1 Juli 2016

Aku dan Senja

12:01 PM 0 Comments
Hello!
Aku baru balik nih. Berapa lama nggak nulis? Gara-gara kebanyakan malasnya. Jadi, aku pos di blog semaunya aja hehehe. 

Sekarang ada pembahasan baru nih, gosip terhangat sehangat tahu bulat lima ratusan yang digoreng dadakan gurih nyoy. Ah, jadi pengen tahu bulat. 
Hari ini, aku mau cerita tentang si doi. Kode-kode sedikit lah ya. Hari ini dia ulang tahun. Sebenarnya tulisan ini jadi ajang kode keras gitu deh hahaha. Semoga dia gak baca, mau ditaruh di mana muka aku kalau dia tahu aku bercerita tentang dia? Haduh, malu.

Aku sudah pernah cerita tentang dia sedikit, dia dikisahkan dalam postingan Secret Admirer. Disebutkan bahwa, aku menjadi penggemar rahasianya selama lima tahun. Jadi panggil saja dia Senja karena dia ini sangat tampan di kala senja. Nggak deng, bercanda. Pokoknya, kalau urusan asal-usul nama samaran cuma aku doang yang tahu kisahnya deh, soalnya ini rahasia.

Baca rahasia seorang penggemar rahasia: Secret Admirer


Jadi begini awal mula ceritanya...

HEY AKU DEG-DEGAN.
Ini adalah kisah cintaku di zaman SMP, cinta monyet yang masih bertahan sampai saat ini. 

Aku adalah seorang murid baru di sebuah sekolah Islam terpadu yang cukup dikenal untuk kalangan sekolah yang baru berdiri. Yap, aku merupakan siswa pindahan. Aku masuk ke sekolah ini setelah tiga bulan dimulainya pembelajaran. Di sekolah ini, kelas perempuan dan laki-laki dipisah. Namanya juga sekolah Islam terpadu, harus ada sekat jarak antara perempuan dan laki-laki. 

Nah, dari sini lah dimulainya kisah itu. Kelas perempuan saat semester pertama ada di lantai dua, sedangkan kelas laki-laki ada di lantai satu. Awalnya, kami nggak saling kenal sama sekali. Benar-benar nggak kenal. Jangankan berkenalan, tatap mata atau melihat wajahnya sekali saja sudah malu banget. Semester pertama, aku sama sekali nggak mengenal laki-laki dan banyak sekali desas-desus yang berkata kalau aku ini jutek bin judes. Emang iya sih, soalnya aku memang agak kasar kalau berhadapan dengan laki-laki. Entah kenapa, tapi itu reaksi yang selalu aku berikan kalau berurusan dengan laki-laki.

Semester kedua, kelas perempuan dan kelas laki-laki ditukar. Kelas laki-laki di lantai dua, sedangkan kelas perempuan ada di lantai satu. Dikarenakan kelas perempuan bersebelahan dengan tangga, jadi nggak jarang para siswi duduk di anak tangga, sekadar untuk nongkrong saat istirahat. Tahu sendiri lah ya, jalan untuk lewat kalau dipakai sebagai tempat untuk duduk dan bersantai, nggak bisa dipakai sebagai jalur untuk lewat. Tangga itu menjadi salah satu akses yang bisa dilewati oleh kaum Adam yang mau pergi ke kantin. Biasanya kalau risih, mereka lebih memilih untuk menggunakan tangga di ujung gedung. Tetapi kadang ada juga yang nekat sih melangkahi para siswi yang sedang duduk di tangga. Biasanya, yang berani lewat itu cowok yang agak "bandel" dan kepedean dan sok ganteng walaupun beberapa emang ada yang ganteng. 

Ternyata, kebiasaan duduk di tangga, nggak cuma jadi kebiasaan para siswi tapi para siswa juga sama. Bedanya, mereka nongkrong di anak tangga yang bagian atas yang ada di sebelah kelasnya. Dari sini nih, aku mulai mengenal Senja. Nggak. Bukan berkenalan secara langsung. Lebih tepatnya, digodain oleh guru yang masih muda, yang bisa dibilang gaul lah sama para siswa. Guru ini biasanya ikut nongkrong di tangga atas bareng sama para siswa, sekadar bercanda atau curhat. 

Awal mulanya, saat sedang istirahat jam pertama. Aku baru selesai jajan dan mau kembali ke kelas. Aku sedang melepas sepatu karena di kelas memang nggak boleh pakai sepatu. Saat sedang sibuk lepas sepatu, aku dipanggil sama guru gaul yang lagi duduk di anak tangga atas. Lalu aku menoleh ke atas dengan jajanan yang penuh di kedua tangan. Aku menggubris panggilan guru itu, ya iyalah, masa dipanggil guru nggak menoleh.

Saat itu, aku melihat seorang laki-laki berambut ikal dengan baju biru motif kotak-kotak dan celana putih. Dia duduk tepat di sebelah guru yang memanggilku. Aku cuma sekadar tahu, nama dia Senja.  

Seperti biasa, laki-laki kalau iseng bagaimana sih? Guru itu tiba-tiba berceletuk, "Nad, ada salam dari Senja."

Nah, saat itu aku yang notabene adalah wanita kasar dan jutek, jelas nggak suka kalau digoda seperti itu. Aku mendengus, bibirku ditekuk, dan mendelik judes. Setelah itu, aku pun lewat aja tanpa peduli dengan perkataan guru yang hobinya memasang-masangkan siswa siswi. Aku sadar sih, emang reaksi aku itu agak kurang ajar. Hahaha. Tetapi sebenarnya, aku deg-degan, malu atau senang, entahlah. Bahkan sampai kepikiran juga. Namanya juga bocah, diciein sedikit bisa langsung baper [read: bawa perasaan]. Ternyata, setelah kejadian itu, perasaan aku jadi terasa ada yang beda. Nggak berhenti dalam waktu sehari dua hari saja. Perasaan itu malah berlanjut sampai aku naik kelas. 

Saat itu, sebenarnya aku sudah punya orang yang aku suka. Memang hanya sekadar suka aja, bukan pacar. Tetapi setelah kejadian itu, aku malah nggak bisa melupakannya. Jadi, hatiku terbagi dua. Aku menjadi fans berat seseorang dan--baru sadar--suka dengan Senja juga. Aku mencoba untuk memilih salah satu, Senja bukan pilihanku walaupun perasaan itu sebenarnya masih tersimpan di dalam. Aku nggak mengembangkan perasaanku pada Senja karena lebih fokus dengan orang satunya. Selama satu semester, aku nggak terlalu fokus terhadap perasaanku pada Senja. Jadi, aku nggak terlalu penasaran siapa orang yang dia suka, seperti apa latar belakangnya, atau apa saja hal-hal yang dia suka. 

Semester selanjutnya, aku merasakan hal yang berbeda. Perasaan yang aku simpan dalam-dalam, justru muncul lebih besar. Perasaan suka pada Senja tiba-tiba muncul, mungkin karena saat itu aku juga sedang berpikir realistis karena merasa nggak memungkinkan untuk suka dengan orang yang jauh lebih tua daripada aku apalagi jarak umur yang begitu jauh. Saat itu lah, aku mulai terfokus dengan Senja. Aku mulai penasaran tentang dia, latar belakangnya, siapa orang yang pernah dia suka dan siapa orang yang dia suka saat ini.

Setelah mengulik banyak fakta tentang Senja, ada suatu hal yang mengejutkan. Jelas, aku juga menyesal baru mengetahuinya. Aku mengetahuinya lewat Senja secara langsung melalui SMS. Iya, kami diam-diam kontakan, walaupun memang ada aturan bahwa siswa dan siswi nggak boleh berhubungan lewat mana pun. Tahu sendiri lah, label Islam terpadu dilarang berbicara hal tidak penting kepada yang bukan mahram. Tapi lupakan saja soal itu, kembali ke hal yang mengejutkan saja. Aku terkejut ketika mengetahui orang yang disukai Senja. Senja suka dengan sahabatku sendiri. Benar-benar sahabat dekatku, orang yang selalu pergi ke mana-mana dan mengobrol banyak hal denganku. Walaupun itu masa lalu, tetapi jelas itu cukup membuat aku terkejut. 

Fakta menarik lainnya, yang nggak kalah mengejutkan, ternyata sahabatku juga masih menyukai Senja. Kami baru dekat sejak semester tiga dan dia nggak pernah cerita apa pun tentang orang yang dia suka. Saat masih semester satu, dia pernah suka juga dengan Senja, lalu rasa itu ia kubur dan dia nggak pernah membicarakan tentang perasaannya pada Senja kepada siapa pun, termasuk aku. Ah, kisah cinta macam apa ini. Aku sepertinya memang ditakdirkan hanya menjadi seorang figuran dalam kisah romantis seseorang. Dengan keadaan yang seperti itu, mana mungkin aku bercerita tentang Senja, kan? Bisa-bisa aku dicap sebagai seorang pengkhianat, bahkan persahabatan kami bisa terancam hanya karena menyukai laki-laki yang sama. Sering banget sahabat aku ini menanyakan tentang orang yang aku suka, tetapi aku nggak berani mengungkapkan yang sebenarnya. Jadi, aku jawab orang yang suka adalah orang yang umurnya jauh lebih tua daripada aku, orang yang pernah aku suka sebelum aku menyukai Senja. Nama Senja jangan sampai disebut dalam keadaan ini. Orang-orang di kelasku pun, jadi tahu kalau aku suka dengan orang yang jauh lebih tua daripada aku, padahal saat itu sebenarnya aku sudah move on dan hatiku tertambat pada Senja. Walaupun sahabatku pernah bilang, nggak masalah kalau misalnya aku suka dengan Senja, tetapi untukku rasanya kurang etis saja sih apalagi dia belum melupakan Senja. 

Berbicara tentang SMS dengan lawan jenis, sebenarnya aku mendapatkan nomor Senja nggak mudah dan mencari topik untuk mempertahankan obrolan juga sulit. Apalagi di bawah ancaman peraturan kalau berhubungan dengan lawan jenis akan dipanggil ke ruang kepala sekolah. Ngeri juga. Tetapi dengan kedok kepentingan, aku menghubungi Senja lewat salah satu media sosial dan mendapatkan nomornya. Setelah mendapatkan nomornya, aku bimbang harus aku hubungi atau nggak, antara mau dan malu. Akhirnya, aku menghubungi dia. Awalnya, mengangkat topik tentang OSIS, saat itu kami tergabung dalam divisi OSIS yang sama. Semakin lama, semakin sering kami berkomunikasi. Awalnya penting, lama-lama jadi basa-basi nggak penting, bahkan sampai aku tahu siapa saja orang yang pernah disukai Senja karena kami sering berbalas SMS. Kadang, aku curi-curi pandang ke arah Senja ketika sedang rapat OSIS. 

Selama satu semester aku bertahan, berusaha menutupi semua. Aku pura-pura nggak tertarik kalau ada yang membicarakan Senja. Lama kelamaan, salah tingkah juga. Aku nggak bisa mengontrol reaksiku saat ada suatu hal yang berkaitan dengan Senja. Ternyata, rasa itu makin membuncah dan nggak mau disembunyikan lagi sehingga menimbulkan kecurigaan. Bukan Senja yang curiga, tetapi teman-teman satu kelasku. Senja sih mana peka soal begituan. Lagi pula, mustahil juga Senja akan membalas perasaanku kalau dia tahu tentang perasaanku. Toh saat itu aku juga jelek, sedangkan Senja... sulit membayangkannya kalau kami bersanding. Bisa jadi kisah Beauty and The Beast, tapi aku yang jadi beast.

Satu tahun jabatan berakhir, jabatan dalam organisasi pun harus berakhir. Saat-saat terakhir untuk menghubungi Senja dengan kedok mengoordinasikan laporan pertanggungjawaban. Kami makin asyik SMS-an, dia juga nggak seformal dulu dan lebih banyak curhat. Aduh jadi nyaman, bau-baunya aku berada di friendzone. Aku nggak masalah sih, lebih baik Senja nggak tahu perasaanku daripada dia menjaga jarak setelah mengetahuinya. Setelah pengumpulan laporan pertanggungjawaban, aku nggak pernah berhubungan dengan Senja lagi selama tiga bulan. Aku juga nggak galau atau sedih sih karena saat itu aku sibuk persiapan Ujian Nasional dan membuat novel. Aku jadi nggak terlalu sering memikirkan Senja, lagi pula aku masih bisa kok melirik Senja di ruangan sebelah kalau akan pergi ke kantin karena ruang kelas kami bersebelahan. Dasar mata nakal. Di semester itu pula, desas-desus menyebar ke penjuru kelas bahwa aku menyukai Senja. Saat itu pula, hubunganku dengan sahabatku menjadi renggang, mungkin karena dia tahu juga aku suka dengan Senja. Barangkali dia merasa terkhianati. Maafkan aku ya, perasaan aku nggak bisa berhenti untuk menyukai Senja. 

Menjelang Ujian Nasional, kelas sembilan diajak rekreasi dan doa bersama. Hitung-hitung sebagai ajang untuk refreshing setelah diserang try out bertubi-tubi. Saat itu aku sedang dekat dengan Big Mama dan si Tomboy. Mereka menemaniku yang sedang makan di bus pariwisata, sedangkan yang lain sedang menikmati makan siangnya di taman. Saat itu, rupanya Senja duduk di belakangku. Si Tomboy yang usil dan suka ceplas-ceplos, dengan entengnya berbicara dengan Senja.

"Senja, mau makan nggak?" 

"Mau. Mana makanannya?" Senja sih mau-mau saja kalau dikasih makanan.

Si Tomboy menunjukku dengan dagu. "Tuh, minta ke Nad."

Aku yang sedang menggigit ayam, melirik ke arah si Tomboy, melotot dengan galak. Sialan, bisa-bisanya si Tomboy usil begitu.

Si Tomboy tertawa. Dia malah memprovokasi. "Nggak apa-apa, Nad. Terakhir, sebelum kelulusan biar dia tahu."

"Mana?" Senja mencari makanan. Entah dia mendengar ucapan si Tomboy barusan atau nggak. Sepertinya sih kedengaran, tapi dia pura-pura nggak peka.

"Senja, mau makan bareng Nad, nggak?" Si Tomboy tersenyum usil sambil menunjukku. "Tuh, diajak makan bareng sama Nad."

Aku melotot, memandang si Tomboy dengan tatapan galak. Emang, ini orang minta digetok kayaknya.

Senja melirik ke arahku, lalu dia tersenyum. "Nggak ada makanannya hehehe."

Si Tomboy tiba-tiba merebut wadah makanan yang aku pegang, menyodorkannya kepada Senja. Senja mengintip ke dalam isi wadah. Aku hanya bisa mengerutkan alis, mulai kesal dijahili si Tomboy terus-terusan.

"Ayam, bukan?" Senja melirik si Tomboy. "Nggak mau ah, tadi sudah kenyang makan ayam. Kirain makanan yang lain." Senja berlenggang melintas dan pergi.

Dasar si Tomboy menyebalkan! Kejadian ini bikin aku merasa malu banget, tetapi ada sedikit rasa berbunga-bunga juga sih karena sudah lama aku nggak berkomunikasi dengan Senja. Kejadian itu, membuat aku menghindar setiap kali akan berpapasan dengan Senja. Melihat wajah Senja, membuat aku malah teringat kejadian di dalam bus.

Setelah pulang rekreasi, semester terakhir di sekolah itu, kami mulai fokus belajar untuk menghadapi Ujian Nasional. Satu angkatan dipecah menjadi beberapa kelas, kalau nggak salah lima kelas, diurutkan berdasarkan ranking try out berturut-turut. Saat itu, aku masuk ke kelas A bersama orang-orang yang hampir semua pintar. Ternyata, Senja juga termasuk di dalamnya. Aku satu kelas dengan Senja. Senang tapi malu, aku belum bisa melupakan kejadian itu dan pipiku selalu memanas setiap kali berpapasan dengan Senja. Kelas A seringkali dibiarkan belajar mandiri, dibebaskan juga menentukan lokasi belajar asalkan tidak berpecah. Namanya juga masih pelajar, surganya sudah pasti kantin, jadi kami memilih kantin untuk belajar. Kami belajar bersama, membentuk dua lingkaran, satu lingkaran untuk sekelompok laki-laki, satu lingkaran untuk sekelompok perempuan. Kadang kami saling diskusi menemukan jawaban bersama. Sejak saat itu, aku nggak canggung lagi untuk berkomunikasi dengan Senja--tampaknya dia juga sudah lupa. 

Setelah ujian berakhir, kelas sembilan latihan untuk pertunjukan acara perpisahan. Kabarnya, Senja akan mendaftar di sekolah yang sama denganku. Wah, kesempatan untuk SMS-an lagi dengan Senja. Basa-basi menanyakan pendaftaran sekolah. Sudah lama banget aku nggak menghubungi Senja, mungkin hampir satu tahun. Akhirnya, kami saling bertukar informasi sambil menyelipkan sedikit curhat dan canda. Sampai tiba waktunya untuk pergi. Aku kira pendaftaran sekolah akan ditutup sebelum digelarnya acara perpisahan sehingga aku nggak ikut perpisahan. Aku merantau sebelum waktunya.

Kamu tahu apa yang terjadi setelah itu?

Saat aku berhenti di perjalanan untuk mampir di sebuah restoran untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan yang panjang lagi, teleponku berbunyi. Nomor yang nggak dikenal muncul di layar. Sebenarnya, aku enggan mengangkatnya karena takut telepon jahil tetapi akhirnya aku angkat juga karena takut ada hal yang penting.

"Halo, assalamu'alaikum." Suara di ujung telepon menyapa, suaranya lembut dan adem.

"Wa'alaikum salam. Maaf, ini siapa?" Aku bertanya karena nggak mengenali suaranya. Aku yakin itu bukan suara teman sekelasku karena mereka kalau berbicara nyaring seperti monyet Ragunan.

"Ini ibunya Senja."

S H O C K!

K A G E T.

Aku menarik napas dalam dan menahannya. Aku nggak mau suara napasku mengganggu dan menyinggung ibunya Senja. Gugup.

"Kata Senja, Nad mau masuk ke sekolah yang sama juga, ya?"

Ih, Senja cerita tentang aku ke ibunya. Aku senyum-senyum malu, nggak jelas. 

"Iya, Tante."

"Boleh tanya, nggak? Pendaftaran sekolah sebenarnya sampai tanggal berapa?"

"Sampai tanggal sekian Mei, Tante." Anggaplah aku menyebutkan tanggal. Jujur, aku lupa. "Tapi nanti kayaknya ada gelombang yang kedua."

"Oh begitu." Ibunya Senja terdiam sejenak. "Katanya, Senja mau ikut perpisahan dulu. Kasihan masa-masa terakhir dengan teman-teman."

"Oh begitu ya, Tante." Aku mengangguk walaupun ibunya Senja nggak bisa melihat anggukanku. "Masih bisa kok nanti ikut gelombang kedua."

"Ya sudah, nanti Senja ikut yang gelombang dua saja. Sekarang Nad sudah berangkat?"

Aku mengangguk lagi. "Iya, sudah, Tante."

"Sudah sampai mana?"

Aku melirik papan reklame restoran. "Sudah sampai Pekalongan. Ini lagi istirahat buat makan."

"Oh gitu, kalau gitu hati-hati di jalan ya, Sayang." 

S-A-Y-A-N-G. Suara lembut ibunya Senja membuat aku meleleh. Aku tersenyum lebar. "Iya, Tante, terima kasih ya."

"Iya, Sayang, sama-sama. Tante tutup ya, assalamu'alaikum."

Telepon terputus. Aku melompat senang nggak karuan. Senyuman merekah dan wajah memerah. Ibuku sampai penasaran apa yang membuatku kegirangan.

"Telepon dari siapa?"

"Calon mertua."

Bodo amat. Aku keceplosan tiba-tiba bilang begitu di depan ibuku. Aku terlalu senang. Jantungku berdebar dengan kencang. Senang sekali dipanggil "sayang" oleh orang tuanya Senja. Aku semakin baper lah.

Itulah perjalananku menjadi penggemar rahasia Senja selama tiga tahun. Sebenarnya, aku masih bingung. Apakah aku masih menyukai Senja atau nggak? Karena aku masih menutup pintu hati dan nggak membiarkan orang lain masuk untuk mengisi. Setiap aku mau membuka hati, aku malah teringat Senja lagi. Bisa dibilang ini sudah tahun ke-lima aku menjadi penggemar rahasianya. 

Baca juga kisah-kisah bucin lainnya klik di sini

Sekian kisah tentang Senja. Sepertinya sepotong kisah ini sudah terlalu panjang. Jadi, kapan-kapan lagi aku menceritakannya.

Have a nice day,


Michiko ♡

15 Juni 2016

Long Distance Relationship

8:31 AM 0 Comments
Long Distance Relationship atau yang biasa dikenal LDR oleh para remaja masa kini artinya adalah hubungan (pacaran) jarak jauh. Maksudnya, disaat seseorang menyandang status LDR, bisa diartikan bahwa seseorang itu memiliki kekasih yang berada nun jauh di sana, entah di kota yang berbeda, atau di provinsi yang berbeda, atau di negara yang berbeda, atau di planet yang berbeda (boleh juga). Mungkin yang kekasihnya masih berada jauh di catatan takdir, bisa juga disebut LDR.


LDR ini biasanya terjadi ketika masa SMA nih, yang mana kisah kasih di sekolah berlanjut ke kisah kasih masa kuliah. Biasanya, terpisah jarak karena berbeda perguruan tinggi. Jadi, mereka yang berada di daerah, provinsi atau bahkan negara yang berbeda terpaksa harus menjalani hubungan jarak jauh ini. Istilah long distance relationship ini berlaku buat kamu yang sudah pernah bertemu dengan orangnya, tahu bentuknya kayak apa, tingginya seberapa, intinya melihat dia secara langsung kemudian harus menjalani hubungan jarak jauh. Kalau pacaran lewat sosial media doang sih beda lagi namanya, orang bilang love cyber relationship.

Long distance relationship ini untuk beberapa orang mungkin nggak segampang itu untuk dijalani karena harus mempertahankan hubungan dengan batas jarak di antara kedua belah pihak alias benar-benar harus ekstra supaya hubungan tetap mulus berjalan lancar. Hubungan jarak jauh ini punya sisi positif dan negatif, penjelasan lebih lanjut bisa disimak pada poin-poin berikut ini.

Sisi Positif Long Distance Relationship

1. Nggak ada pertengkaran fisik

Jelas banget lah ya, nggak akan ada pertengkaran fisik di antara keduanya karena emang kedua belah pihak dipisahkan oleh jarak. Nggak akan ada drama tampar-tamparan, jambak-jambakan, atau cubit-cubitan.

2. Hemat

Poin yang ini memang betul banget. Disebabkan oleh jarak yang jauh, maka nggak perlu tuh ajak jalan setiap saat. Jadi, nggak perlu keluar uang untuk makan, jalan-jalan, atau bensin. Uang yang dibutuhkan paling untuk beli pulsa dan kuota. Hanya saja, mungkin bakal keluar ongkos banyak jika mau sekali-sekali bertemu melepas rindu karena menempuh jarak antar kota, provinsi, atau negara. Cuma kan itu paling sebulan atau setahun sekali.

3. Membuat hubungan lebih intens

Percaya nggak, kalau long distance relationship itu justru membuat hubungan menjadi lebih intens? Sebab, jika ada masalah pasti kedua belah pihak harus mengomunikasikannya dan mencari jalan keluar bersama-sama jika ingin mempertahankan hubungannya. Jadi, komunikasi bisa berjalan dua arah dan nggak ada yang lari dari masalah. Kalau seandainya satu belah pihak lari, itu tandanya memang hubungannya memang harus diakhiri. 

Sisi Negatif Long Distance Relationship

1. Mudah salah paham

Tulisan itu sangat rancu maknanya kalau dibaca dengan intonasi yang berbeda. Ujungnya, justru menimbulkan kesalahpahaman atau malah jadi ribut. Padahal, long distance relationship itu biasanya mengandalkan chat untuk saling bertukar kabar. Jadi, harus hati-hati kalau mau membalas pesan. Salah salah kata, bisa diamuk ibu negara. Belum lagi, kalau nggak ada kabar, pasti di kepala isinya hal-hal yang menduga-duga seperti dia selingkuh, nggak mau balas chat, bosan, atau hal-hal yang ujungnya malah membuat overthinking sendiri.

2. Sulit melepas rindu

Jarak yang memisahkan itu membuat kedua belah pihak jadi sulit untuk bertemu. Seringkali dihampiri rasa rindu tetapi terhalang waktu, mungkin salah satunya sibuk belum punya kesempatan untuk menghampiri, atau belum ada ongkos untuk menyeberangi lautan. 

3. Cinta memudar

Untuk sebagian orang, long distance relationship merupakan hubungan yang sangat menantang. Misalnya, beberapa orang yang gaya pacarannya adalah menghabiskan waktu bersama atau bertukar afeksi, biasanya mereka akan kesulitan untuk menjalani hubungan jarak jauh ini. Sehingga cenderung lebih suka mencari pengganti yang mungkin lebih bisa hadir di sisi dan memberi afeksi secara langsung. Hal ini bisa berujung hubungan berakhir atau diselingkuhi.

Kunci Utama dalam Menjalani Hubungan Asmara 

Ada 2 kunci utama dalam menjalani hubungan; komunikasi dan kepercayaan. 

Setelah memaparkan sisi positif dan sisi negatif dari hubungan jarak jauh, ada beberapa hal yang perlu kalian ketahui untuk memelihara hubungan yang terpisah oleh jarak.

1. Komunikasi

Komunikasi itu sangat penting. Jalin komunikasi yang baik, komunikasi ini harus dijaga oleh kedua belah pihak. Sebab, komunikasi yang baik itu harus berjalan dua arah, bukan hanya satu yang mempertahankannya. Sesibuk apa pun, sempatkanlah untuk bertukar kabar, setidaknya memberitahu sampai kapan kamu akan sibuk dan kapan bisa dihubungi jika kesibukanmu benar-benar nggak bisa diinterupsi. Dengan begitu, doi nggak akan berpikir negatif dan akan tetap merasa kalau kamu punya waktu untuk dia.

Selain itu, apa pun yang dirasakan sebaiknya dikomunikasikan. Misalnya, keinginan untuk bertemu, rindu, marah, kesal, atau apa pun itu sampaikanlah, jangan pakai kode-kodean. Doi kan bukan anak pramuka yang paham kode atau cenayang yang tahu isi hati kamu. 

2. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan kunci dalam setiap hubungan. Tanpa kepercayaan, pasti selalu akan ada celah yang membuat hubungan berantakan dan jadi sering bertengkar. Maka dari itu, selalu berpikir positif, sebab kadang keributan itu terjadi karena pikiran yang terlalu menduga-duga dan negatif melulu. Jangan mudah cemburu buta, lihat doi cuma bahas tugas aja bisa ngamuk kayak mengajak perang saudara, justru itu membuat hubungan jadi terkekang dan terancam bubar. Selain menaruh kepercayaan kepada orang tercinta, kalian juga harus menjaga kepercayaan orang yang mencintai kalian alias jangan disalahgunakan kepercayaannya. Intinya harus saling jaga.

Baca juga tips-tips lainnya tentang percintaan klik di sini

Setelah menguraikan hal-hal tersebut, bagaimana sudut pandangmu terhadap hubungan jarak jauh?
Kira-kira bakal kuat nggak kalau menjalaninya? Atau kamu punya kisah long distance relationship juga? Boleh banget lho, sharing sama aku di kolom komentar atau lewat formulir kontak.

Sekian untuk pembahasan kali ini, sampai jumpa di lain kesempatan.
Have a nice day,


Michiko ♡

27 Mei 2016

Kado Ulang Tahun Farah

9:43 PM 0 Comments
Tuuut... tuuut... tuuut....
Sisa pulsa Anda tidak cukup untuk melakukan panggilan. Rencananya, sekarang tanggal 27 Mei aku mau telepon seseorang yang bertambah tua. Akan tetapi, sisa pulsa nggak mendukung banget deh. Panggilan teleponnya malah dijawab oleh operator dengan jawaban sadis dan menyakitkan yang mencabik jiwa dan raga. Apa sih.

Hari ini, hari bertambah usianya dia dari tujuh belas tahun ke delapan belas tahun. Siapa tuh yang ulang tahun? Baca judulnya woy! Farah yang ulang tahun alias Qin Ai, salah satu karakter yang ada di postingan yang dulu itu lho. Salah satu spesies D'trebbles. 

Apa itu d'trebbles? Baca dulu deh: Trouble Maker 

Selamat ulang tahun, Farah! Hore, sudah bisa nonton film 18+ tuh. Nggak deng. Jangan ditonton, filmnya nanti merenggut kepolosan. 

Kue online untuk Farah

祝 你 生日 快乐 亲爱! (Harusnya sih dia bisa baca).
Zhù Nǐ Shēngrì Kuàilè Qīnài.
Selamat ulang tahun, Sayang.

Sebelum memberikan doa untuk ulang tahun, biar afdol putar lagunya JAMRUD dulu yang Selamat Ulang Tahun. Tarik mang! Semoga Tuhan melindungi kamu, tercapai semua angan dan cita-citamu. Mudah-mudahan diberi umur panjang. Sehat selama-lamanya.
Jangan minta kado ya, lagi kere nih hahahaha. Cukup didoain aja, ya? Supaya setannya keluar. 

Jadi inilah sepenggal kisah kita. Singkat aja deh ya, aku esia hidayah user soalnya. 

Farah
n. kembaran Nad.

Kenapa bisa disebut kembaran Nad padahal nggak ada mirip-miripnya? Karena kita lahir beda satu hari aja, bahkan mungkin cuma beberapa jam. Maka dari itu, aku dan Farah adalah kembaran yang perbedaan waktu brojolnya terpaut beberapa jam.

Dia ini adalah salah satu partner in crime, baik di kelas maupun di kelas Mandarin. Orangnya petakilan sih, nggak bisa diam kayak aku tetapi aku lebih kalem. Titik. Sudah terima saja apa adanya, jangan komplen.

Walaupun sekelas, aku dan dia nggak saling kenal. Aku baru mengenal dia saat kami bertemu di kelas bahasa Mandarin. Kalian tahu sendiri kan, untuk seukuran peserta didik baru, berbaur dengan teman sekelas itu agak sulit apalagi kalau berasal dari sekolah yang sama waktu SMP, pasti maunya bergaul dengan kawan SMP. Bagaimana cara aku bisa menjadi dekat dengan orang ini? Makanya baca dulu postingan Trouble Maker

Kalau di kelas, kami biasanya mengobrol atau bercanda sampai mengakak lebar seperti kudanil. Kadang kami juga iseng gosip sambil comblangin orang. Orang yang kita comblangin sih nggak pernah minta buat dicomblangin, tetapi kami peka saja gitu. Biarkan dunia ini milik mereka berdua. 

Tiga tahun berturut-turut, dia satu kelas dengan aku. Bosen woy. Jadi, aku sering melihat kelakuan dia yang... ah sudahlah, kalau diceritakan ini akan mejadi sebuah aib masyarakat. Eh, tetapi aku pengen cerita sih. Nggak apa-apa kali ya buka aib sedikit.

Jadi, saat kami masih duduk di bangku kelas 10, aku dan Farah kurang dekat. Walaupun kalau kami mengobrol, tetap nyambung sih tetapi kami cuma sekadar teman sekelas yang bertegur sapa. Kelas 10 ada ektrakurikuler wajib yaitu pramuka. Biasanya, hari Jumat jam satu siang. Sepulang sekolah pukul sebelas, biasanya banyak murid yang pulang terlebih dahulu ke rumahnya karena dekat. Aku yang rumahnya jauh lebih memilih untuk tinggal di sekolah saja bebersama beberapa orang di sana. Kebetulan, saat itu Farah juga ada di sekolah. 

Dua jam menunggu itu membosankan. Jadi, kami menghabiskan waktu istirahat itu dengan menyetel lagu girlband dan boyband Indonesia yang hits, seperti SM*SH, 7 Icon, Chibi, dan lain-lain. Di kelas itu terdapat panggung mini untuk guru mengajar. Kami bertiga menjadikannya panggung untuk pentas kami, saat itu aku dan Farah bersama satu laki-laki namanya Arga. Iya, kami bertiga joget di panggung itu. Yang nonton saat itu hanya ada beberapa orang tetapi mereka semua memandang kami aneh karena macam melihat orang gila kegirangan dengar lagu-lagu hits.

Saat naik ke kelas 11, kami lumayan lebih dekat. Karena saat kami kelas sebelas, kami sering banget ulangan Biologi tetapi gurunya kalau menjelaskan itu kayak lagi rap ala artis hiphop gitu. Cepat banget kalau ngomong, tinggal blablabla langsung rampung. Mana bisa mengerti ya? Beliau ngomong apa aja nggak paham. Murid-muridnya bukannya mudeng malah otaknya mubeng. Jadi, sebelum kelas biasanya kami bertukar tugas dan informasi dulu untuk ulangan. Kami lebih sering belajar bersama. Terlebih, kami lebih sering kumpul di laboratorium bahasa Mandarin juga bersama spesies D'trebbles yang lain. Karena sering bersama, kami jadi semakin dekat.

Nah, saat naik ke kelas 12 ini nih, duo in crime kelakuannya paling kriminal. Semakin lantang dan petakilan. Nggak jelas lah, orang kalau lihat kami bersatu kayaknya tuh bawaannya pengen pulang aja. Kejadian joget di depan kelas juga sering terulang, nggak tanggung yang nonton malah satu kelas. Kalau melihat ada cowok dan cewek berduaan juga, kami lebih suka mengasingkan diri dan memberikan tempat untuk mereka. Biar dunia serasa milik berdua gitu. Kalau kami ada di rumah pun, kami masih sering kontakan lewat media sosial atau SMS. Saat itu, kami juga bikin grup WhatsApp, nama grupnya clurit manicure, aku sih menyebutnya begitu karena nama grup itu Clurit dengan emote jari yang sedang diberi kutek. Anggota clurit manicure itu adalah orang-orang yang pernah pentas lagu-lagu hits girlband dan boyband di depan kelas saat kelas 10, aku, Farah, dan Arga.

Sekarang, kami sudah berpisah karena acara perpisahan sudah digelar beberapa hari yang lalu. Aku juga sudah pulang ke rumah dari perantauan. Kami jadi nggak bisa sering berjumpa lagi, apalagi kalau kami akan mulai sibuk di kampus masing-masing. Semoga setelah ini, nggak lost contact ya sehingga kami masih bisa mengenang masa-masa alay bersama. Oh iya, Farah sudah punya kampus tujuan, dia keterima SNMPTN di UGM. Keren ya, bahagia banget pastinya dan aku juga turut senang mendengarnya.

Oke, sepertinya kisah singkat ini cukup sampai di sini. Begitu lah kisah singkat antara aku dan Farah. Sekali lagi, selamat ulang tahun. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu, Farah. Kalau ulang tahun lagi, mampir ke postingan ini ya. Anggap saja ini adalah kado abadi untukmu. Sekian sampai di sini, nanti kapan-kapan aku ceritakan lagi kisah-kisah yang lain. Kalau nggak lupa ya. 

Baca yuk kisah-kisah yang lainnya di sini

Have a nice day,


Michiko ♡

Picture source: Pinterest

26 April 2016

Kuto Solo Sing Dadi Kenangan, Mencari Keraton yang Hilang

1:46 PM 0 Comments
Halo, guys! Kembali bersama saya di channel ikan terbang. 
Kangen nggak nih sama aku? Perasaan setiap pembukaan pasti tanya kangen melulu ya. Maklum, nggak ada yang kangen sama aku. Aku kan jadi sedih setengah mengenaskan gitu. Eh malah curhat.

Hari ini, aku mau cerita aja deh. Beberapa hari setelah menghadapi ujian kelulusan dan bertahan melalui gejala-gejala examination syndrome, akhirnya aku bisa posting di blog lagi. Sekarang, aku tinggal menunggu hasil ujiannya aja sih. Doakan semoga hasilnya baik ya! 

Baca juga: Examination Syndrome 

Setelah menghadapi masa-masa stres dan edan, aku memutuskan untuk menghibur diri. Iya, aku pergi keluar kota bersama salah satu partner in crime selama masa SMA. Siapakah dia? Jeng jeng! Yup, si mungil Nonny. Aku sudah pernah cerita tentang dia di postingan sebelumnya, waktu itu aku kasih ucapan selamat ulang tahun. 

Kisah ini terjadi pada hari Rabu, 13 April 2016, persis setelah melaksakan Ujian Nasional. Jadi, sejak dahulu kala Nonny sering banget bilang ke aku, "Nad, ayo kapan-kapan kita jalan-jalan berdua lagi." 

Dulu, kelas sepuluh dan sebelas, aku sering banget jalan berdua dengan Nonny. Cuma jalan-jalan aja, keliling kota dengan jalan kaki berdua sambil curhat-curhat gitu. Namun, kelas dua belas kami lebih fokus untuk ujian dan belajar. Jadi, nggak sempat buat jalan-jalan sampai kaki lempoh. Akhirnya, kami janjian setelah Ujian Nasional berlangsung. Saat itu kami bingung, mau jalan ke Semarang atau ke Solo. Ujungnya sih jadinya ke Solo. Bentar, belum afdol kalau nggak setel lagunya Didi Kempot. Ayo tarik mang, Stasiun Balapan! 

Baca sekilas tentang Nonny: Kado Ulang Tahun Nonny 

Kisah perjalanan ke Solo

Oke, guys, anggaplah kita sekarang akan melakukan perjalanan. Let's go!

Jam tujuh pagi, aku berpamitan dengan Mbah. Kami janjian jam delapan pagi. Aku berdiri di terminal menanti Nonny. Sambil melihat kendaraan yang berlalu-lalang di jalan utama, aku berdiri sambil bersandar di dinding terminal. Nonny nggak datang juga, padahal sudah jam 8 lebih. Biasa, emang ya manusia-manusia Indonesia tuh hobinya ngaret. Aku merasa kayak anak hilang berdiri sendiri di dekat lampu merah perempatan jalan. Dikiranya nggak bisa menyeberang jalan kali dengan orang-orang yang ada di sana. Lama banget menunggu Nonny datang, untungnya pagi itu cerah. Langitnya biru dengan awan putih tipis yang mengambang, sinar matahari juga lumayan bisa menghangatkan tubuh yang kedinginan karena udara pagi. Aku menarik napas dalam-dalam, mumpung udara segar. Kalau udaranya nggak segar sih, aku kayaknya sudah emosi gara-gara penantian panjang.

Beberapa menit berlalu, demi apa, ini lama banget woy. Kami belum juga berangkat ke Solo. Aku mulai pegal menunggu si bocah cilik ini. Setiap angkutan kota yang lewat, aku awasi kayak mata-mata. Siapa tahu di dalamnya terdapat manusia yang aku cari tetapi tetap saja dia nggak ada di setiap angkot yang lewat. Bosan, aku main handphone saja biar sabar. Sebab, aku paling nggak suka kalau disuruh buat menunggu. Malahan, aku pernah nangis gara-gara kesal nunggu angkot yang nggak lewat juga. Pokoknya aku bukan orang yang sabar kalau disuruh menunggu. Beberapa lama kemudian, sebuah angkot tiba-tiba berhenti dan jalannya mundur. Padahal, aku nggak menghentikan angkot itu. Tiba-tiba muncul lah sebuah kepala manusia di balik pintu. Horor banget emang. Ternyata itu dia! Aku lari ke arah angkot itu. Kelamaan woy! 

Saat di angkot, Nonny izin dulu nanti mau berhenti di Bangsari. Katanya sih mau ketemuan dengan seseorang. Siapa tuh? Nggak tahu deh aku juga. Aku kira sih gebetannya. Setelah setengah jam perjalanan, akhirnya sampailah di Bangsari. Sebenarnya, jarak yang ditempuh nggak terlalu jauh sih cuman angkotnya aja yang lelet kebanyakan ngetem. Kayak yang nggak tahu aja manusia Indonesia penganut paham jam karet. Kami turun di pangkalan angkot pasar Bangsari. Lalu berdiri dan menunggu (lagi), hanya saja bedanya ini ada Nonny di sebelahku. Harus menunggu lagi, sabar ya. 

Saat menunggu orang yang dinanti Nonny, kebetulan bertemu dengan teman sekelasku, Rifa. Dia melambaikan tangan, menyapaku yang luntang-lantung di pinggir jalan. Dia mau mengantar ibunya ke pasar. Maklum, kalau liburan anak auto jadi babu. 

Tiba-tiba seorang perempuan menghampiri kami berdua dengan motornya. "Lagi nunggu orang, Neng?"

Aku kira dia siapa. Ternyata, itu orang yang mau ditemui oleh Nonny. Halah, aku kira laki-laki yang jadi gebetannya Nonny. Padahal aku membayangkan kalau aku akan jadi pemeran cameo di kisah cintanya. Sayang beribu sayang, perjalanan ini nggak ber-genre romance. 

Setelah bertemu dengan rekannya Nonny, kami harus menunggu bus yang lewat. Kayaknya hari ini emang edisi penantian panjang deh, dari awal cerita isinya nunggu melulu. Beberapa bus lewat tapi rutenya nggak searah dengan tempat yang kami tuju. Akhirnya, ada satu bus yang sejalur dengan kami. Kami melompat naik ke dalamnya. Wow, penuh. Nggak ada satu pun kursi yang tersisa. Bahkan orang yang naik sebelum kami aja banyak yang berdiri. Jadi, terpaksa kami juga harus berdiri sampai ada penumpang yang turun kalau mau mendapatkan tempat duduk. Seru juga sih, berdiri saat bus jalan. Kayak sedang berselancar di atas ombak yang menggulung, bedanya ini edisi di atas jalan aspal. Setelah kami berdua dapat tempat duduk, aku banyak cerita. Suara kami berdua mengisi langit-langit bus. Kayaknya sih kami jadi makhluk paling berisik di sana. Nggak apa-apa lah ya, busnya juga nggak berisik. Biarkan penumpang mendengarkan bacotan radio rusak ini. 

Setelah menempuh kurang lebih satu setengah jam perjalanan, dengan ekstra menunggu selama satu jam, akhirnya kami sampai di kota kenangan. Kami turun di daerah Kerten, dekat halte Batik Solo Trans atau yang biasa disingkat BST. Kami belum tahu rute untuk menjelajahi Kota Solo, modal nekat aja sih berangkat ke sana. Jadi, kami sering banget tanya ke si Mbah yang tahu segalanya, Mbah Google. Beginilah perjuangan kami untuk menjelajahi Kota Solo. 

Rute Batik Solo Trans

Setelah paham rute BST, kami menunggu (lagi) untuk kedatangan BST yang sejalur dengan tujuan kami. Kami masuk saat BST yang sejalur dengan tujuan kami datang. Wow, luas. Nggak seperti bus besar yang kami tumpangi tadi. Kami jalan ke bagian belakang bus, lalu duduk di sisi kiri yang dekat dengan jendela supaya memudahkan kami untuk mengakses jalan dan prediksi cuaca. Soalnya, takut nyasar. Maklum, ke sana modal nekat aja. 

Awan abu-abu mulai menutupi matahari, mungkinkah hujan? Kalau hujan bakal gawat sih, soalnya nggak ada yang bawa payung juga. Apalagi nggak ada yang tahu pasti di mana harus turun dari bus. Kami lihat lagi ke foto hasil screenshot barusan. Kami harus turun di antara Pasar Klewer dan Pasar Gadhag. Ternyata, akibat kesoktahuan itu, kami kebablasan. Kami turun di Pasar Ghadag. Jauh banget dari keraton. Ditambah lagi, nggak tahu tujuan dan arah. Nggak jelas juga sih mau ngapain di Solo dan juga nggak tahu mau ke mana, yang jelas jalan-jalan ke Solo. Akhirnya, kami jalan sampai ke alun-alun, ada monumen pahlawan dekat keraton. Kami nekat saja jalan ke sana sambil dipayungi teriknya matahari. Panas, ditambah lagi aku yang memakai pakaian hitam.

Arah lalu lintas Kota Solo dibuat sejalur sehingga perjalanan kami cukup memakan waktu karena nggak ada angkutan untuk kembali kalau kami kebablasan. Semua bangunan di Kota Solo unik. Setiap bangunan semacam perusahaan, bank, pokoknya bangunan gedung tinggi pasti ada tulisan menggunakan aksara Jawa. Kental banget budaya Jawanya. Kami berhenti dan melihat papan petunjuk arah yang menunjukkan arah letak keraton dan masjid berada. Akhirnya, kami memutuskan untuk mampir ke keraton saja daripada luntang-lantung nggak bertujuan. Kami lanjut berjalan. Tukang becak berjajar di sepanjang trotoar. Berapa kali kami papasan dan dihampiri tukang becak untuk diantar ke keraton atau tempat lain yang mungkin mau kami kunjungi. Akan tetapi, dengan kesoktahuan dan memikirkan tarif becak yang mahal, kami menolak. Padahal kami nggak tahu letak keraton tepatnya ada di mana. Emang bodoh banget sih ini. 

Kami berjalan lurus dan tiba di Pasar Klewer. Di dalam sana banyak penjual yang berjualan benda-benda khas Jawa: baju batik, tas batik, makanan Jawa. Kami mampir saja ke tempat-tempat dagangan itu dan melupakan tujuan utama kami, yaitu keraton. Aku mampir ke toko pakaian, melihat sebuah gaun yang bermotif batik. Harganya seratus lima puluh ribu. Aku coba untuk menawarnya dan mendapatkan 135 ribu. Masih tergolong mahal sih. 

Setelah itu, kami mampir ke toko tas. Aku dan Nonny bingung saat disuguhi tas-tas yang bagus. Terlalu banyak pilihan justru lebih membingungkan daripada hanya memiliki sebuah pilihan. Akhirnya, setelah mempertimbangkannya, Nonny membeli tas dengan harga 45 ribu dan aku membeli tas motif batik dengan harga 35 ribu. Kami berkeliling lagi. Entahlah, apa yang sebenarnya kami cari. 

Sebelum pulang, tiba-tiba mata aku jelalatan. Ada sebuah tas rajut berwarna biru. Bagus banget. Aku langsung jatuh hati ditempat. Harganya sampai 300 ribu, sedih banget sih lihat harganya mahal gitu. Soalnya tas sekolahku aja harganya nggak sampai segitu. Akhirnya, kalap juga sih. Aku beli tas itu untuk kuliah.

Setelah menghabiskan banyak uang, aku dan Nonny angkat tangan. Nggak sanggup lagi belanja di sana dan menuruti keinginan karena lapar mata. Kami pun keluar dari pasar lalu berjalan tanpa arah dan tujuan. Saat itu, sudah jam satu siang, kami mencari masjid. Kebetulan saat melewati masjid, ada sebuah papan penunjuk arah yang menunjukkan arah keraton. Akhirnya, kami jalan lurus terus. Lho, malah nyasar ke pemukiman warga. Akhirnya balik lagi ke papan penunjuk arah. Saat bertanya ke warga yang ada di sekitar malah disuruh jalan lurus terus. Kami ikutilah petunjuknya, ternyata kami malah sampai di mushola. Ya sudahlah, kami mampir dulu saja di masjid sekalian ibadah.

Sebelum masuk ke mushola, Nonny si bakul aksesoris menawarkan beberapa barang dagangannya.  Dagangan semacam kaos kaki dan juga manset. Kebetulan, saat itu aku nggak pakai kaos kaki dan kami sejak berangkat berjalan kaki sampai membuat kakiku lecet tergores sepatuku sendiri. Jadi, aku membelinya dan langsung memakainya. Saat itu, kaki pegal banget dan sakit gila. Padahal cuma mau cari satu bangunan, Keraton Solo.

Setelah beristirahat di depan masjid sejenak, kami jalan kaki lagi. Masih gigih mencari Keraton Solo yang hilang. Kami jalan lagi ke Pasar Klewer. Mungkin tukang becak yang ada di sana bingung kali melihat kami yang bolak-balik hampir setengah jam. Akhirnya, tukang becak yang mangkal di sana tanya, "Mbak, mau ke mana to?"

"Mau ke keraton." 

"Ayo tak anter wis."

"Berapa, Pak?" Bodohnya, nggak nanya pakai bahasa Jawa. Pasti dikira datang dari luar kota. Biasanya kalau begitu, pasti harganya mahal. 

"Dua puluh lima ribu."

Buset. Mahal banget. Akhirnya, kami menolak. Oke, ini kebodohan yang kedua kalinya. Padahal kami aja nggak tahu letak keraton ada di sebelah mana. Inisiatif lah jalan kaki lagi dengan gigih mencari keraton tetapi nggak ketemu juga. Sedih banget. Kaki sudah pegal-pegal masih aja nggak ketemu. Akhirnya, kami berdiskusi sejenak dan menyerah. Mau tanya tukang becak juga gengsi, nanti malah suruh naik. Masalahnya, tarifnya mahal banget. Nanti nggak bisa pulang naik bus kalau naik becak. Berhubung waktu juga nggak memungkinkan untuk tetap gigih mencari keraton Solo, ditambah lagi menyasar karena nggak tahu jalan, akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri pelancongan kami di Solo. 

Kami jalan meninggalkan alun-alun kota. Lagi, kami nggak tahu arah pulang jadi harus bertanya dulu kepada seorang pedagang yang kebetulan berada di sana. Saat mencari halte BST, aku sempat salah ngomong. Aku menyebut BST sebagai Trans Semarang. Jelas, pedagangnya bingung. Malu banget woy. Lalu kami pergi lah ke halte dan menanti BST datang. Setelah penantian panjang, BST pun datang. Saat kami masuk ke dalamnya, isi BST penuh. Sepertinya karena jam pulang sekolah dan pulang kerja. Bau badan, bau keringat, bau ketiak, bau AC, bau matahari, dan lengkap sudah waktu ada mas-mas masuk ke dalam BST dengan bau parfumnya. Campur aduk baunya. Pusing.

Seperti yang aku tuliskan sebelumnya, arah lalu lintas Kota Solo itu dibuat searah. Jadi, selama kurang lebih 45 menit, kami berada di dalam BST untuk melakukan perjalanan menuju Solo Square. Sesampainya di Solo Square, kami berburu ramen. Dulu, waktu mengikuti lomba di Solo, aku pernah makan ramen itu dan rasanya enak banget. Aku mau makan ramen itu lagi, tapi aku lupa di mana tempatnya. Lagi, kami berjalan mengitari Solo Square. Bolak-balik naik turun eskalator untuk mencari kedai ramen. Nihil, nggak ketemu. Foodcourt-nya kayak Atlantis, tiba-tiba menghilang. Gara-gara sudah kelaparan karena melancong dari jam tujuh pagi sampai jam tiga, akhirnya kami mampir saja ke Es Teler 77 si jagoan yang bikin teler karena makanannya mahal, bikin kantong pelajar bolong. 

Aku memesan mie ayam bakso dan Nonny memesan mie goreng. Lalu kami memilih minum yang paling murah aja dengan harga lima ribu rupiah. Saat mau bayar, kaget banget dong. Bukan kaget karena total pembayarannya, tapi kaget karena air mineral yang harganya lima ribu rupiah itu cuma dapat yang botol kecil. Kalau beli di warung sih mungkin seribu lima ratus juga sudah dapat. Untungnya, yang beli air mineral sih bukan aku, tapi Nonny hahahahaha.

Pukul setengah empat sore, kami selesai makan. Sebelum pulang, mampir dulu buat beli minum dulu, beli satu gelas teh poci buat dibawa pulang. Kami menunggu bus di halte yang ada di samping Solo Square. Sambil menunggu, aku dan Nonny mengobrol aja. Sekalian ambil foto candidnya Nonny. Soalnya bodoh aja gitu, tadi waktu jalan-jalan di alun-alun nggak foto bareng. Emang benar-benar bodoh dan aneh sih. Waktu sedang asyik jeprat-jepret, tiba-tiba aku terperanjat. Ada suara ledakan. Nggak tahu pasti itu suara ledakan dari mana. Pokoknya orang yang ada di halte juga sampai berkerumun mencari sumber suara. Setelah beberapa lama, bus pun datang. 

Kami sudah ada di dalam bus. Bus nggak penuh kayak tadi pagi. Jadi, kami kebagian tempat untuk duduk. Aku duduk di dekat jendela dan Nonny duduk di sebelah kiriku. Setelah itu, kami mengobrol, membuat bus yang senyap jadi berisik. Ketawa-ketawa nggak jelas, padahal cuma ngetawain air mineral cilik yang harganya lima ribu. Begitulah ketika orang gila yang pura-pura waras berkumpul. Di dalam bus, kami juga foto-foto dan merekam video untuk cerita kejadian hari itu, persis seperti yang aku lakukan di rumahku yang pernah aku ceritakan di pos sebelumnya. Pokoknya, di dalam bus kami berdua have fun. Ikut lipsync saat lagu-lagu hits diputar. Asyik lah, we're having fun.

Kisah rekam video bersama Nonny, baca dulu: Kado Ulang Tahun Nonny 

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Bus sudah sampai di kota tempat kami berasal. Kami harus berpisah. Aku turun lebih dulu di terminal tempatku menunggu Nonny tadi pagi. Saat aku mau turun, Nonny memanggilku. Aku menoleh dan dia berkata, "Nad, teefte!" [read: Thanks for today]

"Teefte juga. Hati-hati!" Aku pun melompat turun dari bus dan pulang.

Sudah kisahnya bersambung. Iya, bersambung. Sebab, masih banyak sebenarnya cerita perjalanan kami melancong berdua. Mungkin kapan-kapan akan aku ceritakan juga di blog ini, kalau nggak lupa. Perjalanan ini adalah pertama kalinya aku dan Nonny pergi jauh sampai ke luar kota. Jadi, sudah pasti ini bakal menjadi kenangan. Begitulah alasannya kenapa aku memberikan judul dengan lirik lagu Didi Kempot. Kenangan nyasar ini nggak akan terlupakan kayaknya hahahaha.

Baca juga kisah-kisah pertemanan kami klik di sini

Sekian cerita untuk hari ini. Sampai jumpa di cerita yang lainnya.
Have a nice day


Michiko ♡

Picture source on Google

7 Februari 2016

Examination Syndrome

2:44 PM 0 Comments
Halo. Lama tak jumpa. Iya nih, aku lagi sibuk dan jadwalku padat seperti yang aku jelaskan di postingan sebelumnya. ( Baca dulu postingannya deh: Time Management dan Have A Nice Day )
Aku sebentar lagi akan menghadapi ujian. Ujian juga sudah di depan mata. Banyak banget ujian try out, jadi aku harus belajar dan belajar sampai susah banget mau melirik blog sejenak tetapi harus tetap semangat! 

Aku bingung juga sih mau tulis tentang apa ya. Berhubung aku akan ujian, aku mau mengeluh tentang ujian deh. Aku mau bahas Examination Syndrome. Itu penyakit apaan ya? Nggak pernah dengar ya? Iya lah, itu bukan penyakit. Itu cuma istilah yang aku buat sendiri. Biarin lah ya, istilah seenak jidat juga supaya mengasah kreatifitas. 

Apa itu Examination Syndrome?

Examination syndrome adalah serangan fisik dan psikis setiap kali aku akan menghadapi ujian. Ujian apa pun itu, termasuk ujian hidup. Biasanya, setiap aku akan menghadapi ujian tengah semester atau akhir semester, aku pasti akan merasa grogi banget. Aku suka membayangkan ketika hari H tiba, tegang banget. Kadang aku suka merasa khawatir kalau soal ujiannya nggak sesuai dengan apa yang aku pelajari. Kadang juga khawatir kalau aku akan dapat nilai nol kayak telur. Pokoknya grogi banget deh. Akibat dari ketegangan dan kekhawatiran itu yang menyerang psikis, muncul lah gejala-gejala fisik semacam mules, demam, flu atau apa lah itu.

Penyebab Examination Syndrome

Penyebab examination syndrome ini adalah kekhawatiran dan ketegangan yang berlebihan. Muncul karena terlalu kebanyakan berandai-andai, memikirkan hal yang belum pasti terjadi, terlalu memikirkan hal-hal yang buruk, nggak bisa berpikir positif tentang masa depan. Hal-hal itu membuat mental terusik, jadi stres dan tekanan batin.

Gejala Examination Syndrome

Gejala dari examination syndrome biasanya sih mengganggu stabilitas mood seseorang. Kadang jadi sering menangis atau marah-marah. Mungkin karena banyak pikiran kali ya, makanya perasaannya jadi berantakan nggak karuan gitu. Selain muncul gejala psikis, biasanya muncul juga gejala fisik seperti diare, flu, demam, radang tenggorokan, dan lain sebagainya.

Baca juga cara untuk menjaga stabilitas mood: Have A Nice Day 

Harapan untuk ujian

Aku sendiri juga sedang mengalami fase ini, apalagi ini menjelang Ujian Nasional terlebih banyak banget tugas yang harus diselesaikan untuk penilaian tugas akhir dan ujian sekolah. Stres maksimal! Gejala yang muncul sih jadi sensitif banget, diganggu sedikit bawaannya pengen marah dan ngamuk, sering nangis sendiri karena stres. Selain itu, aku juga sering diare kalau mau menghadapi ujian. Nggak elit banget deh.

Cara Mengobati Examination Syndrome

Mungkin, beberapa dari kalian juga ada yang kayak begini ya? Mau berbagi sedikit tips aja untuk mengatasinya, tetaplah rileks dan jangan berpikiran negatif tentang hal yang belum terjadi. Tetap fokus dan persiapkan diri dengan matang. Hasil ujian janganlah dipikirkan dulu karena itu bisa mengambil alih konsentrasi saat mengerjakan ujian, justru membuat kalian nggak maksimal dalam mengerjakan soal-soal ujian. Semua hasil pasti akan baik, kalau usaha dan doanya juga baik. 
Semua hal baik yang terjadi harus ada DUIT-nya: DOA, USAHA, IKHLAS, TAWAKKAL.
Banyaklah berusaha dan jangan lupa berdoa agar mendapat kemudahan. Selain itu, ikhlaslah dengan usaha yang dikerahkan. Setelah semua dilaksanakan, bertawakallah, berserah diri atas segala hasil yang akan didapatkan. 

Baca tips agar doa terkabul: Zutto Oinorishimashou 

Untuk kalian yang akan menghadapi ujian dan mengalami examination syndrome juga, semangat kawan! Semoga berhasil menempuh ujian dan dapat hasil yang terbaik.

Have a nice day


Michiko ♡

Picture source on Pinterest

26 Januari 2016

Have A Nice Day

9:30 AM 0 Comments
Halo. Lama tak jumpa lagi ya dengan aku? Kangen gak? Belakangan ini, aku nggak ada ide sih. Jadi, aku hiatus untuk posting di blog, terlebih lagi mau ujian kan jadi semakin sibuk. Walaupun aku sibuk, tapi aku tetap menikmatinya. Hari-hari yang kujalani terasa begitu indah dan cepat berlalu. Mau tahu nggak, apa rahasianya?

Selain strategi untuk mengatur waktu di kala sibuk ( Baca selengkapnya: Time Management ), aku juga harus punya motivasi untuk tetap melangkah maju. Suatu hari, aku sedang menonton sebuah film. Film itu selalu ada amanat yang bisa diambil dari kisahnya. Aku pun mendapatkan sebuah motivasi dari salah satu tokohnya:
"I wanna be brave, and selfless, and smart, and kind, and honest." — Tobias Eaton, Divergent (2013).
Semenjak itu, aku selalu mengingat kalimatnya dan berpegang dengan motivasi itu. Aku banyak mengubah hidupku. Aku yang semula penakut, mulai berubah untuk mengontrol diri supaya menjadi orang yang berani. Aku yang semula apatis, mulai mencoba untuk tidak mementingkan kepentingan sendiri. Aku banyak belajar agar menjadi orang yang pintar. Aku berusaha untuk selalu menjadi orang yang jujur dan berintegritas. Intinya, aku berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik. Untuk mewujudkan keempat pegangan tersebut, tentu saja aku harus punya hari yang baik juga untuk memulai menjadi pribadi yang lebih baik. Hal-hal kecil mulai aku lakukan untuk membuat hari-hariku menjadi indah. Hal-hal kecil yang bisa menunjang indahnya hari yang aku lalui seperti berikut ini.

1. Be grateful

Saat pertama kali aku membuka mata, bangun tidur, hal yang pertama kali aku lakukan adalah meregangkan ototku dan berdoa setelah bangun tidur. Bersyukur. Bersyukur karena aku masih memiliki kesempatan untuk hidup. Bersyukur karena aku masih mengembuskan napas. Bersyukur karena aku masih bisa bangun. Bersyukur karena aku bisa tidur dengan nyenyak. Bersyukur karena aku bangun dengan hati yang tentram. Otot-otot akan terasa rileks setelah diregangkan bersamaan dengan ucapan syukur yang dipanjatkan.

2. Menghirup udara segar

Setelah meregangkan otot, aku akan membuka jendela kamar. Memandang ke sekitar sambil menghirup udara pagi yang segar. Tentunya, untuk menghirup udara segar kita harus bangun pagi. Matahari memancarkan sinar fajar membuat langit elok. Udara segar di pagi hari akan membuat pikiran menjadi tenang, menjaga stabilitas mood juga. Apabila di kamar nggak ada jendela, bisa kok membuka pintu dan berjalan atau sedikit melakukan peregangan otot di halaman rumah. Walaupun dingin, tapi itu menyegarkan. Jadi, nggak usah pakai jaket.

3. Curhat

Mencurahkan segala isi hati itu sungguh melegakan. Nggak harus curhat dengan manusia, curhat dengan Tuhan biasanya lebih melegakan. Beban yang ditanggung sendiri itu akan membuat kepala menjadi pusing karena banyak pikiran, ujungnya stabilitas emosi terganggu dan membuat hari menjadi berantakan karena perasaan yang berantakan nggak karuan. Terkadang, aku berbicara sendiri setiap pagi, bercerita tentang apa saja hal yang akan aku lakukan hari ini dan mengatakan harapan apa yang aku inginkan agar terjadi. Setelah hari berakhir, atau ketika aku akan pergi tidur, biasanya aku bercerita tentang kejadian hari ini. Aku meluapkan semua emosi, senang, sedih, kesal, tegang, dan lain sebagainya. Semua itu membuat hati menjadi lega.

4. Mandi

Air yang membasuh tubuh itu rasanya membuat otot-otot sangat rileks. Membuat lebih semangat untuk menjalani hari dan juga membuat diri kita melepaskan penat yang seharian kita bawa. Seolah mandi ini adalah menetralkan sesuatu yang panas dengan air dingin.

5. Bercermin

Biasanya, ketika bercermin kepercayaan diri akan meningkat sehingga membuat kita menjadi percaya diri untuk menjalani hari. Dengan melihat pantulan bayangan di cermin, kita bisa melihat ekspresi wajah sendiri dan menentukan mana ekspresi wajah yang enak dilihat dan mana ekspresi wajah yang nggak enak dilihat. Dengan begitu, kita akan menampilkan ekspresi terbaik kita setiap bertemu dengan orang lain. Selain itu, memberi petuah untuk diri sendiri juga diperlukan sebagai motivasi untuk menjalani hidup. 

6. Interaksi dengan orang tercinta

Memulai hari dengan berinteraksi dengan orang tercinta akan meningkatkan mood. Hormon oksitosin akan meningkat karena mendapatkan cinta dari orang yang kita sayang. Hal itu akan berpengaruh baik untuk perasaan, membuat perasaan menjadi senang. Perasaan senang akan membawa kepribadian yang menyenangkan juga. Kesenangan itu bisa memacu semangat untuk menjalani hari itu. Otomatis kalau kamu punya semangat, sudah pasti dong melakukan apa pun all out dengan super power yang kamu miliki.

7. Jangan banyak main handphone

Handphone sebenarnya adalah salah satu penghambat untuk menikmati hidup dan alam. Biasanya, dia akan menjadi pelarian ketika sedang sendirian, juga mengambil alih perhatian seseorang sampai orang nggak peka dengan keadaan sekitarnya. Akibatnya, akan terbentuk sikap apatis karena kebanyakan main handphone. Selain itu, orang-orang di sekitar juga jadi ogah untuk mengganggu orang yang sibuk memegang handphone-nya. Padahal, bisa jadi orang itu ingin mengajak berbicara atau sekadar berbagi canda tawa tetapi malah sungkan karena melihat orang sedang sibuk dengan handphone-nya. Sedangkan dalam sudut pandang kita, kita malah merasa kalau orang-orang nggak peduli dengan kehadiran kita. Nah lho, susah kan kalau sudah begini, pasti hari akan jadi berantakan kalau sudah begitu. Maka dari itu, gunakanlah handphone seperlunya.

Tips membuat hari bahagia

Baca juga tips-tips kehidupan yang lainnya di sini

Sekiranya itu sih hal-hal yang bisa membuat hari-hariku terasa lebih baik dan menyenangkan. Semoga, kalian juga bisa memulai hari dengan baik dan mengakhirinya dengan baik juga. Semangat untuk hari ini!

Have a nice day


Michiko ♡

21 Januari 2016

Secret Admirer

5:14 AM 0 Comments
Secret artinya rahasia. 
Admirer artinya penggemar. 
Kalau digabung, secret admirer artinya rahasia penggemar. Eh, nggak deng. Penggemar rahasia. 

Siapa di sini yang jadi penggemar rahasia seseorang? Ayo angkat tangan! Kalau iya, berarti kita sama! 
Sebagai penggemar rahasia senior (kayak apaan aja jadi senior), aku mau mengupas rahasia penggemar rahasia. Mengupas dari sudut pandang fakta, suka, dan duka serta berbagi sedikit pengalaman. Siap?

Penggemar rahasia

Apa itu secret admirer?

Secret admirer adalah penggemar yang dirahasiakan. Maksudnya, kita menggemari seseorang tetapi dia nggak tahu kalau kita adalah penggemarnya. Kalau ngomongin soal cinta bertepuk sebelah tangan sih, sudah jelas pasti bertepuk sebelah tangan, wong dia aja nggak tahu kalau kita suka sama dia. Biasanya, kerjaan secret admirer itu cuma diam saja sih. Diam-diam menyimpan rasa. Diam-diam memperhatikan dia. Diam-diam memikirkan dia. Diam-diam mendoakan dia. Diam-diam salah tingkah. Diam-diam senyum sendiri. Pokoknya, diam.

Mungkin orang-orang yang nggak pernah jadi secret admirer pasti berpikir, apa susahnya buat confess your feeling? Kalau dia nggak tahu perasaanmu, bagaimana mungkin dia bisa membalas perasaanmu? Begitu, kan? Secara logika, benar. Dia nggak akan tahu tentang perasaan kita apalagi membalasnya. Akan tetapi, seorang secret admirer memiliki hal lain yang dipertimbangkan. Rasa ketika mencintai dalam diam dan mencintai ketika sudah memiliki itu berbeda. Ketika mencintai seseorang dalam diam, seorang secret admirer tahu bahwa rasa yang ada di hatinya bukan nafsu untuk memiliki dia tetapi memang ketulusan untuk melihat orang yang dicintainya bahagia. Pada titik inilah, perasaan seseorang diuji. Lebih banyak makan hati sih. Namun, kita juga tahu esensi cinta yang sejati itu seperti apa. Bukan masalah menyakiti diri sendiri. 

Apa untungnya jadi secret admirer?

1. Nggak malu

Perasaan yang dimiliki itu sifatnya rahasia. Nggak ada satu orang pun yang tahu tentang perasaan yang kita punya kepada orang yang kita suka, kecuali diri sendiri. Poin nggak malu di sini berlaku di banyak sisi. Misalnya, ketika confess tentang perasaan kepada dia, ada kemungkinan 50:50 apakah perasaan itu dibalas atau nggak. Kalau dibalas sih, beruntung. Tetapi, kalau nggak dibalas? Double kill: patah hati dan malu karena dia tahu. 

Selain itu, kalau lingkungan pertemanan tahu tentang perasaan itu, biasanya jadi hot issue. Jadi bahan obrolan dengan circle orang lain, kadang juga kedengaran sampai ke seluruh penjuru dunia. Oke, ini lebay. Jadi trending topic bahan gibah orang lain itu nggak enak, apalagi kalau urusannya tentang personal banget macam kisah cinta. Belum lagi, sering banget diciein sama orang-orang di sekitar.

2. Menjaga perasaan orang lain

Kok bisa menjaga perasaan orang lain? Iya, bisa. Secret admirer itu turut andil dalam menjaga perasaan fans dia yang lain. Seandainya, banyak orang yang naksir dengan dia, pasti mereka juga akan merasa patah hati kalau dia sudah punya gebetan. Apalagi kalau dua orang sahabat suka dengan satu orang yang sama, apa akan secara gamblang berkata kalau mereka orang yang sama? Pasti salah satu ada yang diam dan memendam.

3. Latihan akting

Kebanyakan, orang yang sedang jatuh cinta itu sering banget salah tingkah di depan orang yang dia suka. Akan tetapi, sebagai seorang secret admirer jelas harus menahannya karena dalam misi menjaga kerahasiaan perasaannya. Kadang ada hal yang membuat bahagia, dia harus tahan dulu untuk tersenyum sendiri dan pura-pura biasa saja. Kadang ada hal yang membuat sedih, dia juga harus tetap menyesuaikan keadaan. Hitung-hitung, latihan untuk berakting, kan?

4. Bisa bersahabat dengan doi

Sebenarnya ini level paling expert--apaan deh. Sebab, kalau mengambil langkah ini ada keuntungan dan kerugiannya. Dengan menjadi teman dia, mungkin seorang secret admirer akan merasa senang karena bisa berada di dekat dia. Akan tetapi, risikonya juga besar, mungkin dia hanya menganggap teman alias dimasukkan ke dalam friendzone. Lebih tinggi lagi, mungkin seorang secret admirer akan mengetahui siapa orang yang doi suka. Ini sih sudah next level of broken heart.

5. Mendoakan orang lain

Ketika sedang jatuh cinta, setiap orang pasti selalu memikirkan tentang orang yang dia suka. Kadang namanya juga terselip di dalam doa. Biasanya sih, contoh doanya begini:
"Ya Tuhan, jodohkanlah aku dengan orang seperti dia. Kalau tidak ada yang seperti dia, dia saja gak apa."
Bahkan ada doa yang lebih maksa:
"Ya Tuhan, jika ia jodohku dekatkanlah, jika ia bukan jodohku maka jodohkanlah."
Maksa banget emang ya, tetapi dengan mendoakan dia terkadang akan terlintas juga doa untuk kebahagiaan dia, kesehatan dia, supaya bisa selalu melihat doi yang sehat dan bahagia

6. Patah hati nggak sesakit diputusin

Setiap hari, seorang secret admirer pasti makan hati karena doi. Mungkin karena terlatih patah hati, makanya seorang secret admirer nggak akan merasa dijatuhkan ekspektasinya sendiri. Ibaratnya, seorang secret admirer itu sedang menaiki anak tangga, baru sampai di tengah jalan dia terjatuh sendiri. Sakit, mungkin terkilir tetapi nggak sampai patah tulang. Berbeda ceritanya jika dibantu oleh orang lain untuk menaiki tangga itu [read: pacaran], satu per satu tangga dinaiki sampai puncak lalu dilepaskan genggamannya dan didorong sampai terjatuh. Sakit, bukan main, bahkan tulang mungkin bisa remuk karenanya. Berbeda, kan? Rasa sakit karena diri sendiri dan rasa sakit karena orang lain itu rasanya berbeda jauh. 

Apa ruginya jadi secret admirer?

Hanya satu. Iya, hanya satu aja. Hati jadi cemilan sehari-hari.
Kalau ini jelas, doi bukan punya kita, bahkan dia pun gak tahu sedikit pun tentang perasaan kita. Jadi, sudah pasti ada kemungkinan doi melakukan apa yang kita nggak sukai, berinteraksi dengan orang yang paling membuat kita cemburu, atau bahkan ada kemungkinan dia menyukai orang lain.

Baca juga jeritan hati seorang penggemar rahasia: Surat Terkutuk

Nah, itu sedikit fakta, suka, dan duka menjadi seorang secret admirer. Bagaimana dengan pengalaman menjadi secret admirer? Ceritanya aku mau kasih testimoni hahahaha.

Salah satu kisah seorang secret admirer

Pada zaman dahulu kala, pertama kali aku bertemu dengannya. Kutatap kerlingan matanya mempesona, membuat jantung berdebar kencang. Dibuat kelu lidahku tak mampu berucap. Merinding romaku seperti melihat malaikat. Dibuat malu setiap kupandang senyuman yang tersungging di bibirnya. Halah, alay.

Sejak menyadari suka dengan seseorang, aku nggak berani untuk mengungkapkan. Hanya bisa memandang dia dari jauh. Setiap dia berada di lapangan, entah itu main basket atau futsal, aku selalu memperhatikannya dari jendela kelas. Aku nggak berani blak-blakan bilang ke siapa pun kalau aku suka dengan dia, termasuk sahabatku sendiri. Jadi, aku harus pendam rasa itu sendiri. Jadi, segala hal tentang dia aku pendam dalam hati.

Sampai pada suatu ketika, ada sesuatu hal yang menakjubkan. Aku terkejut dibuatnya. Ada project yang harus kami kerjakan bersama. Oh jelas, hati berbunga-bunga. Ingin melompat kegirangan, tetapi ada orang-orang di sekitarku. Jadi, aku harus berlagak biasa saja, padahal hatiku senangnya nggak karuan. Lewat project itu, aku lebih banyak berinteraksi dengan si doi. Itulah yang membuat aku menjalin pertemanan yang cukup baik dengan si doi. Setelah beberapa waktu, sudah merasa cukup nyaman, dia pun nggak sungkan menceritakan seseorang yang sedang dia sukai. Rasanya agak sesak, cemburu, tapi ya sudahlah. Sesakit apa pun itu, ya sudahlah. Asalkan dia masih bisa tersenyum sama aku.

Setelah memendam rasa selama lima tahun, aku belum juga mengungkapkannya. Bahkan, sampai detik ini pun dia nggak tahu kalau aku masih menyukai dia. Aku berusaha untuk move on, tetapi selalu saja gagal. Sekiranya, begitulah sepotong kisah aku sebagai seorang secret admirer. Kapan-kapan akan aku ceritakan dia secara detail. Sudah ah, sesi curhat ditutup. 

Untuk kamu, seorang secret admirer, semangat teman seperjuangan! 
Suatu saat doi akan menyadarinya. Seandainya dia nggak sadar juga, pasti ada yang lebih baik dari doi.
Sekian untuk hari ini, terima kasih untuk yang baca. Kiss bye! 

Have a nice day


Michiko ♡

Photo by freestocks on Unsplash

19 Januari 2016

Trouble Maker

1:28 AM 0 Comments
你好朋友们。^^
Ni hao pengyou men.
Halo teman-teman. 
Setelah selesai menjalani ujian praktik dan try out, akhirnya aku bisa bebas buat posting di blog lagi. Kangen gak? Hahaha. Hari ini mau bahas tentang apa ya? Bagaimana kalau bahas trouble maker? Bukan, bukan Trouble Maker Hyuna dan Hyunseung lho ya. Ini trouble maker di kelas Mandarin. Yup, kisah d'trebbles.

d'trebbles
(n) Julukan para trouble maker di kelas Mandarin. Bukan geng tetapi sekelompok orang dari komunitas satu kelas yang mengikuti kelas Mandarin. Berisi empat ekor manusia yang terlahir tak sempurna karena kesempurnaan hanyalah milikNya.

Sebelum masuk ke kisahnya, ayo kenalan dulu dengan anggota d'trebbles. 
Nad as Baobao (宝宝) 
Baobao artinya darling, baby. Orangnya pendek, badannya kurus tapi pipinya tembem. Baobao punya karakter sebagai orang yang cuek, ceplas-ceplos, dan berani. Kadang keberaniannya itu nggak tanggung-tanggung, malah dicap seperti orang yang nggak tahu sopan santun. 
Rani as Baobei (宝贝)
Baobei artinya treasure, darling, baby. Tinggi badannya sama kayak Baobao, badannya normal nggak kurus dan nggak gendut juga, pipinya lebih tembem daripada Baobao. Baobei punya karakter sebagai orang yang lembut, sopan, dan sensitif. Suaranya berat, mungkin tenor, mirip suara laki-laki dan agak serak. 
Farah as Qin ai (亲爱)
Qin'ai artinya dear, beloved, darling. Orangnya lebih pendek dari Baobei, kulitnya agak gelap mungkin sawo matang, berkacamata, agak semok. Qinai punya karakter sebagai orang yang ceria, suka tertawa, dan agak cengeng. Biasanya dia suka nangis kalau lagi bahas ujian Bahasa Mandarin. 
Rivi as Qing lü (情侣)
Qinglu artinya sweetheart, lovers. Orangnya lebih tinggi daripada Baobao, agak berisi, kulitnya kuning langsat. Qinglu punya karakter sebagai orang yang lembut, peduli sesama, dan penurut. Dia jauh lebih dewasa dari tiga anggota yang lain karena seperti punya sifat keibuan, jadi mommy d'trebbles.

Kalau ada sekelompok trouble maker, berarti ada yang terganggu atau ada suatu hal yang dikacaukan dong. Tentu saja, ada. D'trebbles adalah pengacau kelas Mandarin, yang paling berisik di kelas Mandarin daripada murid dari kelas lain. Selain mengganggu ketenangan kelas, D'trebbles juga suka mengganggu pengajar kelas Mandarin, kami menyebutnya Laoshi (老师).

Gambarnya mirip Laoshi kalau sedang marah (nyelip buat thumbnail)

Laoshi (老师) berasal dari bahasa Mandarin yang artinya guru. Ya, kami—anak-anak kelas Mandarin—memanggil mommy besar dengan sebutan Laoshi. Laoshi ini badannya besar, pipinya juga besar, cantik, pertama bertemu dengannya ia berambut pendek tapi sekarang sudah agak panjang sebahu. Pernah dapat beasiswa ke China makanya sekarang ia mengajar bahasa Mandarin di sekolahku. Karakter Laoshi ini seperti kerang. Luarnya keras tapi dalamnya lembut dan berharga. 

Ini adalah kisah ketika aku berada di bangku SMA. Kata orang, zaman SMA adalah masa-masa yang nggak pernah terlupakan. Mungkin, ini akan menjadi salah satu kenangan yang nggak terlupakan itu. Aku mau menceritakannya di blog ini, siapa tahu ketika aku sudah dewasa nanti, aku bisa membaca postingan ini lagi dan teringat masa-masa jahilin Laoshi bersama d'trebbles.

D'trebbles lahir karena sebuah kelas lintas minat yang diadakan oleh sekolah. Kami berempat berasal dari satu kelas yang sama, yaitu kelas MIA 4. Semester pertama, sekolah menyuruh seluruh murid kelas 10 untuk memilih kelas lintas minat, boleh kelas bahasa asing atau IPS. Kami berempat dipertemukan di kelas ini, kelas bahasa Mandarin. Sebagai siswa baru, jelas belum kenal siswa dari kelas tetangga, lagian dari kelas sendiri aja malah belum kenal semua. Oleh karena itu, kami yang latar belakangnya dari kelas yang sama dan bertemu di sebuah kelas peminatan yang sama, akhirnya memutuskan untuk selalu bersama dan duduk bersebelahan di laboratorium bahasa.

Pertama kali duduk di laboratorium bahasa, kami duduk di baris paling depan yang jauh dari meja pengajar. Saat pertama kali duduk di kelas itu, tegang dan hening. Nggak ada murid yang berani ngobrol sama sekali. Laoshi galak banget. Melihat ada yang mengobrol, nanti Laoshi akan menyuruh orangnya untuk mengobrol di depan kelas. Mendengar ada yang salah, langsung diomelin dan dikasih ceramah. Pokoknya dingin banget, kayak guru killer. Bahkan sekelas nggak ada yang berani bertanya walaupun nggak paham materi pembelajarannya. Seseram itu, guys. Kami lebih mirip seperti anjing yang sedang dilatih, bergeming dan nggak berkutik. Sampai setiap pelajaran bahasa Mandarin, pasti mengeluh dan malas banget untuk masuk ke kelasnya karena kegarangan Laoshi mengalahkan galaknya Kak Ros. Setiap masuk kelas pasti diceramahi, diomeli, pokoknya kuping bakal panas setiap jam pelajaran usai. Laoshi suka mendesak murid-muridnya buat belajar, belajar, dan terus belajar. Kalau sudah masuk kelas bahasa Mandarin, sepuluh menit bakal terasa seperti tiga puluh menit. Waktu terasa lambaaat banget! Nggak bohong deh, nggak betah banget. Asli.

"Kalau nggak mengerti, tanya!" Begitu kata Laoshi. Laoshi sering banget bilang begini kalau murid-muridnya diam karena nggak bisa jawab pertanyaannya. Padahal, boro-boro mau nanya, napas aja ditahan saking takutnya.

Suatu hari, pada pertemuan kelas bahasa Mandarin yang ke-sekian, ada sebuah materi yang sama sekali nggak bisa dimengerti. Biasanya, kalau nggak ngerti sih kami cuma asal tebak aja, mungkin maksudnya ini atau itu, karena nggak berani tanya Laoshi. Akan tetapi, kebetulan pas hari itu benar-benar nggak bisa dimengerti, bahkan dipikirin sampai otak bolong pun nggak paham maksudnya. Mau nggak mau, jalan satu-satunya ya bertanya. Rasanya saat itu, bingung dan takut. Kayak mau masuk ke goa yang isinya singa yang lagi lapar. Keringat dingin, jantung deg-degan, pokoknya tegang lah kayak menghadapi situasi antara hidup dan mati.

"Nad, tanyain ke Laoshi dong," Qinai menyuruh aku untuk bertanya.

"Ran, tanyain ke Laoshi dong," aku melemparnya ke Baobei.

"Riv, tanyain ke Laoshi dong," Baobei melemparnya lagi ke Qinglu.

"Nad, tanyain ke Laoshi dong." Sialan, malah dilemparin lagi oleh Qinglu ke aku. "Kamu kan berani."

Akhirnya, daripada sesi tanya jawab ditutup dan Laoshi ngamuk lagi karena murid-muridnya nggak paham, aku pun memberanikan diri untuk bertanya. Tepuk tangan, cepat!
Hatiku cenat-cenut. Peluhku menetes. Salah tingkah. Malu. Lidahku kelu. Merinding romaku. Otakku beku. Tubuhku lunglai. Pokoknya, Laoshi, I heart you! 

Bagaimana respon Laoshi setelah aku bertanya? 
DUAR! Hatiku meledak. Pengen aku lempar kursi gitu. Laoshi jawab pertanyaan dengan intonasi yang sinis dan jutek abis. Setelah itu, aku iyain aja walaupun nggak mengerti sepenuhnya. Padahal aku cuma mau tanya kata le (了) doang, tanganku sampai berkeringat dingin sedingin es batu. Itulah interaksi pertama kali dengan Laoshi. Respon yang didapat pun cukup menyayat hati, kayak habis ditolak mentah-mentah sama gebetan. 

Setelah tragedi itu, aku mulai mempelajari karakter Laoshi. Kira-kira apa yang bisa membuat Laoshi luluh dan nggak galak lagi? D'trebbles sering banget ngomongin tentang Laoshi, kadang sambat gara-gara Laoshi yang galak, kadang juga cari solusi untuk meredam kegarangannya. Akhirnya, ketemulah solusi untuk meluluhkan Laoshi. Apa hal yang bisa membuat Laoshi luluh? Pertemanan dan candaan. 

Akhirnya keempat bocah nakal ini menyusun strategi buat PDKT dengan Laoshi. Awalnya, basa-basi aja dengan pertanyaan-pertanyaan dan berusaha peka dengan materi yang Laoshi sampaikan. Meskipun otak kami nggak pernah jalan kalau ada di kelas bahasa Mandarin. Berusaha memperhatikan Laoshi yang sedang mengajar, mata tetap tersorot ke arah papan tulis yang berisi tulisan hanzi. Pura-pura mengerti maksud tulisannya, padahal cuma bisa baca wo (我) dan ni (你) doang. Pokoknya, kami rela untuk melek aja, memperhatikan walau otaknya kopong. Intinya, Laoshi cuma mau dihargai saat sedang mengajar. Beberapa kali bertanya, responnya selalu sinis tetapi lama kelamaan jadi biasa. 

Benar kata pepatah, witing tresno jalaran soko kulino. Saat kami duduk di bangku kelas sebelas, Laoshi semakin lunak. D'trebbles sering banget menyisipkan candaan setiap Laoshi menyampaikan materi pembelajaran. Sejak saat itu, entah karena d'trebbles yang emang kurang didikan atau murid-murid kelas lain yang terlalu sopan, kelas bahasa Mandarin jadi berisik dan santai. Untungnya, itu nggak menyulut amarah Laoshi sih karena kami masih tetap memperhatikan walaupun hasil UTS dan UAS mepet batas tuntas. Biar saja lah ya, teman-teman kelas bahasa Mandarin juga nilainya sama. Jadi, ada kawan sepenanggungan hahaha. Laoshi jadi lebih sering berbaur dengan muridnya. Kadang nyindir juga, menindas d'trebbles karena dianggap pembangkang yang beretika. 

Pelajaran bahasa Mandarin jadi nggak menyeramkan seperti awal masuk kelas. Laoshi lebih sering mengajak murid-muridnya untuk bernyanyi bersama, mendengarkan lagu-lagu berbahasa Mandarin. Kadang kalau jenuh belajar, Laoshi mengajak nonton film-film China juga. Tahu sendiri biasanya pelajar emang paling suka kalau di kelas nggak belajar. Mending dengar kisah hidup guru daripada buka buku. Mending menonton film daripada menonton papan tulis. Hanya saja, biasanya sebelum bebas dari materi pembelajaran, Laoshi punya syarat: "Kalau mau nonton film, kalian harus sudah mengerti materi dan dapat nilai bagus untuk UTS/UAS ya?"
Iyain aja dulu, masa depan nggak ada yang tahu. Bagus nggak bagus hasilnya, tergantung nanti aja ke depannya, yang penting nonton film. 

Sekarang, d'trebbless sudah duduk di bangku kelas dua belas. Harusnya sih, agak kalem sedikit gitu ya. Meminta restu, taubat sedikit karena mau ujian. Eh ini, malah sama saja berisik dan urakan kayak biasanya. Saat kelas dua belas, materi pembelajaran bahasa Mandarin nggak terlalu banyak karena sudah dihabiskan materinya waktu kelas sebelas pakai sistem kebut. Alhasil, di kelas dua belas kami hanya belajar tentang hobi dan menambah kosa kata tentang profesi. Kelas bahasa Mandarin juga lebih sering kosong karena Laoshi sibuk. Sekarang, Laoshi nggak cuma handle anak-anak bandel kayak kami, tetapi handle ekskul pramuka juga. Kalau pelajaran kosong, kami lebih sering diberi tugas, walaupun nggak pernah kami kerjain sih. Sebab, Laoshi bilang soal-soalnya buat latihan ujian sekolah. 

Setiap jam pelajaran dikosongkan, laboratorium bahasa terasa hampa. Soalnya, nggak ada siswa lain yang datang ke kelas bahasa Mandarin, kecuali d'trebbless. Yup, d'trebbless adalah setan penjaga laboratorium bahasa. Laboratorium nggak ada yang pakai, ruangannya juga ber-AC, jadi enak untuk dipakai santai daripada kelas yang panas. Nggak jarang, d'trebbless menggila saat jam kosong. Berlagak dugem, padahal lagunya mellow. Menari gila di laboratorium. Foto narsis berempat. Pokoknya, kami berempat melakukan apa yang bisa kami lakukan aja. Laoshi datang atau nggak, pokoknya kami akan ada di sana saat pelajarannya. 

Baca juga kisah-kisah anehku di sekolah dan kampus klik di sini

Kenapa d'trebbless tetap datang ke laboratorium bahasa?
Kami terlanjur sayang dengan Laoshi. Kami kangen Laoshi, tapi nggak kangen dengan materi pembelajarannya ya. Mau aja gitu datang ke sana buat menemui Laoshi, sekadar berbagi cerita atau bercanda, menghabiskan sisa waktu bersama sebelum kelulusan SMA. Setelah itu, mungkin D'trebbless nggak akan selalu bersama lagi. Bahkan nggak bakal sering bertemu dengan Laoshi karena pasti d'trebbless sudah mulai sibuk dengan urusannya masing-masing such as assignment, job, event,  and their own life.

Itulah alasan mengapa tadi aku tulis bahwa Laoshi seperti kerang. Awal berjumpa, keras banget dan tangguh sampai sulit untuk disentuh hatinya. Tetapi ternyata setelah membuka cangkangnya, bisa dilihat di dalamnya begitu lunak dan terdapat mutiara yang berharga di dalamnya. Awal bertemu dengan Laoshi memang rasanya mencekam, tapi setelah tiga tahun bersama Laoshi, d'trebbless punya kenangan.

Thank you, Laoshi. You're like a mommy for us.
Thank you, d'trebbless. We have been living as partner in crime for three years.
See you guys on top!

Sincerely,


Baobao ♡