Tampilkan postingan dengan label romance. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label romance. Tampilkan semua postingan

22 Januari 2021

Cerita Bersambung: Reverse [Bagian 1: Sarang Buaya]

7:00 PM 10 Comments

“Aku tak percaya kau melakukan ini kepadaku!”


Jeritan hati itu menggema dalam benaknya. Kekecewaan menggelembung mengisi rongga dadanya dan menghancurkan hatinya berkeping-keping bagai serpihan kaca. Kini, ia berdiri di antara dua tembok besar yang mengapit dirinya dan siap menjepitnya dengan kuat tanpa ampunan. Dilema. Antara harus membunuhnya atau melindunginya. 

Seketika, dadanya berat oleh penyesalan. Seharusnya, ia tidak mencintainya. Jika ia tidak mencintainya, maka tangannya kini sudah gesit memiting seseorang yang menyudutkannya dengan sebuah pistol. Peluru melesat, desingannya berdengung mendobrak gendang telinga. Korban jiwa mungkin berjatuhan jika hal itu tak dihentikan. Namun, keraguan masih berputar-putar di dalam kepalanya. Benar kata pepatah, cinta itu buta—dan membutakan. 

Mimpi buruk menghantui seorang gadis setiap malam. Mimpi yang begitu mengerikan terlintas setiap malam bagai bunga bangkai yang menghiasi tidurnya, jauh lebih buruk daripada kenyataan yang harus dihadapi. Pengkhianatan itu selalu membuatnya harus menanggung rasa sakit itu sendiri. Berhari-hari mencoba berlari dari mimpi buruk yang terus menghampiri. Namun, saat ini dia sedang tidak bermimpi. 

Petaka itu bermula ketika telepon genggam gadis itu berdering di pagi hari. Matanya masih rapat melekat satu sama lain, ia baru saja bangun dari tidurnya. Tangannya meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya. Telepon genggam itu sempat jatuh ke lantai sebab gadis itu tak mencari dengan matanya yang terbuka. 

“Grace, ke markas. Sekarang.” Suara di ujung telepon membuka kedua mata gadis itu lebar-lebar. Suara itu tak asing lagi di telinganya, anak buah Jun yang setia bertahun-tahun mengabdi sebelum dirinya. 

Bergegas, gadis itu pergi menuju markas dengan mengenakan blazer hitam sambil berjalan menelusuri sepanjang koridor menuju ruangan bosnya. Gedung itu tak pantas disebut markas sebab penampilannya berbeda dengan penampilan yang ada di film laga aksi yang para pembunuhnya tinggal di markas gelap dan tersembunyi, persis seperti tikus yang tinggal di gorong-gorong. Hal itu amat berbeda dengan markas milik Jun yang terletak di sebuah gedung yang mirip dengan kantor perusahaan biasa. Namun, di dalamnya terdapat orang-orang berdarah dingin yang tak segan untuk menghabisi lawannya hanya dengan satu jentikan jari. 

Dua pria berbadan besar menjaga pintu di depan ruangan. Penampilannya rapi tak seperti penjahat pada umumnya, tak ada bekas luka di wajah mereka. Mereka sama sekali tidak mirip seorang penjahat jika dilihat dari luar, lebih mirip karyawan biasa dengan setelan kemeja dan celana kain hitam. Orang yang melihat dari luarnya saja tak akan menyangka kalau mereka bekerja sebagai tukang membunuh. Grace sudah biasa melihat pemandangan itu, dua orang itu kelihatannya ramah tetapi kekuatannya luar biasa. Namun, Grace masih bisa menandingi kekuatan keduanya di arena pertarungan. Tanpa menghiraukan keduanya, Grace masuk ke dalam ruangan. 

Ruangan luas menyambut penglihatan Grace ketika ia membuka pintu. Tak ada siapa pun di dalam sana, termasuk anak buah berbadan besar yang setia menemani tuannya. Hanya ada Grace dan seorang pria yang duduk dengan kaki dinaikkan ke atas meja di seberang sana. Pria itu duduk begitu santai tanpa beban dan rasa sungkan. 

Grace kini sudah berdiri di depan meja kerja pria itu. “Kau memanggilku?” 

“Tugas baru untukmu, sayang.” 

“Tugas apalagi yang akan kau berikan untukku?” 

“Apa lagi? Oh, sayang, rupanya kau sudah muak dengan tugas-tugas yang kuberikan, ya?” Laki-laki itu mulai menurunkan kakinya dan menautkan jemari kedua tangannya. Kedua tangannya yang bertumpu di atas meja membuat tubuhnya condong ke depan. Matanya dengan tajam menilik paras Grace yang jelita. 

Gadis itu menatap ngeri melihat gerak-gerik pria yang tenang tetapi mencurigakan. “Bukan begitu, Jun. Akan tetapi, kau selalu saja bertindak terlalu jauh kepada mereka yang hanya melakukan kesalahan kecil. Menurutku, itu terlalu berlebi—“ 

“Menurutmu!” celetuk pria itu. Suaranya terdengar lebih keras dari sebelumnya, membuat gadis itu berhenti berbicara. Pria itu mendekat ke arah gadis itu sambil menodongkan moncong pistol di depan wajah gadis itu. Jari pria itu siap menarik pelatuknya. Sekali saja peluru itu melesat, maka hancurlah tengkorak gadis itu. “Tutup mulutmu, sayang. Kau tak pernah merasakan rasa sakit yang melekat dalam hatiku. Mereka hanya bisa menancapkan tombak dengan lidah mereka. Mungkin, mereka menganggapnya hanya angin lalu, gurauan belaka, tapi tidak bagiku.” 

Jun berjalan mengitari gadis itu. Moncong pistol yang ada di genggamannya membelai pipi mulus gadis yang ada di dekatnya. Ujung pistolnya menyusuri tulang pipi Grace yang tinggi. Kini, Jun berada di belakang gadis itu. Ia menyibak rambut panjang gadis itu dan diletakkannya tangan besar Jun di bahu gadis itu. Moncong pistol itu mengetuk pelipis gadis yang berdiri dengan kegentarannya. 

“Namun, kali ini, aku sedang berbaik hati. Aku tak akan memintamu menghabisi orang-orang yang menurutmu tidak bersalah.” Suara yang semula tegas mengancam itu terdengar lebih pelan tetapi bisikannya tetap tajam. “Aku harus merenggut seluruh harta warisan dari orang yang bahkan tak pantas untuk mendapatkannya.” 

“Apa maksudmu?” Gadis itu gemetaran. Matanya melirik dengan rasa takut, ia mencoba menatap Jun. Tangannya yang gemetar, ia kepalkan sejak moncong pistol itu mengetuk pelipisnya. 

“Bawakanlah kepala kakakku, Cantik.” 

“Tak mungkin—“ 

“MUNGKIN!” Teriakan pria itu menggema dalam ruangan kerjanya membuat gadis itu terperangah. Pria itu mendelik, matanya merah seperti sedang dirasuki iblis. “Kau mau tahu apa yang tidak mungkin? Aku tak mendapatkan sepeser pun harta warisan dari si Tua Bangka. Semua harta warisan itu jatuh kepada si penjilat tak berguna itu! Bagaimana mungkin itu terjadi? Mereka pikir, aku adalah seekor kucing peliharaan yang bodoh?” 

Pria itu tertawa kecut. Grace hanya bisa terdiam, sejak tadi ia sudah disergap rasa takut oleh dua hal. Pertama, moncong pistol yang siap mengoyak dan meledakkan kepalanya dan yang kedua oleh amukan Jun yang sama sekali belum pernah ia lihat sebelumnya. 

“Jadi, kau mau menerima tugas ini, Grace sayang? Atau, lebih baik aku menghabisimu saja sebagai pelampiasan cakaran kucing ini?” Jun menekan moncong pistol pada pelipis gadis itu hingga kepalanya yang kaku tergerak. 

Grace menghela napas dalam. Dia tak mau terlibat lagi dengan Jun tetapi peluru sudah siap menembus tengkoraknya. Bak keluar dari kejaran singa kemudian masuk ke dalam sarang buaya, kehidupannya justru tambah sengsara setelah bertekuk lutut dan menundukkan kepalanya kepada Jun. Kehidupan baik yang diharapkannya dahulu, titik terang yang dilihatnya dalam keputusasaan, rupanya hanya fatamorgana dan harapan yang fana. Tak ada pilihan lain. Ia sudah menyerahkan jiwa dan raganya, mengabdi seumur hidup. Grace mengangguk pelan. 

Moncong pistol yang menyudutkan gadis itu pun diturunkannya. Tangan yang mencengkeram bahu gadis itu pun dilepaskannya. Jari-jari laki-laki itu kini membelai pipi lembut gadis itu kemudian mencengkeramnya, membuat gadis itu menolehkan wajahnya dengan paksa. Wajah Jun kini hanya berjarak beberapa sentimeter saja dari wajah Grace, hidung keduanya nyaris saling beradu. Mata keduanya saling berpandangan, yang satu menatap tajam, yang satunya lagi menatap ngeri. 

“Tiga bulan. Jika kau tak bisa membawa berita itu, wajah cantikmu ini yang akan kucabik.” Jun melepaskan cengkeraman tangannya pada pipi gadis itu dengan kasar. Ia kembali duduk di singgasananya. 

*** 

Debak-debuk kencang samsak tinju membahana di arena pertarungan. Tendangan kakinya benar-benar kuat sehingga samsak bergelayutan tak berdaya. Rasa geramnya tak kunjung habis walaupun ia melampiaskannya pada samsak tinju. 

“Hidung. Belang. Sialan!” Grace menggerutu setiap kakinya menendang samsak di hadapannya. 

Napasnya sudah tersengal semenjak tenaga yang dimilikinya sudah dikerahkan sepenuhnya. Keringat mengalir di pelipisnya hingga membuat anak rambutnya basah. Grace menutup tendangannya dengan menjejak samsak. 

“Kalau aku tahu akan berakhir seperti ini, aku tak akan pernah mau ikut dengannya.” 

Grace menyambar botol minum yang dia letakkan. Ia guyurkan air di dalam botol itu ke atas ubun-ubunnya yang panas. Berharap jika air itu akan meredam kepalanya yang menguarkan uap kemarahan. Air itu membasahi rambut dan kaus yang melekat pada tubuh Grace yang atletis, mengalir dari kening dan dagunya lalu turun membasahi perutnya yang nyaris terbagi enam. 

“Ini terakhir kalinya aku terlibat denganmu.” 

Grace menatap samsak itu tajam sambil menunjuk selembar kertas foto yang sudah ringsek setelah diterjang tendangan hebatnya secara bertubi-tubi. Wajah yang terpampang di foto itu pun sudah lecet. Hanya dengan cara inilah Grace melampiaskan amarahnya setelah diperlakukan semena-mena oleh Jun. 

Pria itu tak benar-benar menjanjikan masa depannya. Ia justru membawanya masuk ke dalam lubang hitam tak berujung yang menjebaknya. Tak ada jalan keluar untuk berhenti tenggelam lebih dalam. Cahaya putih itu seketika menjadi kelam, lebih kelam dari masa lalunya. 

Terlilit utang dan ikatan dengan seorang pedagang wanita penghibur mulanya terlihat sangat mengerikan baginya. Seolah itu adalah jalan kehidupannya yang kekal walaupun ia sudah berada pada titik keputusasaan. Namun, Jun tiba-tiba datang bak malaikat yang mengembangkan sayapnya untuk menyelamatkan Grace dari keterpurukannya. Ia datang demi menjanjikan kepastian atas segala harapannya, memperlihatkan titik terang untuk merangkak ke arah lubang putih tanpa dosa. 

Bohong. Semua tak seindah kelihatannya, bahkan jauh lebih buruk daripada sebelumnya. Bisnis kotor, perlakuan keji, segala pekerjaan yang jauh lebih kejam dan kelam daripada kisah hidup sebelumnya justru harus dijalaninya. Sungguh, jika ia bisa lari, ia akan lari sejauh mungkin dan tak akan pernah kembali. 

— B E R S A M B U N G 


Baca kelanjutan kisah: Reverse

Cerita Bersambung: Reverse [Bagian 1: Sarang Buaya]

Ditulis Oleh: Michiko

18 Desember 2020

5 Strategi Move On Paling Ampuh

4:42 PM 0 Comments
Kalian pernah nggak, merasa kesulitan untuk melupakan seseorang yang sudah pergi? Terutama orang yang pernah mengisi relung di dalam hati. Pasti untuk melupakan orang yang pernah singgah dan memberikan beberapa kenangan indah di masa lalu itu nggak semudah yang dibayangkan. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa selalu ada jalan dalam setiap kesulitan. 

Mungkin, beberapa dari kita ada yang masih terjebak dalam nostalgia. Mungkin, beberapa dari kita ada yang masih dihantui kenangan-kenangan yang seharusnya sudah dilupakan. Mungkin, beberapa dari kita ada yang masih kesulitan untuk keluar dari ingatan masa lalu yang dinikmati sendiri. Mungkin, beberapa dari kita juga ada yang belum bisa melupakan kisah bersama orang yang telah pergi walaupun waktu telah jauh berlalu, misalnya enam bulan, satu tahun, tiga tahun, lima tahun, bahkan sepuluh tahun.
Ilustrasi hati yang terluka by Nadhira Shafa
Beberapa masalah yang muncul dalam hidup ini selalu ada solusinya, guys, termasuk masalah percintaan dan per-move-on-an. Hanya saja, kendalanya antara kita sudah menemukan solusinya atau belum. Sebenarnya, solusi untuk permasalahan ini ada banyak banget. Kendala yang kedua, kita mau atau nggak untuk mengeksekusinya. Nah, pada postingan kali ini aku akan membahas tentang stategi move on agar nggak terjebak dengan masa lalu secara terus menerus. Simak beberapa poin berikut ini ya.

1. Niat

Niat adalah kunci penting untuk segala perbuatan. Seperti yang disebutkan suatu pepatah:
Setiap perbuatan tergantung pada niatnya.
Tanpa niat, kita nggak akan punya kemauan untuk melakukan sesuatu karena bawaannya jadi malas untuk melakukannya. Dalam kasus ini, niat itu paling penting dari semua poin yang akan disebutkan. Sebab, mau sebanyak apa pun tips move on yang kita cari tetapi kita nggak punya niat untuk mengeksekusinya, maka semua itu akan sia-sia. Percuma kan, kalau hanya tahu teorinya tetapi nggak bisa praktiknya. Maka dari itu, sebelum mencari cara untuk move on, siapkan hati dan tekad terlebih dahulu supaya perjalanan move on jadi lancar. Nggak enak kan kalau kita sedang proses move on tiba-tiba ada teman yang ngomongin dia, bikin gagal move on lagi karena niatnya setengah-setengah padahal saat itu progresnya sudah 70 persen misalnya. Sayang banget kan kalau kita harus mengulang dari awal.

Jadi, mau dikasih tahu tips move on sampai mulut berbusa pun kalau nggak niat, nggak akan pernah bisa move on. Ujungnya, pasti beralasan dan keras kepala kalau dikasih tahu. Jadi, buat teman-teman semua yang mau move on, harap untuk kuatkan niat terlebih dahulu.

2. Ikhlas

Ikhlas merupakan salah satu kunci yang selalu digunakan untuk move on. Untuk apa move on kalau kita belum mengikhlaskan orang itu pergi. Biasanya, kalau kita nggak ikhlas akan kepergian seseorang, itu akan membuat kita jadi menyimpan sebuah dendam, entah dendam kepada manusia atau mengutuk langit atas semua takdirnya. Dendam kepada manusia membuat kita semacam merasa bahagia kalau orang yang telah pergi meninggalkan kita itu menderita, entah dia performanya turun di kantor atau sekolah atau kampus, ditinggalkan kekasih barunya, atau dia merasa sedih. Hal ini membuat kita terlihat nggak berempati banget kan kelihatannya kalau kita merasa senang di atas penderitaan orang lain. Dendam terhadap takdir lebih ekstrim lagi, biasanya hal itu bisa membuat kita mengutuk langit dan bersumpah serapah serta berteriak "apakah hidup itu adil?".

Orang-orang yang datang ke dalam hidup kita, baik kita mengenalnya atau hanya berpapasan di ruang publik, itu ada tujuannya. Orang-orang itu dikirim ke dalam hidup kita dengan suatu alasan, antara dia datang sebagai pendamping hidup kita selamanya atau dia datang untuk menyampaikan suatu pelajaran hidup yang bisa kita pelajari untuk ke depannya. Lagipula setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Orang-orang yang hadir dalam hidup kita diibaratkan sebagai sebuah buku kehidupan yang sedang kita baca, jika orang itu pergi berarti buku itu telah habis kita baca dan kita harus berpindah untuk membaca buku yang lain agar mendapatkan pelajaran hidup yang baru. Maka dari itu, kita harus ikhlas untuk melepaskan orang yang telah pergi.

Baca juga tentang pelajaran hidup: Belajar Bersyukur dari Drama Korea: 18 Again

3. Berusaha untuk Move On

Sebelum pasrah dengan keadaan, kita harus berusaha terlebih dahulu. Usaha apa saja yang bisa dilakukan untuk move on? Banyak banget! Usaha itu bentuknya bervariasi, tergantung individu masing-masing. Kita bebas mau memilih yang mana, kita bebas mau melakukan apa sebagai upaya untuk move on. 

Caranya adalah mencari hal yang mengalihkan perhatian kita terhadap orang yang membuat kita susah move on. Contohnya ada banyak banget, misalnya kita melakukan banyak kesibukan agar pikiran kita nggak punya kesempatan untuk memikirkan kenangan-kenangan yang bisa membuat kita jadi terpuruk. Kita juga bisa bergaul dengan teman-teman agar nggak merasa kesepian dan otak pun nggak memikirkan hal yang nggak diperlukan. Contoh yang lainnya, memperluas koneksi dengan lawan jenis. Hal ini dilakukan bukan menjadikannya sebagai pelampiasan lho tetapi untuk memanipulasi pikiran kita sendiri. Otak jadi akan memahami kalau lawan jenis yang ada di dunia ini nggak cuma dia aja. Biasanya, move on itu karena kita menganggap orang itu adalah satu-satunya yang bisa membahagiakan kita, padahal kenyataannya nggak. Maka dari itu, kita butuh distraksi supaya perhatian kita teralihkan.

Seandainya hal tersebut masih belum cukup membantu kita untuk move on, hal ini bisa menjadi langkah paling ekstrim untuk diterapkan tetapi jangan dibawa dendam ya, cukup untuk pelajaran pribadi saja dan nggak perlu menjelekkan dia di hadapan orang lain. Jangan menganggap dia adalah orang yang sempurna karena kesempurnaan hanya milikNya. Ingat kekurangan dia yang nggak bisa ditoleransi. Tulis saja sifat-sifat dia yang membuat jengkel dan hal-hal menyakitkan yang pernah dia lakukan. Kita cenderung gagal move on karena teringat pada kenangannya yang indah tetapi lupa kalau dia juga pernah melakukan hal-hal yang menyakiti kita atau membuat kita menangis misalnya. Nah, mungkin hal itu bisa menjadi sebuah penghalang. Penghalang agar kita mengurungkan niat untuk kembali bersama dia karena nggak cuma kenangan baik yang kita ingat tetapi kenangan buruk yang pernah kita dapatkan juga.

Baca ini jika kamu punya salah satu tujuan untuk dicapai: Konsistensi, Kunci Ajaib Pengabul Mimpi

4. Biarkan waktu memulihkan segalanya

Setelah melakukan berbagai usaha secara konsisten, baru lah kita pasrah terhadap keadaan. Biarkan waktu yang memulihkan segalanya. Kita nggak perlu memaksakan waktu untuk cepat menyembuhkan luka atau membuat kita cepat move on. Seperti halnya luka fisik, kita butuh waktu yang berbeda-beda untuk menyembuhkannya atau mengobati gejalanya. Luka di hati juga sama, membutuhkan waktu untuk menyembuhkannya dan mengobati gejalanya. Gagal move on adalah salah satu gejalanya. Jadi, nggak usah terburu-buru. Cukup konsisten saja melakukan upaya untuk move on, sisanya biar waktu yang berbicara.

5. Jangan terpengaruh

Jangan pernah terpengaruh oleh lingkungan yang membuat kita mengingat kenangan-kenangan indah. Saat kita sedang berprogres untuk move on pasti selalu ada batu yang menghalangi, bisa berupa kerikil atau bongkahan batu raksasa yang membuat kita terhenti. Misalnya, ada teman yang membicarakan tentang dia dan berkata kalau kita cocok dengan dia dan sebagainya, jangan membuat ucapannya sebagai patokan untuk hati kita. Kita yang tahu apa yang telah dilalui, lingkungan hanya melihat dari sudut pandang ketiga sebagai pengamat. Mereka nggak tahu isi hati kita, nggak tahu apa yang dilalui oleh kita. Maka dari itu, kalau sudah niat untuk move on, jangan terpengaruh. Poin ini berkaitan dengan poin pertama, yaitu niat. 

Untuk kalian yang sedang berusaha keras untuk move on dan terus berjalan untuk melanjutkan hidup, semangat ya! Pasti akan ada manusia yang jauh lebih baik sebagai pengganti orang yang telah memutuskan untuk pergi karena setiap manusia berhak untuk dicintai dan mendapatkan orang yang mampu mengisi tangki cintamu. ( Baca juga tentang tangki cinta di sini: 5 Bahasa Cinta, Kunci Hubungan yang Harmonis )

Singkatnya, itu lah strategi move on yang menurutku paling ampuh. Kalian punya strategi move on andalan juga? Coba yuk berbagi tips move on di kolom komentar, siapa tahu teman-teman kita ada yang butuh tips-tips untuk move on juga.

Sekian tulisan untuk hari ini, sampai jumpa di lain kesempatan.
Have a nice day,


Michiko ♡

Illustration by Nadhira Shafa

26 November 2020

5 Bahasa Cinta, Kunci Hubungan yang Harmonis

7:30 PM 0 Comments

"Kamu enggak pernah mengerti aku!"

"Kamu enggak sayang sama aku!"

"Kamu enggak pernah ada sedikit pun waktu buat aku!"

"Kamu enggak bisa ya, berkorban sedikit aja buat aku?"

"Dasar buaya, bisanya cuma gombal!"


Pernah enggak sih kalian dengar kata-kata seperti yang aku tulis barusan?

Atau kalian pernah mengatakannya kepada seseorang?

To be honest, aku sendiri pernah mengatakan hal yang seperti itu kepada kedua orang tuaku. Walaupun mereka selalu bilang kalau mereka sayang aku, tapi aku tetap menyangkal dan enggak mempercayainya. Ternyata, itu karena bahasa cinta yang kita gunakan berbeda, guys!


Hah, apa itu bahasa cinta? Kok kayak bahasa alay lebay gitu ya? Hahahahaha.


Bahasa cinta atau love language adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dari hati ke hati. Selayaknya dalam ilmu linguistik, kita mengenal dialek atau bahasa untuk berkomunikasi seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa China, dan lain sebagainya, perasaan kita juga punya bahasanya sendiri lho, guys! Chapman (2010) dalam bukunya yang berjudul The 5 Love Languages: The Secret to Love That Lasts, membagi bahasa cinta menjadi lima jenis: Word of affirmation (pengakuan), Quality time (waktu yang berkualitas),  Receiving gift (hadiah), Acts of Service (pelayanan), dan Physical Touch (sentuhan fisik).


1. Words of Affirmation (Pengakuan)

Bahasa cinta yang satu ini mengandalkan ucapan verbal untuk mengomunikasikan rasa cinta. Ungkapan tersebut bisa berupa pujian, kata-kata penyemangat, pengakuan tentang perasaan, atau ungkapan rasa cinta. Misalnya:

"Kamu cantik banget hari ini."

"Aku beruntung banget punya kamu, kamu itu pengertian, cantik, blablabla..."

"Terima kasih ya, kamu sudah mengerti aku."

"Aku bangga banget sama kamu."


Mereka yang bahasa cintanya adalah word of affirmation (pengakuan), bagi mereka ucapan itu sangat penting! Jadi, buat kalian yang mungkin pacarnya, istri/suaminya, anaknya, temannya dan kerabat lain yang berkomunikasi dengan bahasa cinta ini, sebaiknya kalian sering-seringlah mengungkapkan apa yang kalian rasakan atau sekadar membuat mereka senang dengan ucapan-ucapan baik yang kalian ungkapkan untuk menyampaikan bahwa kalian itu mencintai mereka.


( Baca juga: 3 Miracle Words )


2. Quality Time (Waktu yang Berkualitas)

Bahasa cinta yang satu ini mengandalkan kebersamaan dengan orang tercinta untuk mengomunikasikan rasa cinta. Selama orang yang dicintai berada di sisinya, orang yang bahasa cintanya quality time akan merasa kalau mereka sangat dicintai walaupun ketika bersama orang tercintanya mereka enggak melakukan apa-apa, hanya sekadar mengobrol ringan, nonton TV bersama, melakukan kegiatan atau hobi bersama.


Mereka yang bahasa cintanya adalah quality time (waktu yang berkualitas), bagi mereka waktu itu sangat penting! Jadi, buat kalian yang mungkin pacarnya, istri/suaminya, anaknya, temannya dan kerabat lain yang berkomunikasi dengan bahasa cinta ini, sebaiknya kalian sering-seringlah menyisihkan sedikit waktu untuk bertemu, mendengarkan mereka ketika sedang berbicara dan jangan sibuk main HP, menghabiskan waktu untuk berlibur atau melakukan hobi bersama, ada di sisi mereka selama kalian bisa melakukannya, kalau sedang LDR alias long distance relationship pun sering-seringlah menghubungi mereka melalui chat, telepon, atau video call. Pokoknya, yang penting kalian ada di sisi mereka, mereka sudah merasa kalau kalian mencintai mereka tanpa harus mengungkapkannya!


( Baca kiat-kiat LDR di sini: Long Distance Relationship )


3. Receiving Gift (Hadiah)

Bahasa cinta yang satu ini mengandalkan hadiah dalam mengomunikasikan rasa cinta. Enggak perlu hadiah yang mewah atau mahal, hadiah kecil pun akan terasa sangat berharga. Bahkan, kehadiran kalian juga bisa jadi kado yang terindah kok buat mereka yang menggunakan bahasa cinta ini. Dengan menerima hadiah dari orang tercinta, mereka yang berkomunikasi dengan bahasa cinta receiving gift (menerima hadiah) akan berpikir kalau, "Oh, dia ingat sama aku" atau "Dia memikirkan aku". Hadiah yang diberikan kepadanya merupakan simbol rasa cinta dari orang tercintanya, tanda kalau kalian enggak pernah lupa atau berhenti memikirkan dia.


Mereka yang bahasa cintanya adalah receiving gift (menerima hadiah), bagi mereka hadiah itu sangat penting! Jadi, buat kalian yang mungkin pacarnya, istri/suaminya, anaknya, temannya dan kerabat lain yang berkomunikasi dengan bahasa cinta ini, sebaiknya kalian sering-seringlah memberi hal-hal atau benda seperti setangkai bunga mawar misalnya, sering traktir dia makanan atau jajan, memberinya cemilan atau masakan buatan kalian, atau sepulang liburan/keluar kota membawa oleh-oleh untuk orang yang kalian cinta. Dengan begitu, mereka akan sangat merasa bahwa kalian tidak pernah melupakannya, juga merasa sangat berharga dan dicintai.


4. Act of Service (Pelayanan)

Bahasa cinta yang satu ini mengandalkan uluran tangan atau pelayanan dalam mengomunikasikan rasa cinta. Pelayanan atau bantuan itu bisa berupa hal-hal yang bisa membantu meringankan pekerjaan yang sering dilakukan. Misalnya, membantu membereskan rumah, membantu mengerjakan PR atau tugas, berbagi tugas dalam rumah tangga, atau hal-hal yang berupa pelayanan bagi mereka yang menggunakan bahasa cinta act of service (pelayanan). Bahasa cinta ini secara tidak langsung membuat mereka yang berkomunikasi dengan bahasa cinta ini merasa bahwa orang tercintanya mencintai mereka karena memberikan aksi bukan hanya sekadar basa-basi. 


Mereka yang bahasa cintanya adalah act of service (pelayanan), bagi mereka aksi itu sangat penting! Jadi, buat kalian yang mungkin pacarnya, istri/suaminya, anaknya, temannya dan kerabat lain yang berkomunikasi dengan bahasa cinta ini, sebaiknya kalian sering-seringlah membantu mereka dalam mengerjakan hal-hal yang sering dilakukan, setidaknya untuk meringankan tugas atau beban mereka. Mereka akan merasa sangat dicintai karena kalian berbicara dengan aksi, tidak membiarkan mereka berada dalam kesulitan. 


5. Physical Touch (Sentuhan Fisik)

Bahasa cinta yang satu ini mengandalkan sentuhan fisik dalam mengomunikasikan rasa cinta. Sentuhan fisik itu tidak selalu tentang hal-hal yang berbau seksual, tetapi bisa berupa hal-hal kecil seperti pelukan hangat, kecupan mesra, genggaman tangan yang erat, atau belaian rambut yang lembut. Bahasa cinta ini seolah menyalurkan rasa cinta dengan aliran sentuhan fisik dan membuat mereka yang berkomunikasi dengan bahasa cinta physical touch (sentuhan fisik) merasa nyaman berada di dekat orang tercinta. 


Mereka yang bahasa cintanya adalah physical touch (sentuhan fisik), bagi mereka sentuhan itu sangat penting! Jadi, buat kalian yang mungkin pacarnya, istri/suaminya, anaknya, temannya dan kerabat lain yang berkomunikasi dengan bahasa cinta ini, sebaiknya kalian sering-seringlah memberikan pelukan hangat ketika mereka membuat kalian senang, mengusap kepalanya saat kalian merasa bangga terhadap mereka, memberikan kecupan manis sebagai tanda bahwa kalian sedang mengungkapkan rasa cinta. Tanpa harus mengungkapkan cinta secara verbal, sentuhan itu akan berbicara sebagai "juru bicara" tentang rasa cinta yang ada dalam hati kalian kepada orang yang kalian cinta.


Nah, setiap manusia memiliki bahasa cinta yang berbeda-beda, guys! Jangan sampai kalian salah ya dalam mengomunikasikannya. Seperti sebuah mobil yang memiliki tangki bahan bakar yang diisi sesuai dengan jenis mobilnya, manusia juga memiliki tangki cinta yang harus diisi sesuai dengan bahasa cintanya. Jika tangki mobil diisi dengan bahan bakar solar, premium, pertalite, pertamax, dan lain sebagainya, maka tangki cinta manusia juga diisi dengan kelima bahasa cinta yang sudah disebutkan sebelumnya. 


Kalau kalian ingin memahami pasangan atau orang-orang tercinta juga, kalian boleh tuh tanya mereka berkomunikasi dengan bahasa cinta yang mana atau bisa menggunakan web untuk melihat bahasa cinta yang dominan kalian gunakan, salah satunya di web 5lovelanguages (klik di sini) atau kalian bisa cari web lain di google.


Kalau kalian dominan pakai bahasa cinta yang mana, guys


Baiklah, segitu dulu tulisan untuk hari ini. Jangan lupa untuk tetap bahagia dan spread love kepada semua orang ya!

Have a nice day,


Michiko ♡


Sumber:

Photo by Hannah Wright on Unsplash

Chapman, G. D. (2010). "The 5 Love Languages: The Secrets To Love That Lasts". Chicago: Northfield Publishing. 

6 Februari 2018

Pesta Kebahagiaan Curut Raksasa

11:59 PM 0 Comments
Halo! 
Di postingan ini aku mau memberikan kado. Seperti biasanya, memberi kado abadi untuk kawan-kawan yang ada di sekelilingku sebagai bentuk apresiasi terhadap mereka yang bersedia untuk berada di sampingku.

Hari ini, tanggal 6 Februari, siapa yang ulang tahun ya? 

Hari ini adalah ulang tahunnya, Curut Raksasa! Dia adalah pejantan yang memiliki potongan gaya rambut unik. Rambutnya ada buntutnya kayak tikus. Makanya, kali ini aku menyebutnya Curut Raksasa. Dia berbadan pendek untuk seukuran laki-laki, badannya gempal, dan matanya sipit dengan kacamata membuat matanya jadi tinggal berbentuk garis macam tanda setrip. Dia adalah salah satu teman kampusku yang dekat denganku juga. Panggil saja dia Aldo.


Aldo adalah salah satu kawan sekaligus "bestfriend" yang aku punya. Dia suka menemani aku jalan ke mana-mana. Pokoknya kami macam partner in crime lah. Mau jalan, gas aja. Mau nonton, hayuk! Mau adu bacot, diladenin sampai mulut berbusa. Mau berbagi cerita, didengarkan walaupun diulang-ulang kayak kaset rusak. 

Pertama kali berkenalan dengan dia adalah saat semester dua. Sebenarnya kami satu kelas sih di semester satu, tetapi dia ansos, guys. Benar-benar nggak pernah kelihatan di kampus kalau nggak ada kelas. Orangnya juga judes dan sinis banget. Mentang-mentang matanya sipit jadi demen banget sinis sama orang. 

Awalnya, kami kenal lewat chat di LINE. Saat itu, pertama kali memasukkan KRS, maklum maba masih agak bego dan awam tentang dunia perkuliahan. Aku saat itu sedang pulang kampung, meninggalkan perantauan. Kebetulan, ada satu kelas yang mengharuskan aku untuk chat dia, yaitu menanyakan kelas bahasa Mandarin. Wah, ngomong-ngomong kelas bahasa Mandarin, jadi rindu Laoshi dan D'trebbles. 

Baca kisah D'trebbles di sini: Trouble Maker 

Aku tipe orang yang kalau chat dengan orang lain merasa nggak nyaman kalau dicuekin. Sedangkan, saat itu dia balasnya jutek banget. Seadanya gitu. Singkat, padat, jelas. Cuma aku pura-pura haha-hihi aja karena butuh. Nggak disangka, ternyata chat itu berlanjut terus sampai perkuliahan dimulai. 

Saat liburan, aku pernah bercanda buat minta dijajanin. Eh ternyata ada waktu masuk kuliah, aku betulan dibeliin makanan masa. Saat itu sedang jeda antar mata kuliah, aku dipanggil Aldo ke tempat persemayamannya, kursi sofa yang terdapat di depan kipas angin. Sekalian ngadem. Aku dikasih Pocari Sweat yang botol satu liter dan Pocky empat kotak. Sejujurnya, aku nggak enak banget menerimanya. Apalagi itu pertama kalinya aku bertemu dan berkomunikasi langsung dengan dia tetapi dia terlanjur beliin makanan itu buatku. Jadi, aku terima saja. Itu lah interaksi aku dengan dia setelah kami menjadi teman satu kelas selama setengah tahun. Parah gila.

Setelah pertemuan itu, kami jadi lebih dekat. Kami sering hang out bareng, jalan-jalan keliling kota, atau main ke mana aja. Sering juga curhat dan bertukar cerita kalau nongkrong. Kendalanya, dia kalau ngomong suka belibet. Jadi, aku harus berpikir keras sampai otak kopong karena mencerna kalimatnya. Walaupun hasilnya kadang nyambung kadang ngebul tapi sia-sia. 

Aldo ini orang yang baik, tapi gak tahu tuh baik sama semua orang apa cuma pencitraan aja. Eh. Pandanganku sih, dia orang yang cukup setia, katanya dia pernah nggak bisa move on dari mantan gebetannya selama kurang lebih empat tahunan. Terlepas dari umurnya yang lebih muda daripada aku, dia ini punya pemikiran bapak-bapak alias dewasa. Beda jauh dengan sifatku yang manja. Semenjak berteman dekat dengan dia, aku merasa seperti punya seorang kakak, padahal aku anak sulung. Kalau ada masalah, biasanya aku curhat kepada dia dan dia sukarela bantu untuk mencari solusi. Dia juga suka menolong. Kalau ada orang kesulitan, semuanya dia tolongin. Waktu kami sedang mencari makan di luar, ada anak alay yang jatuh dari motornya. Motornya nyungsep ke parit. Temannya malah ketawain doang, tetapi Aldo langsung berhenti makan dan beranjak dari tempat duduk buat tolongin dia. Dia juga orang yang peka. Cemberut sedikit, ditanya. Diam sedikit, ditanya. Kedip sedikit, ditanya. Nafas sedikit juga ditanya.

Kelihatannya sempurna, ya? Eits, nggak juga. Nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan yang seimbang, termasuk Aldo. Dia juga memiliki kekurangan. Sifatnya yang kurang aku suka sih dia orangnya jutek dan judes, sinis, pelit, posesif, dan kepo kebangetan. Orangnya sebenarnya ramah kalau diajak bertegur sapa tetapi dia seperti membatasi lingkaran pergaulannya. Dia juga suka marah kalau aku nakal. Saat yang menyebalkan pasti dia selalu bertanya aku di mana, dengan siapa, semalam berbuat apa? 

Banyak perbedaan di antara kami seperti ras, suku, bangsa, agama, tetapi itulah kegunaannya kami berteman, yaitu untuk saling melengkapi. Inilah contohnya Bhineka Tunggal Ika.

Hari ini adalah hari di mana ia menetas. Nggak banyak yang bisa aku berikan untuknya. Soal kado dalam bentuk barang, anak kos mohon dimaklumi ya. Jadi, aku hanya bisa memberikan secercah doa dan harapan.

Teruntuk Aldo,
Selamat hari brojol. Tuhan memberkatimu. Semoga semua angan dan cita-citamu tercapai. Mudah-mudahan diberi umur yang panjang, sehat selalu, selalu bahagia dan sejahtera dalam hidupnya. 

Baca kado-kado abadi yang lainnya klik di sini

Maaf ya, baru ucapin selamat hari ulang tahun jam 23.59 WIB. Biar jadi orang yang terakhir ucapin ulang tahun. Karena aku suka jadi yang terakhir bagimu. EAAAA APA SIH. 

Oke, sekian kado abadi ini aku berikan untukmu. Jangan lupa, setiap kali ulang tahun datang ke sini ya. Baca ini sebagai kado dari aku kalau aku nggak sempat memberikan kado bentuk fisik untukmu.

Have a nice day, 

Michiko ♡ 

4 Oktober 2016

1001 Alasan Jomblo

11:33 PM 0 Comments
Hello guys! 
Aku balik nih, setelah sebulan lamanya hiatus dari dunia blog. Kali ini pembahasanku agak sedikit mellow karena ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati jadi aku mau curhat. #galau #mabukmicin #butuhasupangizi

Banyak banget pertanyaan yang sering aku dengar dari orang-orang di sekitar aku. Contohnya:
"Kok belum punya pacar?" 
"Hari gini masih jomblo?" 
"Ciyeeee, jomblo kurang belaian."
"Kenapa kok kamu gak pacaran sama dia aja?"
"Kok kamu PHP-in dia, sih?"
"Kalian dekat tapi hanya teman?"
"Kamu kok sok jual mahal?"

Jujur, aku bosan banget mendengarnya. Setiap orang selalu kepo terhadap keputusan hidup orang lain. Aku juga nggak mengerti sih apa alasannya. Ketika aku memilih untuk bebas dari status hubungan alias jomblo, banyak banget yang komentar, entah itu prihatin atau sekadar menyalahkan karena menempatkan seseorang dalam lingkaran pertemanan alias friendzone. Padahal, ada alasan tersendiri mengapa seseorang memilih untuk setia dengan status jomblo itu. 

Alasan Menjadi Seorang Jomblo

1. Friendship di atas relationship

Bagiku, hubungan pertemanan itu lebih penting daripada status hubungan percintaan. Jujur, aku merasa lebih nyaman ketika menjalani hubungan pertemanan. Sebab, aku bisa menunjukkan diriku sendiri apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Aku lebih leluasa untuk bercanda, berbagi cerita, suka dan duka bersama. Ketika aku marah pun, aku bisa mengekspresikannya. 

Sebaliknya, ketika pertama kalinya aku pacaran, aku merasa menjadi orang yang bermuka dua. Aku berusaha untuk menjaga image di depan pasangan. Aku banyak menutupi keburukanku dan segala kelemahanku. Aku berusaha untuk tampil sempurna hanya untuk orang lain dan melupakan jati diriku sendiri. Aku juga nggak terlalu leluasa untuk bercanda karena mungkin takut si doi kesal atau berpikir candaanku kelewatan. Ketika aku mengekspresikan kemarahan pun, doi justru malah ikut-ikutan marah tanpa peduli apa alasan aku marah dan kesal. 

Baca kisah-kisah tentang pertemanan klik di sini

2. Benci kesedihan dan kesalahpahaman

Jujur masa-masa ketika terikat hubungan percintaan itu adalah masa-masa yang bikin aku sering banget sedih atau galau. Aku nggak suka dengan vibes itu karena membuat hari-hariku dan pikiranku kacau. Padahal penyebabnya tuh sebenarnya sepele, misalnya nggak dapat kabar, sms atau chat nggak dibalas, telepon nggak diangkat. Hal-hal seperti itu tuh justru membuat pikiran negatif bermunculan, ujungnya overthinking dan malah jadi sedih sendiri. Hari-hari jadi terasa kelabu karena orang yang diharapkan nggak kunjung datang. #asik

Selain itu, kadang perasaan cinta itu bisa berubah menjadi sebuah obsesi. Kadang, obsesi itu malah mengubah pribadi kita menjadi seorang yang posesif. Misalnya, doi ngobrol sama lawan jenis sebentar saja, hati langsung bergejolak terbakar api cemburu. Doi cuma dapat chat dari lawan jenis yang ada kepentingan, langsung ditanya asal-usul dan bibit bebet bobotnya. Bercanda sedikit aja langsung dituduh selingkuh. Timbul kesalahpahaman, malah bikin tambah stres. 

3. Nggak mau memaksakan perasaan

Bagiku seorang penganut cherish the moment, status hubungan percintaan itu bukan hal yang bisa dipaksakan. Sebab, menurutku esensi cinta yang sebenarnya adalah mencintai dengan tulus bagaimana pun keadaannya. Jadi, kalau punya perasaan suka, ya sudah, just let it flow and enjoy the moment gitu lho, selama masih bisa berada di sisinya, bisa memberikan semangat kepadanya, bisa melihatnya, itu sudah cukup daripada harus memaksakan perasaan orang lain untuk menyukai kita juga. Toh cinta juga nggak bisa dipaksakan kok. Mau mengejarnya ke ujung dunia sampai terjatuh, terbalik, terjengkang, terkayang sekalipun, kalau doi nggak mau, nggak usah maksa apalagi meminta ikatan hubungan percintaan. Bisa-bisa, kehilangan momen itu bahkan kehilangan dia. 

Baca teknik mencintai dalam diam: Secret Admirer 

Balik lagi ke poin pertama, "friendship di atas relationship". Kalau suka, jadilah teman. Jangan datang-datang langsung pepet mau jadi gebetan. Hadeh, yang ada nanti orangnya malah takut. Siapa nih, datang-datang kok mau jadi gebetan, emang situ siapa? Kita kenal? Lagipula kalau berteman, bukankah lebih baik karena bisa menunjukkan sisi asli dari jati dirinya sendiri? Lagipula, kalau sudah jodoh juga nggak akan hilang kok, asalkan tetap berada di sisinya. Jadi, kalau ada yang mendekati dengan niat untuk memiliki, skip deh. Lebih baik mencari yang lain karena berkomitmen itu tidak semudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Kalau dari niat awalnya mengincar hal lain, bisa jadi suatu saat ketika nggak mendapatkan apa yang diincarnya, pasti dia akan pergi juga mencari incaran lain, bukan begitu? Sebab, kalau betulan sayang, nggak mungkin meninggalkan juga.

4. Cinta itu rumit

Sebenarnya kehidupan romansa itu rumit banget. Semacam sebuah neraka yang dibalut oleh topeng indah yang sangat menyenangkan. Padahal, hubungan percintaan itu nggak sesimpel itu. Mungkin banyak banget pasangan yang menunjukkan sisi romantisme dan ke-uwu-an yang bikin hati jadi iri. Tapi sebenarnya di balik itu semua, ada dua orang yang berjuang untuk mempertahankan hubungan. Beruntung, kalau di balik layar mereka harmonis. Namun, bagaimana dengan nasib mereka yang sebenarnya nggak harmonis di balik layar? Misalnya, banyak cekcok, saling nggak bisa mengerti sama lain, banyak air mata yang menetes, kadang nggak bisa toleransi sifat pasangannya. Pokoknya, kalau nggak siap mental, mending nggak usah deh cinta-cintaan. Kata orang, cinta itu bikin goblok. 

Baca tentang bahasa cinta agar mencintai nggak terasa rumit lagi: 5 Bahasa Cinta, Kunci Hubungan yang Harmonis

5. Trauma

Pengalaman yang berhubungan dengan percintaan itu berpengaruh banget dengan kepercayaan seseorang terhadap cinta itu sendiri. Ada orang yang berpikir cinta itu indah karena bentuk cinta di lingkungannya itu baik. Akan tetapi, untuk orang-orang yang berada di lingkungan percintaan yang buruk, mereka akan memandang cinta itu bullshit. Misalnya, keadaannya sebagai seorang brokenhome karena melihat kedua orang tuanya bercerai, mengalami kekerasan dalam hubungan percintaan, atau pernah menjalani hubungan percintaan yang toxic. Itu berpengaruh banget untuk membentuk pola pikir terhadap cinta, apalagi cinta itu nggak bisa diraba atau dilihat karena bentuknya yang abstrak dan terbentuk dalam pola pikir manusia. 

6. Belum cukup dewasa

Seperti yang disebutkan poin sebelumnya, cinta itu rumit. Butuh kedewasaan untuk memelihara cinta. Tanpa kedewasaan, maka cinta itu cuma dianggap sebagai mainan, kesenangan sesaat. Lagipula, tujuan untuk terikat dengan status hubungan itu apa? Main-main saja atau pernikahan? Kalau tujuannya pernikahan, memangnya nggak terlalu muda untuk memulainya? Toh, banyak juga pasangan yang hubungannya kandas di tengah jalan sebelum sampai ke pelaminan. Atau menjalin status hubungan percintaan hanya untuk main-main saja, mengapa harus mengikat dengan status hubungan percintaan? Toh nanti rasa itu akan berubah menjadi obsesi yang berpotensi untuk menyakiti hati dan diri sendiri.

1001 Alasan Jomblo

Sekiranya, begitulah alasan-alasan yang ada di pikiran seseorang yang belum mau menjalin status hubungan. Ini baru poin-poin alasan pribadiku. Entah ada berapa alasan lain yang ada di benak orang-orang di luar sana. Mungkin masih ada 1001 alasan jomblo yang belum terkuak. Jadi, hargai sajalah apabila ada yang memutuskan untuk menikmati masa lajangnya. Toh hidup ini juga nggak selalu tentang cinta dan pacar. 

Sekian tulisan untuk hari ini. Terima kasih atas pengertiannya.

Have a nice day


Michiko ♡

Picture by Лечение наркомании from Pixabay

1 Juli 2016

Aku dan Senja

12:01 PM 0 Comments
Hello!
Aku baru balik nih. Berapa lama nggak nulis? Gara-gara kebanyakan malasnya. Jadi, aku pos di blog semaunya aja hehehe. 

Sekarang ada pembahasan baru nih, gosip terhangat sehangat tahu bulat lima ratusan yang digoreng dadakan gurih nyoy. Ah, jadi pengen tahu bulat. 
Hari ini, aku mau cerita tentang si doi. Kode-kode sedikit lah ya. Hari ini dia ulang tahun. Sebenarnya tulisan ini jadi ajang kode keras gitu deh hahaha. Semoga dia gak baca, mau ditaruh di mana muka aku kalau dia tahu aku bercerita tentang dia? Haduh, malu.

Aku sudah pernah cerita tentang dia sedikit, dia dikisahkan dalam postingan Secret Admirer. Disebutkan bahwa, aku menjadi penggemar rahasianya selama lima tahun. Jadi panggil saja dia Senja karena dia ini sangat tampan di kala senja. Nggak deng, bercanda. Pokoknya, kalau urusan asal-usul nama samaran cuma aku doang yang tahu kisahnya deh, soalnya ini rahasia.

Baca rahasia seorang penggemar rahasia: Secret Admirer


Jadi begini awal mula ceritanya...

HEY AKU DEG-DEGAN.
Ini adalah kisah cintaku di zaman SMP, cinta monyet yang masih bertahan sampai saat ini. 

Aku adalah seorang murid baru di sebuah sekolah Islam terpadu yang cukup dikenal untuk kalangan sekolah yang baru berdiri. Yap, aku merupakan siswa pindahan. Aku masuk ke sekolah ini setelah tiga bulan dimulainya pembelajaran. Di sekolah ini, kelas perempuan dan laki-laki dipisah. Namanya juga sekolah Islam terpadu, harus ada sekat jarak antara perempuan dan laki-laki. 

Nah, dari sini lah dimulainya kisah itu. Kelas perempuan saat semester pertama ada di lantai dua, sedangkan kelas laki-laki ada di lantai satu. Awalnya, kami nggak saling kenal sama sekali. Benar-benar nggak kenal. Jangankan berkenalan, tatap mata atau melihat wajahnya sekali saja sudah malu banget. Semester pertama, aku sama sekali nggak mengenal laki-laki dan banyak sekali desas-desus yang berkata kalau aku ini jutek bin judes. Emang iya sih, soalnya aku memang agak kasar kalau berhadapan dengan laki-laki. Entah kenapa, tapi itu reaksi yang selalu aku berikan kalau berurusan dengan laki-laki.

Semester kedua, kelas perempuan dan kelas laki-laki ditukar. Kelas laki-laki di lantai dua, sedangkan kelas perempuan ada di lantai satu. Dikarenakan kelas perempuan bersebelahan dengan tangga, jadi nggak jarang para siswi duduk di anak tangga, sekadar untuk nongkrong saat istirahat. Tahu sendiri lah ya, jalan untuk lewat kalau dipakai sebagai tempat untuk duduk dan bersantai, nggak bisa dipakai sebagai jalur untuk lewat. Tangga itu menjadi salah satu akses yang bisa dilewati oleh kaum Adam yang mau pergi ke kantin. Biasanya kalau risih, mereka lebih memilih untuk menggunakan tangga di ujung gedung. Tetapi kadang ada juga yang nekat sih melangkahi para siswi yang sedang duduk di tangga. Biasanya, yang berani lewat itu cowok yang agak "bandel" dan kepedean dan sok ganteng walaupun beberapa emang ada yang ganteng. 

Ternyata, kebiasaan duduk di tangga, nggak cuma jadi kebiasaan para siswi tapi para siswa juga sama. Bedanya, mereka nongkrong di anak tangga yang bagian atas yang ada di sebelah kelasnya. Dari sini nih, aku mulai mengenal Senja. Nggak. Bukan berkenalan secara langsung. Lebih tepatnya, digodain oleh guru yang masih muda, yang bisa dibilang gaul lah sama para siswa. Guru ini biasanya ikut nongkrong di tangga atas bareng sama para siswa, sekadar bercanda atau curhat. 

Awal mulanya, saat sedang istirahat jam pertama. Aku baru selesai jajan dan mau kembali ke kelas. Aku sedang melepas sepatu karena di kelas memang nggak boleh pakai sepatu. Saat sedang sibuk lepas sepatu, aku dipanggil sama guru gaul yang lagi duduk di anak tangga atas. Lalu aku menoleh ke atas dengan jajanan yang penuh di kedua tangan. Aku menggubris panggilan guru itu, ya iyalah, masa dipanggil guru nggak menoleh.

Saat itu, aku melihat seorang laki-laki berambut ikal dengan baju biru motif kotak-kotak dan celana putih. Dia duduk tepat di sebelah guru yang memanggilku. Aku cuma sekadar tahu, nama dia Senja.  

Seperti biasa, laki-laki kalau iseng bagaimana sih? Guru itu tiba-tiba berceletuk, "Nad, ada salam dari Senja."

Nah, saat itu aku yang notabene adalah wanita kasar dan jutek, jelas nggak suka kalau digoda seperti itu. Aku mendengus, bibirku ditekuk, dan mendelik judes. Setelah itu, aku pun lewat aja tanpa peduli dengan perkataan guru yang hobinya memasang-masangkan siswa siswi. Aku sadar sih, emang reaksi aku itu agak kurang ajar. Hahaha. Tetapi sebenarnya, aku deg-degan, malu atau senang, entahlah. Bahkan sampai kepikiran juga. Namanya juga bocah, diciein sedikit bisa langsung baper [read: bawa perasaan]. Ternyata, setelah kejadian itu, perasaan aku jadi terasa ada yang beda. Nggak berhenti dalam waktu sehari dua hari saja. Perasaan itu malah berlanjut sampai aku naik kelas. 

Saat itu, sebenarnya aku sudah punya orang yang aku suka. Memang hanya sekadar suka aja, bukan pacar. Tetapi setelah kejadian itu, aku malah nggak bisa melupakannya. Jadi, hatiku terbagi dua. Aku menjadi fans berat seseorang dan--baru sadar--suka dengan Senja juga. Aku mencoba untuk memilih salah satu, Senja bukan pilihanku walaupun perasaan itu sebenarnya masih tersimpan di dalam. Aku nggak mengembangkan perasaanku pada Senja karena lebih fokus dengan orang satunya. Selama satu semester, aku nggak terlalu fokus terhadap perasaanku pada Senja. Jadi, aku nggak terlalu penasaran siapa orang yang dia suka, seperti apa latar belakangnya, atau apa saja hal-hal yang dia suka. 

Semester selanjutnya, aku merasakan hal yang berbeda. Perasaan yang aku simpan dalam-dalam, justru muncul lebih besar. Perasaan suka pada Senja tiba-tiba muncul, mungkin karena saat itu aku juga sedang berpikir realistis karena merasa nggak memungkinkan untuk suka dengan orang yang jauh lebih tua daripada aku apalagi jarak umur yang begitu jauh. Saat itu lah, aku mulai terfokus dengan Senja. Aku mulai penasaran tentang dia, latar belakangnya, siapa orang yang pernah dia suka dan siapa orang yang dia suka saat ini.

Setelah mengulik banyak fakta tentang Senja, ada suatu hal yang mengejutkan. Jelas, aku juga menyesal baru mengetahuinya. Aku mengetahuinya lewat Senja secara langsung melalui SMS. Iya, kami diam-diam kontakan, walaupun memang ada aturan bahwa siswa dan siswi nggak boleh berhubungan lewat mana pun. Tahu sendiri lah, label Islam terpadu dilarang berbicara hal tidak penting kepada yang bukan mahram. Tapi lupakan saja soal itu, kembali ke hal yang mengejutkan saja. Aku terkejut ketika mengetahui orang yang disukai Senja. Senja suka dengan sahabatku sendiri. Benar-benar sahabat dekatku, orang yang selalu pergi ke mana-mana dan mengobrol banyak hal denganku. Walaupun itu masa lalu, tetapi jelas itu cukup membuat aku terkejut. 

Fakta menarik lainnya, yang nggak kalah mengejutkan, ternyata sahabatku juga masih menyukai Senja. Kami baru dekat sejak semester tiga dan dia nggak pernah cerita apa pun tentang orang yang dia suka. Saat masih semester satu, dia pernah suka juga dengan Senja, lalu rasa itu ia kubur dan dia nggak pernah membicarakan tentang perasaannya pada Senja kepada siapa pun, termasuk aku. Ah, kisah cinta macam apa ini. Aku sepertinya memang ditakdirkan hanya menjadi seorang figuran dalam kisah romantis seseorang. Dengan keadaan yang seperti itu, mana mungkin aku bercerita tentang Senja, kan? Bisa-bisa aku dicap sebagai seorang pengkhianat, bahkan persahabatan kami bisa terancam hanya karena menyukai laki-laki yang sama. Sering banget sahabat aku ini menanyakan tentang orang yang aku suka, tetapi aku nggak berani mengungkapkan yang sebenarnya. Jadi, aku jawab orang yang suka adalah orang yang umurnya jauh lebih tua daripada aku, orang yang pernah aku suka sebelum aku menyukai Senja. Nama Senja jangan sampai disebut dalam keadaan ini. Orang-orang di kelasku pun, jadi tahu kalau aku suka dengan orang yang jauh lebih tua daripada aku, padahal saat itu sebenarnya aku sudah move on dan hatiku tertambat pada Senja. Walaupun sahabatku pernah bilang, nggak masalah kalau misalnya aku suka dengan Senja, tetapi untukku rasanya kurang etis saja sih apalagi dia belum melupakan Senja. 

Berbicara tentang SMS dengan lawan jenis, sebenarnya aku mendapatkan nomor Senja nggak mudah dan mencari topik untuk mempertahankan obrolan juga sulit. Apalagi di bawah ancaman peraturan kalau berhubungan dengan lawan jenis akan dipanggil ke ruang kepala sekolah. Ngeri juga. Tetapi dengan kedok kepentingan, aku menghubungi Senja lewat salah satu media sosial dan mendapatkan nomornya. Setelah mendapatkan nomornya, aku bimbang harus aku hubungi atau nggak, antara mau dan malu. Akhirnya, aku menghubungi dia. Awalnya, mengangkat topik tentang OSIS, saat itu kami tergabung dalam divisi OSIS yang sama. Semakin lama, semakin sering kami berkomunikasi. Awalnya penting, lama-lama jadi basa-basi nggak penting, bahkan sampai aku tahu siapa saja orang yang pernah disukai Senja karena kami sering berbalas SMS. Kadang, aku curi-curi pandang ke arah Senja ketika sedang rapat OSIS. 

Selama satu semester aku bertahan, berusaha menutupi semua. Aku pura-pura nggak tertarik kalau ada yang membicarakan Senja. Lama kelamaan, salah tingkah juga. Aku nggak bisa mengontrol reaksiku saat ada suatu hal yang berkaitan dengan Senja. Ternyata, rasa itu makin membuncah dan nggak mau disembunyikan lagi sehingga menimbulkan kecurigaan. Bukan Senja yang curiga, tetapi teman-teman satu kelasku. Senja sih mana peka soal begituan. Lagi pula, mustahil juga Senja akan membalas perasaanku kalau dia tahu tentang perasaanku. Toh saat itu aku juga jelek, sedangkan Senja... sulit membayangkannya kalau kami bersanding. Bisa jadi kisah Beauty and The Beast, tapi aku yang jadi beast.

Satu tahun jabatan berakhir, jabatan dalam organisasi pun harus berakhir. Saat-saat terakhir untuk menghubungi Senja dengan kedok mengoordinasikan laporan pertanggungjawaban. Kami makin asyik SMS-an, dia juga nggak seformal dulu dan lebih banyak curhat. Aduh jadi nyaman, bau-baunya aku berada di friendzone. Aku nggak masalah sih, lebih baik Senja nggak tahu perasaanku daripada dia menjaga jarak setelah mengetahuinya. Setelah pengumpulan laporan pertanggungjawaban, aku nggak pernah berhubungan dengan Senja lagi selama tiga bulan. Aku juga nggak galau atau sedih sih karena saat itu aku sibuk persiapan Ujian Nasional dan membuat novel. Aku jadi nggak terlalu sering memikirkan Senja, lagi pula aku masih bisa kok melirik Senja di ruangan sebelah kalau akan pergi ke kantin karena ruang kelas kami bersebelahan. Dasar mata nakal. Di semester itu pula, desas-desus menyebar ke penjuru kelas bahwa aku menyukai Senja. Saat itu pula, hubunganku dengan sahabatku menjadi renggang, mungkin karena dia tahu juga aku suka dengan Senja. Barangkali dia merasa terkhianati. Maafkan aku ya, perasaan aku nggak bisa berhenti untuk menyukai Senja. 

Menjelang Ujian Nasional, kelas sembilan diajak rekreasi dan doa bersama. Hitung-hitung sebagai ajang untuk refreshing setelah diserang try out bertubi-tubi. Saat itu aku sedang dekat dengan Big Mama dan si Tomboy. Mereka menemaniku yang sedang makan di bus pariwisata, sedangkan yang lain sedang menikmati makan siangnya di taman. Saat itu, rupanya Senja duduk di belakangku. Si Tomboy yang usil dan suka ceplas-ceplos, dengan entengnya berbicara dengan Senja.

"Senja, mau makan nggak?" 

"Mau. Mana makanannya?" Senja sih mau-mau saja kalau dikasih makanan.

Si Tomboy menunjukku dengan dagu. "Tuh, minta ke Nad."

Aku yang sedang menggigit ayam, melirik ke arah si Tomboy, melotot dengan galak. Sialan, bisa-bisanya si Tomboy usil begitu.

Si Tomboy tertawa. Dia malah memprovokasi. "Nggak apa-apa, Nad. Terakhir, sebelum kelulusan biar dia tahu."

"Mana?" Senja mencari makanan. Entah dia mendengar ucapan si Tomboy barusan atau nggak. Sepertinya sih kedengaran, tapi dia pura-pura nggak peka.

"Senja, mau makan bareng Nad, nggak?" Si Tomboy tersenyum usil sambil menunjukku. "Tuh, diajak makan bareng sama Nad."

Aku melotot, memandang si Tomboy dengan tatapan galak. Emang, ini orang minta digetok kayaknya.

Senja melirik ke arahku, lalu dia tersenyum. "Nggak ada makanannya hehehe."

Si Tomboy tiba-tiba merebut wadah makanan yang aku pegang, menyodorkannya kepada Senja. Senja mengintip ke dalam isi wadah. Aku hanya bisa mengerutkan alis, mulai kesal dijahili si Tomboy terus-terusan.

"Ayam, bukan?" Senja melirik si Tomboy. "Nggak mau ah, tadi sudah kenyang makan ayam. Kirain makanan yang lain." Senja berlenggang melintas dan pergi.

Dasar si Tomboy menyebalkan! Kejadian ini bikin aku merasa malu banget, tetapi ada sedikit rasa berbunga-bunga juga sih karena sudah lama aku nggak berkomunikasi dengan Senja. Kejadian itu, membuat aku menghindar setiap kali akan berpapasan dengan Senja. Melihat wajah Senja, membuat aku malah teringat kejadian di dalam bus.

Setelah pulang rekreasi, semester terakhir di sekolah itu, kami mulai fokus belajar untuk menghadapi Ujian Nasional. Satu angkatan dipecah menjadi beberapa kelas, kalau nggak salah lima kelas, diurutkan berdasarkan ranking try out berturut-turut. Saat itu, aku masuk ke kelas A bersama orang-orang yang hampir semua pintar. Ternyata, Senja juga termasuk di dalamnya. Aku satu kelas dengan Senja. Senang tapi malu, aku belum bisa melupakan kejadian itu dan pipiku selalu memanas setiap kali berpapasan dengan Senja. Kelas A seringkali dibiarkan belajar mandiri, dibebaskan juga menentukan lokasi belajar asalkan tidak berpecah. Namanya juga masih pelajar, surganya sudah pasti kantin, jadi kami memilih kantin untuk belajar. Kami belajar bersama, membentuk dua lingkaran, satu lingkaran untuk sekelompok laki-laki, satu lingkaran untuk sekelompok perempuan. Kadang kami saling diskusi menemukan jawaban bersama. Sejak saat itu, aku nggak canggung lagi untuk berkomunikasi dengan Senja--tampaknya dia juga sudah lupa. 

Setelah ujian berakhir, kelas sembilan latihan untuk pertunjukan acara perpisahan. Kabarnya, Senja akan mendaftar di sekolah yang sama denganku. Wah, kesempatan untuk SMS-an lagi dengan Senja. Basa-basi menanyakan pendaftaran sekolah. Sudah lama banget aku nggak menghubungi Senja, mungkin hampir satu tahun. Akhirnya, kami saling bertukar informasi sambil menyelipkan sedikit curhat dan canda. Sampai tiba waktunya untuk pergi. Aku kira pendaftaran sekolah akan ditutup sebelum digelarnya acara perpisahan sehingga aku nggak ikut perpisahan. Aku merantau sebelum waktunya.

Kamu tahu apa yang terjadi setelah itu?

Saat aku berhenti di perjalanan untuk mampir di sebuah restoran untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan yang panjang lagi, teleponku berbunyi. Nomor yang nggak dikenal muncul di layar. Sebenarnya, aku enggan mengangkatnya karena takut telepon jahil tetapi akhirnya aku angkat juga karena takut ada hal yang penting.

"Halo, assalamu'alaikum." Suara di ujung telepon menyapa, suaranya lembut dan adem.

"Wa'alaikum salam. Maaf, ini siapa?" Aku bertanya karena nggak mengenali suaranya. Aku yakin itu bukan suara teman sekelasku karena mereka kalau berbicara nyaring seperti monyet Ragunan.

"Ini ibunya Senja."

S H O C K!

K A G E T.

Aku menarik napas dalam dan menahannya. Aku nggak mau suara napasku mengganggu dan menyinggung ibunya Senja. Gugup.

"Kata Senja, Nad mau masuk ke sekolah yang sama juga, ya?"

Ih, Senja cerita tentang aku ke ibunya. Aku senyum-senyum malu, nggak jelas. 

"Iya, Tante."

"Boleh tanya, nggak? Pendaftaran sekolah sebenarnya sampai tanggal berapa?"

"Sampai tanggal sekian Mei, Tante." Anggaplah aku menyebutkan tanggal. Jujur, aku lupa. "Tapi nanti kayaknya ada gelombang yang kedua."

"Oh begitu." Ibunya Senja terdiam sejenak. "Katanya, Senja mau ikut perpisahan dulu. Kasihan masa-masa terakhir dengan teman-teman."

"Oh begitu ya, Tante." Aku mengangguk walaupun ibunya Senja nggak bisa melihat anggukanku. "Masih bisa kok nanti ikut gelombang kedua."

"Ya sudah, nanti Senja ikut yang gelombang dua saja. Sekarang Nad sudah berangkat?"

Aku mengangguk lagi. "Iya, sudah, Tante."

"Sudah sampai mana?"

Aku melirik papan reklame restoran. "Sudah sampai Pekalongan. Ini lagi istirahat buat makan."

"Oh gitu, kalau gitu hati-hati di jalan ya, Sayang." 

S-A-Y-A-N-G. Suara lembut ibunya Senja membuat aku meleleh. Aku tersenyum lebar. "Iya, Tante, terima kasih ya."

"Iya, Sayang, sama-sama. Tante tutup ya, assalamu'alaikum."

Telepon terputus. Aku melompat senang nggak karuan. Senyuman merekah dan wajah memerah. Ibuku sampai penasaran apa yang membuatku kegirangan.

"Telepon dari siapa?"

"Calon mertua."

Bodo amat. Aku keceplosan tiba-tiba bilang begitu di depan ibuku. Aku terlalu senang. Jantungku berdebar dengan kencang. Senang sekali dipanggil "sayang" oleh orang tuanya Senja. Aku semakin baper lah.

Itulah perjalananku menjadi penggemar rahasia Senja selama tiga tahun. Sebenarnya, aku masih bingung. Apakah aku masih menyukai Senja atau nggak? Karena aku masih menutup pintu hati dan nggak membiarkan orang lain masuk untuk mengisi. Setiap aku mau membuka hati, aku malah teringat Senja lagi. Bisa dibilang ini sudah tahun ke-lima aku menjadi penggemar rahasianya. 

Baca juga kisah-kisah bucin lainnya klik di sini

Sekian kisah tentang Senja. Sepertinya sepotong kisah ini sudah terlalu panjang. Jadi, kapan-kapan lagi aku menceritakannya.

Have a nice day,


Michiko ♡

15 Juni 2016

Long Distance Relationship

8:31 AM 0 Comments
Long Distance Relationship atau yang biasa dikenal LDR oleh para remaja masa kini artinya adalah hubungan (pacaran) jarak jauh. Maksudnya, disaat seseorang menyandang status LDR, bisa diartikan bahwa seseorang itu memiliki kekasih yang berada nun jauh di sana, entah di kota yang berbeda, atau di provinsi yang berbeda, atau di negara yang berbeda, atau di planet yang berbeda (boleh juga). Mungkin yang kekasihnya masih berada jauh di catatan takdir, bisa juga disebut LDR.


LDR ini biasanya terjadi ketika masa SMA nih, yang mana kisah kasih di sekolah berlanjut ke kisah kasih masa kuliah. Biasanya, terpisah jarak karena berbeda perguruan tinggi. Jadi, mereka yang berada di daerah, provinsi atau bahkan negara yang berbeda terpaksa harus menjalani hubungan jarak jauh ini. Istilah long distance relationship ini berlaku buat kamu yang sudah pernah bertemu dengan orangnya, tahu bentuknya kayak apa, tingginya seberapa, intinya melihat dia secara langsung kemudian harus menjalani hubungan jarak jauh. Kalau pacaran lewat sosial media doang sih beda lagi namanya, orang bilang love cyber relationship.

Long distance relationship ini untuk beberapa orang mungkin nggak segampang itu untuk dijalani karena harus mempertahankan hubungan dengan batas jarak di antara kedua belah pihak alias benar-benar harus ekstra supaya hubungan tetap mulus berjalan lancar. Hubungan jarak jauh ini punya sisi positif dan negatif, penjelasan lebih lanjut bisa disimak pada poin-poin berikut ini.

Sisi Positif Long Distance Relationship

1. Nggak ada pertengkaran fisik

Jelas banget lah ya, nggak akan ada pertengkaran fisik di antara keduanya karena emang kedua belah pihak dipisahkan oleh jarak. Nggak akan ada drama tampar-tamparan, jambak-jambakan, atau cubit-cubitan.

2. Hemat

Poin yang ini memang betul banget. Disebabkan oleh jarak yang jauh, maka nggak perlu tuh ajak jalan setiap saat. Jadi, nggak perlu keluar uang untuk makan, jalan-jalan, atau bensin. Uang yang dibutuhkan paling untuk beli pulsa dan kuota. Hanya saja, mungkin bakal keluar ongkos banyak jika mau sekali-sekali bertemu melepas rindu karena menempuh jarak antar kota, provinsi, atau negara. Cuma kan itu paling sebulan atau setahun sekali.

3. Membuat hubungan lebih intens

Percaya nggak, kalau long distance relationship itu justru membuat hubungan menjadi lebih intens? Sebab, jika ada masalah pasti kedua belah pihak harus mengomunikasikannya dan mencari jalan keluar bersama-sama jika ingin mempertahankan hubungannya. Jadi, komunikasi bisa berjalan dua arah dan nggak ada yang lari dari masalah. Kalau seandainya satu belah pihak lari, itu tandanya memang hubungannya memang harus diakhiri. 

Sisi Negatif Long Distance Relationship

1. Mudah salah paham

Tulisan itu sangat rancu maknanya kalau dibaca dengan intonasi yang berbeda. Ujungnya, justru menimbulkan kesalahpahaman atau malah jadi ribut. Padahal, long distance relationship itu biasanya mengandalkan chat untuk saling bertukar kabar. Jadi, harus hati-hati kalau mau membalas pesan. Salah salah kata, bisa diamuk ibu negara. Belum lagi, kalau nggak ada kabar, pasti di kepala isinya hal-hal yang menduga-duga seperti dia selingkuh, nggak mau balas chat, bosan, atau hal-hal yang ujungnya malah membuat overthinking sendiri.

2. Sulit melepas rindu

Jarak yang memisahkan itu membuat kedua belah pihak jadi sulit untuk bertemu. Seringkali dihampiri rasa rindu tetapi terhalang waktu, mungkin salah satunya sibuk belum punya kesempatan untuk menghampiri, atau belum ada ongkos untuk menyeberangi lautan. 

3. Cinta memudar

Untuk sebagian orang, long distance relationship merupakan hubungan yang sangat menantang. Misalnya, beberapa orang yang gaya pacarannya adalah menghabiskan waktu bersama atau bertukar afeksi, biasanya mereka akan kesulitan untuk menjalani hubungan jarak jauh ini. Sehingga cenderung lebih suka mencari pengganti yang mungkin lebih bisa hadir di sisi dan memberi afeksi secara langsung. Hal ini bisa berujung hubungan berakhir atau diselingkuhi.

Kunci Utama dalam Menjalani Hubungan Asmara 

Ada 2 kunci utama dalam menjalani hubungan; komunikasi dan kepercayaan. 

Setelah memaparkan sisi positif dan sisi negatif dari hubungan jarak jauh, ada beberapa hal yang perlu kalian ketahui untuk memelihara hubungan yang terpisah oleh jarak.

1. Komunikasi

Komunikasi itu sangat penting. Jalin komunikasi yang baik, komunikasi ini harus dijaga oleh kedua belah pihak. Sebab, komunikasi yang baik itu harus berjalan dua arah, bukan hanya satu yang mempertahankannya. Sesibuk apa pun, sempatkanlah untuk bertukar kabar, setidaknya memberitahu sampai kapan kamu akan sibuk dan kapan bisa dihubungi jika kesibukanmu benar-benar nggak bisa diinterupsi. Dengan begitu, doi nggak akan berpikir negatif dan akan tetap merasa kalau kamu punya waktu untuk dia.

Selain itu, apa pun yang dirasakan sebaiknya dikomunikasikan. Misalnya, keinginan untuk bertemu, rindu, marah, kesal, atau apa pun itu sampaikanlah, jangan pakai kode-kodean. Doi kan bukan anak pramuka yang paham kode atau cenayang yang tahu isi hati kamu. 

2. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan kunci dalam setiap hubungan. Tanpa kepercayaan, pasti selalu akan ada celah yang membuat hubungan berantakan dan jadi sering bertengkar. Maka dari itu, selalu berpikir positif, sebab kadang keributan itu terjadi karena pikiran yang terlalu menduga-duga dan negatif melulu. Jangan mudah cemburu buta, lihat doi cuma bahas tugas aja bisa ngamuk kayak mengajak perang saudara, justru itu membuat hubungan jadi terkekang dan terancam bubar. Selain menaruh kepercayaan kepada orang tercinta, kalian juga harus menjaga kepercayaan orang yang mencintai kalian alias jangan disalahgunakan kepercayaannya. Intinya harus saling jaga.

Baca juga tips-tips lainnya tentang percintaan klik di sini

Setelah menguraikan hal-hal tersebut, bagaimana sudut pandangmu terhadap hubungan jarak jauh?
Kira-kira bakal kuat nggak kalau menjalaninya? Atau kamu punya kisah long distance relationship juga? Boleh banget lho, sharing sama aku di kolom komentar atau lewat formulir kontak.

Sekian untuk pembahasan kali ini, sampai jumpa di lain kesempatan.
Have a nice day,


Michiko ♡

21 Januari 2016

Secret Admirer

5:14 AM 0 Comments
Secret artinya rahasia. 
Admirer artinya penggemar. 
Kalau digabung, secret admirer artinya rahasia penggemar. Eh, nggak deng. Penggemar rahasia. 

Siapa di sini yang jadi penggemar rahasia seseorang? Ayo angkat tangan! Kalau iya, berarti kita sama! 
Sebagai penggemar rahasia senior (kayak apaan aja jadi senior), aku mau mengupas rahasia penggemar rahasia. Mengupas dari sudut pandang fakta, suka, dan duka serta berbagi sedikit pengalaman. Siap?

Penggemar rahasia

Apa itu secret admirer?

Secret admirer adalah penggemar yang dirahasiakan. Maksudnya, kita menggemari seseorang tetapi dia nggak tahu kalau kita adalah penggemarnya. Kalau ngomongin soal cinta bertepuk sebelah tangan sih, sudah jelas pasti bertepuk sebelah tangan, wong dia aja nggak tahu kalau kita suka sama dia. Biasanya, kerjaan secret admirer itu cuma diam saja sih. Diam-diam menyimpan rasa. Diam-diam memperhatikan dia. Diam-diam memikirkan dia. Diam-diam mendoakan dia. Diam-diam salah tingkah. Diam-diam senyum sendiri. Pokoknya, diam.

Mungkin orang-orang yang nggak pernah jadi secret admirer pasti berpikir, apa susahnya buat confess your feeling? Kalau dia nggak tahu perasaanmu, bagaimana mungkin dia bisa membalas perasaanmu? Begitu, kan? Secara logika, benar. Dia nggak akan tahu tentang perasaan kita apalagi membalasnya. Akan tetapi, seorang secret admirer memiliki hal lain yang dipertimbangkan. Rasa ketika mencintai dalam diam dan mencintai ketika sudah memiliki itu berbeda. Ketika mencintai seseorang dalam diam, seorang secret admirer tahu bahwa rasa yang ada di hatinya bukan nafsu untuk memiliki dia tetapi memang ketulusan untuk melihat orang yang dicintainya bahagia. Pada titik inilah, perasaan seseorang diuji. Lebih banyak makan hati sih. Namun, kita juga tahu esensi cinta yang sejati itu seperti apa. Bukan masalah menyakiti diri sendiri. 

Apa untungnya jadi secret admirer?

1. Nggak malu

Perasaan yang dimiliki itu sifatnya rahasia. Nggak ada satu orang pun yang tahu tentang perasaan yang kita punya kepada orang yang kita suka, kecuali diri sendiri. Poin nggak malu di sini berlaku di banyak sisi. Misalnya, ketika confess tentang perasaan kepada dia, ada kemungkinan 50:50 apakah perasaan itu dibalas atau nggak. Kalau dibalas sih, beruntung. Tetapi, kalau nggak dibalas? Double kill: patah hati dan malu karena dia tahu. 

Selain itu, kalau lingkungan pertemanan tahu tentang perasaan itu, biasanya jadi hot issue. Jadi bahan obrolan dengan circle orang lain, kadang juga kedengaran sampai ke seluruh penjuru dunia. Oke, ini lebay. Jadi trending topic bahan gibah orang lain itu nggak enak, apalagi kalau urusannya tentang personal banget macam kisah cinta. Belum lagi, sering banget diciein sama orang-orang di sekitar.

2. Menjaga perasaan orang lain

Kok bisa menjaga perasaan orang lain? Iya, bisa. Secret admirer itu turut andil dalam menjaga perasaan fans dia yang lain. Seandainya, banyak orang yang naksir dengan dia, pasti mereka juga akan merasa patah hati kalau dia sudah punya gebetan. Apalagi kalau dua orang sahabat suka dengan satu orang yang sama, apa akan secara gamblang berkata kalau mereka orang yang sama? Pasti salah satu ada yang diam dan memendam.

3. Latihan akting

Kebanyakan, orang yang sedang jatuh cinta itu sering banget salah tingkah di depan orang yang dia suka. Akan tetapi, sebagai seorang secret admirer jelas harus menahannya karena dalam misi menjaga kerahasiaan perasaannya. Kadang ada hal yang membuat bahagia, dia harus tahan dulu untuk tersenyum sendiri dan pura-pura biasa saja. Kadang ada hal yang membuat sedih, dia juga harus tetap menyesuaikan keadaan. Hitung-hitung, latihan untuk berakting, kan?

4. Bisa bersahabat dengan doi

Sebenarnya ini level paling expert--apaan deh. Sebab, kalau mengambil langkah ini ada keuntungan dan kerugiannya. Dengan menjadi teman dia, mungkin seorang secret admirer akan merasa senang karena bisa berada di dekat dia. Akan tetapi, risikonya juga besar, mungkin dia hanya menganggap teman alias dimasukkan ke dalam friendzone. Lebih tinggi lagi, mungkin seorang secret admirer akan mengetahui siapa orang yang doi suka. Ini sih sudah next level of broken heart.

5. Mendoakan orang lain

Ketika sedang jatuh cinta, setiap orang pasti selalu memikirkan tentang orang yang dia suka. Kadang namanya juga terselip di dalam doa. Biasanya sih, contoh doanya begini:
"Ya Tuhan, jodohkanlah aku dengan orang seperti dia. Kalau tidak ada yang seperti dia, dia saja gak apa."
Bahkan ada doa yang lebih maksa:
"Ya Tuhan, jika ia jodohku dekatkanlah, jika ia bukan jodohku maka jodohkanlah."
Maksa banget emang ya, tetapi dengan mendoakan dia terkadang akan terlintas juga doa untuk kebahagiaan dia, kesehatan dia, supaya bisa selalu melihat doi yang sehat dan bahagia

6. Patah hati nggak sesakit diputusin

Setiap hari, seorang secret admirer pasti makan hati karena doi. Mungkin karena terlatih patah hati, makanya seorang secret admirer nggak akan merasa dijatuhkan ekspektasinya sendiri. Ibaratnya, seorang secret admirer itu sedang menaiki anak tangga, baru sampai di tengah jalan dia terjatuh sendiri. Sakit, mungkin terkilir tetapi nggak sampai patah tulang. Berbeda ceritanya jika dibantu oleh orang lain untuk menaiki tangga itu [read: pacaran], satu per satu tangga dinaiki sampai puncak lalu dilepaskan genggamannya dan didorong sampai terjatuh. Sakit, bukan main, bahkan tulang mungkin bisa remuk karenanya. Berbeda, kan? Rasa sakit karena diri sendiri dan rasa sakit karena orang lain itu rasanya berbeda jauh. 

Apa ruginya jadi secret admirer?

Hanya satu. Iya, hanya satu aja. Hati jadi cemilan sehari-hari.
Kalau ini jelas, doi bukan punya kita, bahkan dia pun gak tahu sedikit pun tentang perasaan kita. Jadi, sudah pasti ada kemungkinan doi melakukan apa yang kita nggak sukai, berinteraksi dengan orang yang paling membuat kita cemburu, atau bahkan ada kemungkinan dia menyukai orang lain.

Baca juga jeritan hati seorang penggemar rahasia: Surat Terkutuk

Nah, itu sedikit fakta, suka, dan duka menjadi seorang secret admirer. Bagaimana dengan pengalaman menjadi secret admirer? Ceritanya aku mau kasih testimoni hahahaha.

Salah satu kisah seorang secret admirer

Pada zaman dahulu kala, pertama kali aku bertemu dengannya. Kutatap kerlingan matanya mempesona, membuat jantung berdebar kencang. Dibuat kelu lidahku tak mampu berucap. Merinding romaku seperti melihat malaikat. Dibuat malu setiap kupandang senyuman yang tersungging di bibirnya. Halah, alay.

Sejak menyadari suka dengan seseorang, aku nggak berani untuk mengungkapkan. Hanya bisa memandang dia dari jauh. Setiap dia berada di lapangan, entah itu main basket atau futsal, aku selalu memperhatikannya dari jendela kelas. Aku nggak berani blak-blakan bilang ke siapa pun kalau aku suka dengan dia, termasuk sahabatku sendiri. Jadi, aku harus pendam rasa itu sendiri. Jadi, segala hal tentang dia aku pendam dalam hati.

Sampai pada suatu ketika, ada sesuatu hal yang menakjubkan. Aku terkejut dibuatnya. Ada project yang harus kami kerjakan bersama. Oh jelas, hati berbunga-bunga. Ingin melompat kegirangan, tetapi ada orang-orang di sekitarku. Jadi, aku harus berlagak biasa saja, padahal hatiku senangnya nggak karuan. Lewat project itu, aku lebih banyak berinteraksi dengan si doi. Itulah yang membuat aku menjalin pertemanan yang cukup baik dengan si doi. Setelah beberapa waktu, sudah merasa cukup nyaman, dia pun nggak sungkan menceritakan seseorang yang sedang dia sukai. Rasanya agak sesak, cemburu, tapi ya sudahlah. Sesakit apa pun itu, ya sudahlah. Asalkan dia masih bisa tersenyum sama aku.

Setelah memendam rasa selama lima tahun, aku belum juga mengungkapkannya. Bahkan, sampai detik ini pun dia nggak tahu kalau aku masih menyukai dia. Aku berusaha untuk move on, tetapi selalu saja gagal. Sekiranya, begitulah sepotong kisah aku sebagai seorang secret admirer. Kapan-kapan akan aku ceritakan dia secara detail. Sudah ah, sesi curhat ditutup. 

Untuk kamu, seorang secret admirer, semangat teman seperjuangan! 
Suatu saat doi akan menyadarinya. Seandainya dia nggak sadar juga, pasti ada yang lebih baik dari doi.
Sekian untuk hari ini, terima kasih untuk yang baca. Kiss bye! 

Have a nice day


Michiko ♡

Photo by freestocks on Unsplash

16 Desember 2015

It Is Over

2:54 PM 0 Comments
Cover: It's Over


Mataku membengkak. Tangisan mengisi keheningan malamku. Air mataku terus berjatuhan tak bisa kuhentikan. Mataku perih, terasa kering karena aku kuras. Kelenjar air mataku mengkerut kehabisan persediaan air mata. Tisu yang mengisi sebuah kotak kini tersisa beberapa lembar. Tisu itu menyerap semua air mata yang terjatuh. Kini lembaran tisu itu tak berarti seperti suatu hal yang aku tangisi. Mengapa? Mengapa semua harus terjadi kepadaku? Aku pun tak mengerti. Aku melakukan apa hingga terjadi seperti ini? Bukan aku yang salah! Aku bukanlah seseorang yang harus terus disalahkan.

“Mengapa?!” Aku berteriak sambil mengacak ranjangku yang rapi. Aku seperti orang gila yang bingung sendiri akan perjalanan hidup. Aku frustasi. Teriakku memecah kesunyian malam itu. Namun, siapa peduli? Hatiku lebih sakit daripada telinga orang yang mendengar jeritanku malam itu.

Aku tersudut di kamarku. Rambutku berantakan, kamarku juga. Entah apa yang merasukiku, aku frustasi akan semua yang terjadi. Aku tak tahu harus dengan cara apa menjalani semua ini.

“Jangan salahkan aku lagi! Ini sudah cukup!” Aku menutup telingaku, menjambak rambutku sendiri, dan memejamkan mataku berharap mataku tak akan memandang dunia ini lagi.

Air mataku mengalir lagi. Aku benar-benar bertingkah seperti pasien Rumah Sakit Jiwa. Aku mengambil foto yang terpajang di meja sebelah ranjangku. Menatap tajam pada sosok didalam gambar tersebut. Aku seolah mengajaknya bicara. Namun, gambar itu hanyalah menampakan senyuman penuh dustanya. 

“Jangan salahkan aku, aku tak berbuat apa-apa. Sebenarnya siapa yang harus disalahkan? Aku atau kamu?!” Aku terisak didalam tangisku yang sia-sia. “Mengapa semuanya selalu berbalik padaku?! Kamu menyalahkan aku, semua menyalahkan aku.”

Aku kesal karena ia tak menjawabku. Aku melempar foto itu hingga kacanya pecah. Aku memeluk tubuhku sendiri berharap semua ini hanya mimpi. “Mengapa? Mengapa harus begini? Aku tak sanggup jika kamu terus menyalahkan aku atas semua kesalahan yang kamu perbuat. Apa kamu tak pernah berpikir rasanya dicambuk tanpa kesalahan? Sakit!”

Aku mengingatnya kembali. Sebelum aku mulai gila seperti ini.

***

“Aku tak mau percaya lagi denganmu!” bentakku memukulnya dengan kekuatan yang aku punya. Ia tetap menepis tanganku dan memintaku untuk menjelaskan semua yang aku bicarakan. Aku tak peduli apapun reaksinya, aku tak akan menghentikan pukulan itu.

“Tenanglah!” Ia menggenggam tanganku yang tak mampu terlepas dari genggamannya.

“Lepaskan aku! Kamu lelaki sialan!” Aku melawan genggaman tangannya dan terus memakinya tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Amarahku telah sampai pada puncak, memecahkan termometer pada pikiranku.

Aku hilang kendali tak mampu berpikir apa pun. Segala yang kukatakan, bahkan yang kulakukan benar-benar tak kusadari. Aku tetap memberontak, meski dia terus menggenggam tanganku.

“Tenanglah! Jelaskan padaku apa yang terjadi?” Ia memeluk tubuhku dengan erat. Aku menolak pelukannya, mendorongnya kuat hingga ia melepas pelukannya.

“Lelaki sialan! Kurang ajar! Janjimu kosong, aku tak percaya lagi padamu!!!” aku membentaknya. Tak kusadari air mataku jatuh begitu saja.

Ia menghapus air mataku, aku menepis tangannya. Ia menggenggam kedua pipiku dan menciumku. Namun, aku tak segan untuk menamparnya dengan telapak tanganku.

Ia menyentuh pipi yang habis kutampar. Ia menatapku bingung, “Kamu ini kenapa?! Jelaskan, aku tak mengerti!”

“Kamu lelaki tak tahu diuntung! Kamu bilang kamu gak akan pernah menduakan aku!”

“Aku gak pernah menduakan kamu!” seketika nada suaranya mulai tegas.

“Kamu bohong! Lelaki pendusta! Kamu hanya memanfaatkan aku kan?”

“Cha, aku gak mengerti apa maksud kamu! Aku manfaatin kamu?”

“Iya! Kamu hanya jadiin aku pembantu kamu kan? Sebagai penopang hidup kamu, kamu kuras harta aku. Kamu bilang hanya aku yang ada di hati kamu, dan kamu manis seperti orang baik di hadapan aku.”

“Cha! Aku tak pernah seperti yang kamu bilang!” Ia marah ketika aku berbicara padanya dengan kata-kata yang mungkin menyinggungnya.

“Apa buktinya kalau kamu gak begitu?! Kamu sama seperti lelaki lain! Kamu manis didepanku seperti kucing tapi ketika kamu ada di belakangku? HAHA, kamu seperti anjing yang bermain dengan wanita lain!”

“Anjing?! Kamu bilang seperti anjing?”

“YA! Kamu seperti anjing!”

Ia mengepalkan tangannya geram. “Apa maksudmu sampai kamu berkata begitu?! Apa salah aku hah?!”

“Kamu masih bertanya? Kamu ini pura-pura gak tahu atau goblok hah?!”

“Kamu jelaskan! Aku bukan pembaca pikiran yang bisa mengerti apa yang kamu pikirkan!” bentaknya.

Aku tak menyangka dia membentakku begitu. Baru satu kali ini dia membentakku, berbicara dengan raut wajah yang mengkerut, dan urat leher yang terbentuk.

Tak kusadari, air mataku jatuh. “Kamu pasti tahu kejadian kemarin! Kemarin kamu melihatku, tapi kamu sama sekali tak mengerti perasaan aku!”

“Maksudmu apa? Apa kaitannya dengan perasaanmu?!”

“Kamu gak sadar juga?! Kamu pegangan tangan dengannya! Kamu peluk dia! Dan aku yang melihat kamu seperti itu, tersayat hati aku Dim! Aku pergi tapi kamu gak peduli!”

“Hahaha, itu sepupuku, bodoh!” Ia memukul tembok yang digunakannya untuk bertumpu. Seraya membuatku kaget juga karena bentakannya.

“Bohong! Aku lihat kamu peluk mesra dengannya! Aku lihat tatapan kamu, seakan punya perasaan dengannya! Kamu diamkan aku, saat aku cemburu seperti itu! Kamu tak merasa bersalah, tak mengirim pesan untuk aku, tak menelpon aku juga! Kamu tak ada pedulinya denganku. Apa kamu sudah pacaran dengannya? Atau bahkan pernah ‘melakukannya’ dengannya ya?! Ayo mengaku!” aku menuduhnya tanpa bukti.

PLAKK!!

Dia menamparku. “Apa maksudmu hah?! Pikiranmu terlalu jauh! Aku tak mungkin melakukannya dan aku masih punya cita-cita! Jaga bicaramu!”

“Lalu mengapa kamu gak telpon aku waktu itu? Kenapa kamu gak kejar aku waktu itu?! Hah!”

“Ck, kenapa kamu jadi posesif begini, hah?!”

“Apa salahnya aku mau menjaga pacarku sendiri agar tak bermain dibelakangku?!”

“Aku tak pernah bermain dibelakangmu! Dan berhentilah menjadi posesif seperti ini!”

“Kamu melarang aku untuk menjaga kamu?! Kamu keberatan?! Cobalah kamu ada di posisiku! Kamu juga posesif terhadap aku, aku jalan dengan kakakku sendiri kamu pun cemburu! Kamu teror aku dengan nomor barumu! Mengancam membunuh kakakku sendiri kalau aku jalan dengannya! Apa itu namanya bukan posesif? Itu over! Overposesif!”

“Kenapa semua jadi menyalahkan aku, hah?!”

“Terserah! Mau yang salah kamu, ibumu, nenekmu, kakekmu, aku tak peduli!”

“Tak perlu membawa nama ibuku!” bentaknya lagi.

“Lelaki murahan!” umpatku.

“Apa kamu bilang?!”

PLAKK!!

Dia menamparku lagi. Pipiku memerah karena tamparannya. Ku memegang pipiku yang usai ditampar olehnya. Memastikan kalau pipiku tak jatuh ke lantai karena tamparan ganasnya.

“Kamu tega melakukan ini?!” Aku membendung air mataku yang meluap dari sarangnya.

“Iya! Aku tega melakukannya! Lalu kenapa?!”

“Aku ini pacarmu! Harusnya kamu menjaga aku, bukan menamparku!”

“Tidak lagi, Kita putus! It’s over and never ever getting back together!” Ia memukul tembok yang digunakannya bertumpu, tanpa pamit ia pergi meninggalkan aku yang terdiam merintih akan sakitnya tamparan dan sakitnya sayatan dalam hati ini.

***

Setan itu keluar. Aku baru tersadar dari perlakuanku barusan. Namun, terlambat Cha! Dimas telah pergi meninggalkanmu dan sepertinya tak mau lagi mengenalmu.

Aku memaki diriku sendiri, tak segan juga menyakiti diri sendiri. Semua berakhir! Dimas pergi meninggalkan aku, aku tak memiliki siapa-siapa lagi. Ini semua berakhir? Mengapa harus terjadi?
Aku menangis lagi diatas ranjangku yang hancur karena ku acak-acak. Aku melempar bantal, guling, menarik selimut dan melemparnya sembarang. Aku merasa diri ini terkutuk! Aku dirasuki setan yang membuat hubunganku dengannya berakhir.

Aku mengambil ponselku berniat mengirim pesan untuk meminta maaf padanya. Namun, aku berpikir berulang kali untuk mengirim pesan itu. Kata-kata yang keluar dari mulutku telah menyayat hatinya, perlakuanku telah membuat memar ditubuhnya, bahkan dia telah menamparku. Apa aku tak punya rasa malu untuk menghubunginya terus menerus dikala dia sudah merasa jijik denganku?
Sudahlah, ini semua telah berakhir. Kusebut namanya berulang kali. Ku mengambil pas foto yang telah pecah kulempar beberapa menit yang lalu. Aku menatap senyuman pada foto itu, air mataku menetes tepat pada wajahnya.

Kupeluk pas foto itu, kupejamkan mataku sambil mengingat masa masa bersamanya.

“Dimas...” ku terus menyebut namanya. Air mataku menetes setiap ku panggil namanya. Pas foto itulah yang mampu kupeluk, bahkan sesungguhnya aku berharap dialah yang aku peluk saat ini.
Semakin erat aku peluk pas foto itu, semakin aku terlarut dalam kenanganku. Aku tak mampu menahan semua ini, ingin kulepaskan semua dalam teriakan. Namun, keadaan tak memungkinkan.

Tuhan... Aku harap semuanya kembali. Aku berharap ini hanya mimpi...
Aku butuh mesin waktu untuk mencegah kejadian ini, tapi... percuma, semua sudah berakhir.

***

Aku telah membentaknya. Aku juga memukulnya. Ada apa dengan diriku ini? Mengapa aku berubah? Setan apa yang telah merasukiku?

Aku hampir saja memiliki niat untuk membunuhnya. Semua kekacauan ini, pertengkaran ini mengendalikanku. Aku kehilangan kuasa atas diriku, aku tak mampu menguasai perasaan, pikiran bahkan perlakuanku.

Sebenarnya siapa yang salah? Aku atau dia? Apa aku terlalu cemburu sehingga dia meninggalkanku? Apa aku terlalu posesif seperti yang dia katakan? Apa aku terlalu berburuk sangka padanya sehingga aku tak percaya perkataannya? Apa aku keterlaluan sehingga dia... menamparku?

Aku rasa aku memang salah. Aku yang salah, aku terlalu cemburu padanya! Aku terlalu posesif! Aku juga selalu berburuk sangka dan selalu mencurigainya. Aku memang bukan pacar yang baik untuknya! Tindakanku juga keterlaluan sehingga aku menyakiti hatinya. Itulah mengapa ia menamparku.

Tapi, aku cemburu karena aku sayang dia! Aku posesif seperti ini pun karena aku tak ingin dia selingkuh. Aku berburuk sangka untuk memastikan kalau dia jujur dan tak membohongiku. Aku... Keterlaluan seperti ini juga... karena aku ingin menjaga hatinya dan menyadarkannya.

Aku diambang kebingungan. Antara kesalahan dan kebenaran aku bingung, mengingat semua telah terjadi dan terlanjur... Aku menangis lagi. Aku menangis menghabiskan malam yang buruk ini.
Aku tak mampu mengatasi segala yang telah ku perbuat. Aku memang pecundang! Yang tak mau bertanggung jawab atas perbuatanku dan hanya mampu menyesalinya –dengan air mata.

***

Tangis yang membuatku menumpahkan segalanya, membuat dada yang sesak perlahan lega. Kulepaskan beban dalam aura negatif yang kujatuhkan bersama air mata. Tangis yang terlalu lama membuatku pusing –sakit kepala ini karena terlalu banyak menangis.

Meski bebanku terlepaskan dan membuat lega, tapi tidak untuk dadaku –penyakit asma ku kambuh. Rasanya sakit, nafasku tersengal. Ingin kupanggil mama, tapi itu tak mungkin. Aku tak ingin mama memarahiku lagi, karena aku menangis karena cinta.

Mama selalu melarangku untuk memikirkan cinta jika itu akan menyangkut kesehatan dan prestasiku –itulah mamaku, overprotektif. Tapi, aku yakin mama begitu karena sayang kepadaku.

Aku masih menggenggam foto Dimas yang tadi kupeluk. Aku berusaha menahan sakit pada dadaku, merangkak dengan penuh upaya ke ranjang yang menanti. Tidak lupa ku seret juga pas foto yang ada di tangan kiriku. Kurebahkan tubuhku diatas ranjangku yang sudah hancur teracak. Kupandang foto itu lagi, aku tersenyum sambil menitikkan air mataku.

Aku ingin sekali mengakhiri hidupku. Apalagi jika ku pandang foto itu, rasanya aku ingin memejamkan mata untuk selamanya. Apa harus kubakar foto itu untuk melupakannya dan mengakhiri segala keterpurukan ini?

Tapi, aku takkan membiarkan semua ini berakhir. Aku takkan membiarkan semua ini membuatku terpuruk hancur. Biarlah kenangan menjadi sebuah kenangan. Dan akan ku cegah masa lalu mengakhiri harapanku.

***

Kamu tahu Dim? Aku hancur! Kamu hancurkan hati aku, kamu ledakkan hingga hati aku menyebar membentuk serpihan. Serpihan hati aku hilang, dan itu kamu! Kamu tak mengerti apa maksud aku dalam menjagamu, merasa memilikimu sepenuhnya. Karena AKU SAYANG KAMU!

Disaat aku sayang kamu, aku mau jaga kamu, kamu bilang aku posesif. Dan kamu justru bilang ini tak akan berlanjut. Ini tak abadi? Tolong, jangan katakan itu. Aku masih sayang kamu...

Kamu hancurkan hati aku, kamu patahkan hati aku, kamu lukai hati aku, kamu sayat hati aku. Luka abadi yang kamu sirat dihati aku tak akan mudah aku lupakan. Aku telah memohon padamu untuk tak meninggalkanku, aku telah memohon padamu untuk tetap bersamaku, aku telah memohon padamu untuk menemaniku. Tapi, apa buktinya? Kamu bilang kita tak akan pernah bersatu!

Kamu bilang kita ini tak cocok, tak mungkin bersatu. Aku yakin pandangan kamu salah, aku yakin itu hanya karena kamu emosi berkata begitu. Aku tak mampu melepaskan kamu secepat itu.
Kupejamkan mataku, mengecup pas foto dalam pelukan. Dadaku sesak kembali, air mataku terurai kembali. Aku tak akan membuat semua ini usai.

***

Aku yakin ini masih berlanjut, dia akan kembali padaku. Aku yakin  ini belum usai dan takkan pernah usai. Aku yakin jika dia tak kembali padaku, pasti ada pengganti dia untukku. Aku tak mungkin menjadi perawan tua, aku juga tak mungkin sendiri seumur hidup.

Kecuali jika dia berusaha untuk merenggut segala kebahagiaanku. Tetapi tak akan aku biarkan, sekalipun aku harus mempertaruhkan nyawaku demi kebahagiaan hidupku. Aku takkan membiarkan harapanku hancur, mimpiku sirna, hidupku kelam.

Aku takkan pernah membiarkannya usai. Sekalipun dia harus menghancurkanku, ini takkan usai! Meski dada ini sesak, kuyakin aku belum usai.

Nafasku semakin pendek, aku semakin sulit untuk mengambil oksigen diudara. Aku mengambil tabung oksigen, tapi habis. Aku tak mampu keluar, bahkan bangun dari tempat tidurku pun itu sulit!
Aku merangkak berencana memanggil mama. Namun, aku terjatuh dan menutup mataku. Entah, apa yang terjadi saat itu.

***

Ditulis oleh:


Michiko

Baca juga kisah romansa lainnya: Klik di sini