untuk memeriksanya. Sumpah ini pertama kalinya gue percaya kalau hantu itu ada. Gue memutar kepala ke belakang perlahan-lahan. Perut gue mencelus. Bola mata gue bergerak memutar untuk memeriksa setiap sudut ruangan. Kosong, gak ada apa pun atau siapa pun. 

Gue bernapas lega. Rupanya, semua itu hanya halusinasi gue karena terbawa suasana saat sedang memanipulasi kisah Hantu Blogger. Gue pun memutar kepala gue untuk kembali menatap layar laptop. Sesaat sebelum memandang ke layar laptop, sekelebat bayangan menarik perhatian gue. Gue pun mengalihkan pandangan ke arah jendela yang gak tertutup tirai. Dua buah telapak tangan menempel di jendela dan di antara kedua telapak tangan itu terdapat wajah menyeramkan yang menyeringai. Gue terperanjat sampai kursi yang gue duduki terpental ke belakang. Gue terjengkang dari kursi. Dengan tergesa-gesa gue bangkit dan berlari tunggang langgang ke arah pintu untuk menyambar gagang pintu. Setelah gagang pintu gue pegang dengan erat, gue tarik gagang pintu berulang kali sekuat tenaga, tetapi pintu sama sekali gak terbuka seolah terkunci. Tangan gue berkeringat dingin saat memegang gagang pintu. Kaki gue gemetaran dan lemas untuk berdiri. Sosok itu masih menyeringai seram di depan jendela. Keringat dingin bercucuran membasahi pelipis gue. Jantung berdebar kencang seolah mau loncat. Kaki gue lemas dan gue gak sanggup lagi untuk berdiri. Dengan penuh ketakutan, gue hilang kesadaran di dalam kegelapan.
 ****


Kelopak mata terbuka. Gue mengedipkan kelopak mata gue untuk menstabilkan cahaya yang masuk ke mata. Kamar gak segelap tadi malam, cahaya matahari menembus tirai hijau yang menutupi jendela. Hari sudah pagi, gue bangkit dari tempat tidur gue. Gue merenung sejenak sambil duduk di tepian kasur, gue mencoba mengingat kejadian semalam. Bola mata gue bergerak memutar untuk memastikan semua posisi barang-barang di kamar gue tetap pada posisi sebelumnya. Kamar gue rapi, gak berantakan seperti tadi malam. Gue rasa kejadian itu hanya sebuah mimpi dan semua itu gak nyata. Hantu memang benar-benar gak ada. 

Gue bangkit dari tempat tidur lalu berjalan ke arah jendela untuk membuka tirai. Namun, langkah gue tiba-tiba terhenti saat melihat layar laptop menyala dan menampilkan sebuah halaman blog yang tidak asing bagi gue. Sebuah laman postingan dengan judul "Meet and Greet Present" terpampang pada layar laptop. Gue mengira mungkin itu adalah hasil penulusuran gue semalam yang belum selesai saat gue sedang mengulik kisah Hantu Blogger. Gue mengurungkan niat untuk membuka tirai jendela lalu duduk di kursi. Gue baca perlahan-lahan seluruh isi postingan dari judul sampai isinya. Gue baca dengan teliti. Paragraf demi paragraf. Kalimat demi kalimat. Kata demi kata. Rupanya, dia pernah memberi sebuah hadiah berupa mug putih kepada idolanya dan dia menyampaikan bahwa dia ingin mempunyai blog yang terkenal seperti milik idolanya. Pada postingannya, tertulis:

"Aku ingin bertemu dengan Radit Wijaya suatu saat nanti walaupun aku sudah mati."
Gue terkejut saat nama lengkap gue tertulis di sana. Berulang kali gue baca kalimat itu untuk memastikan kembali bahwa gue gak salah baca. Apakah nama idolanya sama dengan nama gue? Gue penasaran. Gue menebak kalau dia menulis postingan itu setelah berlangsungnya acara "Meet and Greet". Gue kembali menggeser laman ke bagian tanggal postingan ini dipublikasikan. God damn! Tanggal postingan itu bersamaan dengan digelarnya acara "Meet and Greet" bersama Sobat Kemenyan. Mungkinkah Hantu Blogger ini adalah penggemar gue?

 Gak mungkin. Ini gak mungkin. Pasti kebetulan.

Gue menutup laptop gue tanpa mematikan mesinnya terlebih dahulu. Kedua tangan gue berusaha memijat pelipis gue. Gue pun menggelengkan kepala gue dengan cepat untuk melupakan apa yang baru saja gue baca. Gue bangkit dari tempat duduk gue lalu tangan gue mencengkeram tirai hijau dengan kuat. Gue perlu udara segar untuk menenangkan pikiran gue sendiri. Gue tarik tirai sampai terbuka dengan cepat.

Gue terperanjat saat gue mendapati noda bekas telapak tangan tercetak pada kaca jendela kamar.

***

Ditulis oleh:


Michiko

Baca juga kisah horor lainnya di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar