11 Juni 2021

Lidah Bermata Pisau

9:50 AM 0 Comments
Kamu pernah sakit hati karena lidah seseorang walaupun perkataannya jujur? Iya, kejujuran emang menyakitkan karena kita terlalu senang hidup di dalam kebohongan. 

Aku juga pernah merasa sakit hati ketika mendapatkan komentar jujur dari orang-orang di sekitarku. Sebagian ada yang berkata jujur tentang penampilanku, sebagian ada yang berkata jujur tentang tubuhku, sebagian ada yang berkata jujur tentang perilakuku, sebagian ada yang berkata jujur tentang masa depanku yang dianggap kelam. Sebagian dari kejujuran mereka membuat aku terluka. 

Komentar-komentar itu semua datang dari lidah manusia. Bagaimana bisa lidah yang selembut itu bisa mengiris hati seseorang? 

Lidah Bermata Pisau
Namanya juga manusia, makhluk sosial, kita pasti akan menemukan orang yang macam-macam perilakunya dalam hidup kita. Salah satunya, orang yang ceplas-ceplos dan nggak bisa filter omongannya sendiri. 

Kadang-kadang, tingkah mereka itu lucu sekali karena polos dan jujur. Akan tetapi, di beberapa situasi, kadang-kadang mereka menjengkelkan karena ucapan jujurnya yang menyakiti hati. Entah karena dosis kejujurannya terlalu berlebihan, atau aku yang terlalu bawa perasaan. 

Katanya, segala sesuatu yang berlebihan itu nggak baik, bukan? Sekalipun itu sebuah kebaikan yang berlebihan? Ya... menurutku sih iya. Apalagi kalau keburukan yang berlebihan ya? Pasti hancur sudah dunia ini. 

Kalau dipikir-pikir, menjadi orang yang jujur itu sebenarnya sebuah kelebihan yang banyak dicari orang, apalagi saat kita hidup di dunia yang penuh dengan kebohongan. Akan tetapi, sepertinya dunia terlalu mencintai rupa kebohongan yang manis sehingga saat kita menjumpai kejujuran, hal itu akan sangat menyakiti perasaan kita. 

"Kok kamu jadi jelek gitu, kenapa sekarang jerawatnya jadi banyak banget?" tanya seorang wanita yang sedang menggendong bayinya saat pertemuan keluarga yang diadakan setahun sekali. 

"Kamu sekarang gendut banget ya. Beratmu berapa sekarang?" tanya seorang teman SMA saat pertemuan alumni. 

"Belum kerja juga? Kamu mau jadi apa? Pengangguran?" tanya seorang pria paruh baya yang sudah lelah menanggung beban keluarga. 

"Daftar ke sini nggak diterima, daftar ke situ nggak diterima. Nggak usah sekolah lah, percuma kalau bodoh. Nanti cuma buang-buang duit," keluh seorang wanita yang frustrasi dengan anaknya yang nggak kunjung dapat sekolah baru. 

Cuma basa-basi? Masih zaman basa-basi dengan menyakiti hati orang lain? Baca deh Adab Silaturahmi, supaya basa-basi nggak lagi menyakiti perasaan orang lain.

Beberapa orang yang menerima komentar itu akan membalas dengan sebuah reaksi: mengeluh atau berubah. 

Ya sudah, kalau begitu tinggal berubah, apa susahnya? Mengeluh juga nggak menyelesaikan masalah. Anggap saja masukan dari orang lain. 

Feedback atau masukan memang penting dalam pengembangan diri tetapi sampaikanlah dengan cara yang nggak menyakiti hati dan pahami juga kondisinya. Coba bayangkan saja, bagaimana rasanya kalau kamu sedang berjuang membuang hal-hal yang membuat kamu nggak percaya diri tetapi komentar orang lain justru menjatuhkan mentalmu dan membuatmu jadi semakin nggak percaya diri? 

Kalau kamu mengalami hal yang sama, apakah kamu akan langsung berubah setelah mendapatkan komentar yang seperti itu? 

Bagiku, hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga. Aku nggak suka dengan penyampaian kejujuran yang menyakiti hati. Maka, hal ini pun akan jadi pengingat untuk diriku sendiri untuk nggak melakukan hal yang sama. Sebelum menghakimi atau mengomentari orang lain, ada baiknya kita berkaca terlebih dahulu.


Komentar negatif itu bisa menghancurkan kepercayaan diri yang dibangun bertahun-tahun hanya dalam satu detik saja. Coba bayangkan, berapa banyak kepercayaan diri orang lain yang bisa kamu hancurkan hanya dengan kata-kata dari lidahmu saja? Berapa banyak hati yang berdarah karena sayatan ucapanmu? 

Kita sudah tahu bagaimana rasanya ketika orang lain mengomentari kekurangan kita, maka jangan lakukan hal yang sama. 

Lidah itu tajam. Jauh lebih tajam daripada pedang. 

Kalau kamu gak bisa menggunakan pedang dengan baik, sebaiknya kamu simpan saja pedang itu daripada melukai orang lain. Sama halnya seperti lidah, jika kamu tidak bisa bertutur kata yang baik, sebaiknya kamu diam saja daripada tutur katamu itu menyakiti orang lain. 

Sayang banget kan kalau lidah digunakan untuk berucap hal yang menyakiti hati orang lain. Padahal, lidah bisa digunakan untuk bertutur kata dengan baik yang bakal sangat menyenangkan hati orang lain. Contohnya, kalau kita mengucapkan 3 kata ajaib yang bisa membuat orang lain tersenyum. 

Ketahui 3 kata ajaib selengkapnya di artikel: 3 Miracle Words

Kalau kamu mendapatkan komentar negatif dari orang lain, apa yang kamu lakukan? 

Yuk, berbagi tips menghadapi komentar negatif di kolom komentar!

Have a nice day, 


Michiko♡

Picture design by nadhishafa

4 Juni 2021

Analogi Sepeda Kehidupan

8:20 PM 0 Comments
Kamu pernah naik sepeda kan?
Atau seenggaknya kamu pasti pernah melihat sepeda kan?
Kamu tahu bentuk sepeda seperti apa?

Apa saja sih bagian-bagian sepeda?
Ada setang dan rem, ada sadel dan dudukan sadel, ada rantai, ada roda dan ban, ada pedal, dan rangka sepedanya.

Bagaimana caranya supaya sepeda itu bisa jalan? Tentu saja, harus ada orang yang mengendarai sepeda itu. 

Analogi Sepeda Kehidupan
Ngomong-ngomong soal sepeda nih, kamu pernah kepikiran nggak kalau manusia menjalani hidup itu seperti naik sepeda. Kita adalah pengendaranya dan sepeda adalah komponen lain dalam hidup kita. Komponen-komponen itulah yang mendorong kita untuk mencapai tujuan hidup kita.

1. Pedal adalah tuas usaha

Misalnya, pedal sepeda yang dianalogikan sebagai sebuah tuas usaha. Kalau kita nggak mengayuh sepeda, maka sepeda nggak akan jalan. Sama halnya, saat kita nggak mau usaha, pasti kita juga nggak akan bisa untuk mencapai tujuan kita, cita-cita kita, atau keinginan kita. Salah satu cara kita mengayuh sepeda itu dengan konsistensi dalam berusaha. Baca di sini: Konsistensi, Kunci Ajaib Pengabul Mimpi

2. Roda adalah dukungan internal dan eksternal

Kemudian, kita analogikan roda sebagai support system. Kalau sepeda nggak ada rodanya, sepeda nggak bisa jalan dong? Mungkin bisa, tapi kita yang seret sepedanya. 

Sama juga halnya dengan kehidupan kita, kalau kita nggak punya support system apa yang bakal terjadi? Kita jatuh bangun sendiri, kita sedih dan menangis sendiri, kita terluka sendiri, kita susah sendiri, kita senang sendiri, kita tertawa sendiri tanpa ada tempat berbagi. Intinya, kita harus menyeret hidup kita sendirian.

Support system itu apa saja sih bentuknya? Banyak. Bisa berupa dukungan keluarga, pikiran positif kita, doa, teman-teman yang suportif, atau lingkungan yang mendukung kita. Ngomong-ngomong, doa juga punya analogi kayak sepeda lho. Baca di sini: Zutto Oinorishimashou

3. Setang dan rem adalah pengarah pilihan hidup

Kemudian, kita analogikan setang dan rem sebagai alat untuk mengarahkan kita pada tujuan yang ingin kita capai. Kita pasti sudah paham, saat kita punya tujuan maka akan ada banyak jalan yang kita lalui atau bisa kita pilih sebagai alternatif. 

Misalnya, kita punya tujuan ke Jakarta dan berangkat dari Semarang, ada banyak jalan kan? Mulai dari jalan tol, jalan utama Pantura, bahkan jalan kecil buat melipir pun ada. Begitu juga cara kita mencapai tujuan kita, ada banyak jalan menuju Roma, dan dengan setang itulah kita memilih jalan mana yang harus kita tempuh.

Lalu, apa fungsi remnya? 

Setiap jalan pasti punya risiko dan kesulitan tersendiri. Kita bisa lho pilih jalan tol yang lancar anti macet, tapi kita punya risiko tertabrak mobil kalau bersepeda di jalan tol. Kita bisa juga pilih jalan Pantura tapi kita punya risiko beriringan dengan banyak truk dan kendaraan besar lainnya. Kita bisa pilih jalan kecil tapi kita punya risiko tersesat atau melewati area perumahan yang banyak anak kecil main di jalan. Kita bisa pilih jalan desa tapi kita punya risiko melewati jalan yang licin atau penuh lubang dan bebatuan. 

Sama halnya kayak kita menempuh jalan menuju tujuan hidup kita. Semua jalan punya masalahnya sendiri. Semua pilihan kita punya risikonya sendiri. Itu lah fungsi rem dalam hidup kita, kita bisa menggunakannya saat menemukan banyak masalah dalam perjalanan kita, supaya kita berhati-hati dan nggak celaka. 

Ingatlah, nggak apa-apa untuk berhenti sejenak saat menemui masalah. Nggak apa-apa untuk istirahat sejenak saat merasa lelah. Semangat! 

4. Rantai adalah niat

Rantai sepeda dianalogikan sebagai niat kita. Ketika niat kita kuat, rantai itu terasa seperti baru diberi pelumas. Perjalanan kita pun pasti lancar dengan rantai yang masih licin. 

Namun, apa yang terjadi ketika rantai itu mulai berkarat seiring jauhnya perjalanan yang kita tempuh? Pasti terasa berat saat kita harus bersepeda dengan rantai berkarat dan hampir putus padahal kita belum mencapai tujuan kita. Maka dari itu, ketika kita merasa perjalanan kita terasa berat dan kita mulai lelah dengan semuanya, istirahatlah sejenak dan benahi niat terlebih dahulu.

5. Sadel dan dudukan sadel adalah kesehatan fisik dan mental

Sadel dan dudukan sadel diibaratkan sebagai kesehatan mental dan fisik kita. Keduanya bekerja sama untuk memberikan kenyamanan saat kita bersepeda untuk menempuh perjalanan kita. 

Ketika kesehatan kita tidak baik atau sedang rusak, perjalanan kita nggak akan terasa nyaman. Coba bayangkan saja, bagaimana rasanya ketika kita sedang mengejar mimpi tapi ternyata tubuh dan mental kita nggak baik-baik saja. Rasanya nggak nyaman kan? Kayak bersepeda tapi sepedanya nggak ada dudukan sadel, masa iya duduk di rangka sepedanya? Nggak nyaman, kan?

Nah, itu lah analogi sepeda dalam kehidupan kita. Sekarang, tinggal satu pertanyaan yang mau aku tanyakan pada kamu. Kamu mau bersepeda ke mana? Apakah kamu sudah menetapkan tujuan hidupmu?

Yuk, share jawabanmu di kolom komentar!

Have a nice day,


Michiko♡

Picture by Rizki Yulian

21 Mei 2021

Kala Tuhan Berkata Tidak

11:40 AM 0 Comments
Kamu pernah kesal nggak ketika keinginanmu nggak terwujud? 

Apa kamu pernah berpikir kalau Tuhan jahat karena nggak pernah mendengar doa kita?

Setiap manusia selalu punya banyak keinginan. Setiap satu keinginan terwujud, kita bakal punya keinginan yang lain. Betul begitu? Iya, karena manusia punya sifat yang nggak pernah puas. Itu sudah menjadi naluri seorang manusia. Akan tetapi, kalau sifat itu dibiarkan terus-menerus, hal itu akan melahirkan jutaan makhluk yang tamak. Jelas, dampaknya akan sangat berbahaya bagi setiap manusia dan lingkungannya.

Namun, Tuhan tahu bagaimana cara menghentikan ketamakan manusia yang sudah pasti akan menghancurkan dunia dan dirinya sendiri, yaitu dengan berkata tidak. Tuhan punya alasan untuk berkata tidak pada setiap permintaan manusia. Aku bisa menuliskan alasan-alasan mengapa Tuhan berkata "tidak". Aku bukan Tuhan, tapi aku belajar banyak dari segala keputusanNya.

1. Penundaan

Tuhan adalah Zat Yang Maha Tahu. Tuhan tahu jalan hidup yang akan kita lalui. Dia tahu kapan waktu yang tepat untuk mengabulkan permintaan manusia. Dia tahu hal yang berhak kita peroleh dan hal yang bukan hak kita.

Hanya saja, kalau permintaan kita nggak kunjung dikabulkan, bukan berarti Tuhan menolaknya. Bisa saja, permintaan kita akan dikabulkan beberapa hari kemudian, beberapa bulan kemudian, atau bahkan beberapa tahun kemudian. Tujuannya adalah menguji kesabaran dan usaha kita. Sejauh apa sih usaha kita untuk mendapatkannya? Apakah kita layak mendapatkan itu dengan usaha yang kita lakukan? Apakah doa kita sudah cukup imbang dengan usaha yang kita lakukan?

Baca kiat dalam berdoa: Zutto Oinorishimashou

2. Melindungi kita dari bahaya

Nggak semua yang kita inginkan akan terwujud. Memang, rasanya sedih banget ketika kita nggak bisa memiliki apa yang kita inginkan. Itu tandanya naluri ketamakan kita sedang meronta karena dikurung oleh keputusanNya.

Padahal, bisa jadi kalau keinginan kita terwujud bukanlah kebaikan yang kita dapatkan tapi justru bahaya. Maka, Tuhan berkata tidak untuk melindungi kita dari keinginan yang berpotensi menjerumuskan kita ke dalam keburukan.

Pelajari tentang ketamakan yang membawa petaka di postingan Belajar Tentang Keserakahan dari Buku Aroma Karsa Karya Dee Lestari

3. Memberi hal yang jauh lebih baik

Tuhan itu Maha Baik. Jika kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, setidaknya Dia akan memberi yang jauh lebih baik dari apa yang kita inginkan. Bisa jadi hal yang kita dapatkan lebih baik manfaatnya. Bisa jadi hal yang kita dapatkan lebih banyak pelajarannya. Bisa jadi hal yang kita dapatkan lebih baik maknanya. Bisa jadi pula hal yang kita dapatkan lebih baik hikmahnya. Jelas, Tuhan tahu yang terbaik untuk hambaNya.

4. Memberikan pelajaran

Setiap kesedihan atau hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi, semua itu selalu ada hikmahnya. Kita bisa belajar dari kesedihan yang kita alami. Kita bisa paham dan memaknai hikmahnya saat kita tidak bisa mendapatkan sesuatu yang kita kehendaki. Semua itu terjadi karena ada alasannya. Semua itu akan selalu berbuah hikmah yang bisa kita pelajari. 

Baca cara memaknai kegagalan kala Tuhan berkata tidak

5. Tuhan sayang kita

Dari semua yang telah aku sebutkan, satu alasan yang paling utama; Tuhan sayang kita. Tuhan ingin yang terbaik untuk hambaNya.

Kala Tuhan Berkata Tidak
Itulah lima alasan yang aku pahami kala Tuhan berkata tidak pada apa yang aku kehendaki. Bagaimana dengan pendapat kamu? Menurutmu, apa alasan Tuhan belum mengabulkan permintaanmu? 

Sekian renungan untuk hari ini. Selamat beraktivitas.

Have a nice day,


Michiko ♡

Picture design by nadhishafa

14 Mei 2021

Anti Sosial Karena Pandemi

6:13 PM 0 Comments
Hari ini aku lagi bingung nih, mau menulis tapi kok kayaknya aku lagi kehabisan topik untuk ditulis ya. 

Eh, tapi kalau dipikir-pikir nggak juga sih. Bukan kehabisan topik, lebih tepatnya malas untuk menulis topik yang berat dan panjang. Itu mah aku cuma cari alasan aja. Aku tuh lagi pengen cerita dan menulis topik yang ringan supaya nggak perlu pakai riset atau berpikir berat gitu. Kira-kira enaknya cerita tentang apa ya?

Oh iya, mumpung masih musim lebaran nih, aku mau mengucapkan, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H, mohon maaf lahir dan batin ya. 

Bagaimana lebaran tahun ini? Seru nggak? Banyak yang datang ke rumah? Bertemu banyak saudara nggak?

Ini lebaran kedua bersama pandemi COVID-19 ya. Ternyata nggak terasa, kita sudah dua kali menjalankan ibadah puasa berdampingan dengan virus Corona. Lama juga ya. 

Simak juga artikel tentang virus Corona: Corona Virus World Tour 

Aku sudah kangen kumpul-kumpul, jalan-jalan, jalan kaki keliling kota tanpa masker sambil sedekah senyum. Selama pandemi, aku nggak pernah lagi jalan kaki jauh-jauh, soalnya rasanya pengap banget kalau jalan kaki harus pakai masker. Bahkan, belum jalan aja rasanya tercekik dan mual setiap masker nempel ke lubang hidung. Kalian ada yang gitu juga nggak sih?

Banyak banget perubahan yang terjadi di banyak sisi selama pandemi, termasuk diriku sendiri. Kalau kamu merasakan perubahan di hidupmu juga nggak setelah pandemi hadir?

Aku banyak banget sih, salah satunya masalah dalam bersosialisasi. Dulu aku anaknya tukang nongkrong, kumpul sama teman terus ngegosip, atau belajar bareng. Semenjak pandemi, aku jarang ketemu orang dan kemampuan komunikasiku yang minim ini semakin terkikis, sampai aku lupa caranya bersosialisasi sama orang lain. Alhasil, kalau ketemu orang aku suka bingung mau ngomong apa. 

Nggak tahu kenapa, selama setahun lebih aku diam melulu di rumah malah membuat aku semakin ansos alias anti sosial. Aku malu banget kalau ketemu orang lain. Sebenarnya aku nggak mau kayak gini sih, pengen bisa diajak ngobrol dengan asik sama orang lain tapi nggak tahu kenapa aku suka tiba-tiba jadi malu sendiri dan lebih banyak diam kalau ketemu orang apalagi orang baru, kayak ada tombol auto-switch kepribadian gitu. Aneh banget sih.

Selain itu beberapa dari targetku juga belum tercapai karena adanya pandemi. Baca juga hal yang belum bisa aku wujudkan: Thank You Card for 2020

Anti Sosial Karena Pandemi

Terus, selama pandemi ini aku juga jadi nggak pernah olahraga. Soalnya, aku lebih suka olahraga outdoor kayak berenang atau jalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya sedangkan pandemi ini seolah tidak mengizinkan aku untuk beraktivitas di luar. Aku kurang enjoy kalau olahraga indoor dan bakalan berujung malas, apalagi pemandangannya karpet, TV, dan kasur, bawaannya pengen rebahan melulu nggak sih? Karena... Rebahan Adalah Passion.

Netizen be like: "Alasan, terima kasih."

Alhasil, selama aku di rumah, berat badanku naik drastis dan of course jadi insecure maksimal buat ketemu orang lain karena takut dapat komentar tentang perubahanku yang semakin menurun, takut dibilang gendut, walaupun emang kenyataannya gitu. Tapi ya... rasanya lebih sakit nggak sih kalau orang lain yang bilang padahal kita sudah sadar diri tentang kekurangan yang kita punya.

Eh, malah curhat. Sudah ah, ternyata aku lagi malas menulis itu karena lagi pengen mengeluh aja makanya kena writer block. Aku pernah mengalaminya sampai hiatus hampir setengah tahun tapi kali ini aku paksain menulis.  Baca alasan hiatusku: Bangun dari Hibernasi

Jadi, itu sih salah satu perubahan di dalam diriku yang terjadi karena pandemi. Sebenarnya, memang bukan salah pandemi sepenuhnya karena aku memang dasarnya punya bibit-bibit nggak bisa bersosialisasi sama orang lain, tapi dengan hadirnya pandemi menyebabkan bibit-bibit itu bertunas lebih cepat.

Kamu punya cerita perubahan yang terjadi selama pandemi juga? Sharing yuk!

Sekian cerita hari ini, kapan-kapan kita ngobrol lagi. 

Have a nice day,


Michiko ♡

Picture by Anthony Tran on Unsplash

6 Mei 2021

Belajar Tentang Keserakahan dari Buku Aroma Karsa Karya Dee Lestari

6:09 PM 0 Comments
Buku merupakan jendela dunia bagi semua orang. Dengan membaca buku, kita bisa mendapatkan manfaat untuk membuka mata dan pikiran terkait fenomena yang terjadi di dalam hidup. Buku jenis apa pun itu, baik fiksi maupun non-fiksi, tentu akan membuka pikiran kita tentang dunia dan mendorong kita untuk melihat dunia dari berbagai sudut pandang.

Kali ini, sudut pandang kehidupanku kembali terbuka setelah membaca buku novel fiksi karya Dee Lestari yang berjudul Aroma Karsa. Setelah berbagai pelajaran hidup aku dapatkan dari dalam buku ini, aku pun tergugah untuk mencatatnya dan mengabadikannya sekaligus membaginya dengan kamu dalam bentuk review novel Aroma Karsa.

Sebelum aku memaparkan pengalamanku dalam membaca buku ini, ayo kenali terlebih dahulu identitas buku yang telah aku baca kali ini.

Identitas Buku

Ulasan Novel Aroma Karsa Karya Dee Lestari
  • Judul: Aroma Karsa
  • Penulis: Dee Lestari
  • Tahun: 2018
  • Penerbit: Bentang Pustaka
  • ISBN: 978-602-291-463
  • Jumlah halaman: 710 hlm
  • Bahasa: Bahasa Indonesia
  • Genre: Fiksi, Romansa, Misteri, Fantasi, Petualangan, Sejarah
  • Harga: Rp. 125.000 (Pulau Jawa)

Sinopsis Aroma Karsa

Raras Prayagung, seorang presiden direktur sebuah perusahaan parfum, mendapatkan mandat dari neneknya untuk mencari Puspa Karsa. Puspa Karsa dipercaya sebagai sebuah bunga yang dapat mengubah dunia dan hanya menunjukkan diri pada orang-orang pilihan melalui aroma.

Raras Prayagung menduga aroma Puspa Karsa dapat dicium oleh anak perempuannya, Tanaya Suma, yang punya kemampuan indera penciuman yang tajam. Akan tetapi, Suma terlalu sensitif dengan bebauan sehingga Raras Prayagung harus menunda ekspedisi pencarian Puspa Karsa sampai anaknya siap mempersiapkan indera penciumannya.   

Kemudian, Raras Prayagung bertemu dengan Jati Wesi yang memiliki kemampuan penciuman yang serupa dengan anaknya. Raras Prayagung meyakini bahwa Jati Wesi dapat mencium aroma Puspa Karsa karena ia dapat membaui berbagai jenis aroma dan bertahan di segala situasi, baik aroma nikmat atau busuk sekali pun karena ia berasal dari Bantar Gebang. 

Dengan ambisi yang kuat, Raras Prayagung mulai merekrut orang-orang untuk melakukan ekspedisi pencarian Puspa Karsa, bunga yang dapat mengubah tatanan kehidupan dunia.

Kesan Pertama pada Buku Aroma Karsa

Waktu pertama kali aku melihat buku ini di etalase Gramedia, aku langsung jatuh hati saat melihat sampulnya. Fun fact, aku membeli buku ini waktu sedang mengantre di depan kasir sambil melihat-lihat sampul buku, aku pun terpikat dengan sebuah buku yang berjudul Aroma Karsa. Aku sampai rela menukar buku yang mau aku beli dengan buku tebal bersampul akar-akaran dan serangga ini. Seolah buku ini bagai bunga yang menarik serangga (aku) untuk membeli buku itu.

Saat aku pegang buku itu, tebal banget dan berat. Awalnya tuh kaget, wow novel ini tebal banget ya? Aku sempat ragu, apalagi aku orang yang nggak begitu suka membaca alias gampang bosan. Akan tetapi, begitu aku membaca blurp di belakang bukunya, aku langsung memutuskan untuk mengambil buku ini. Sebab, aku punya ketertarikan terhadap buku-buku misteri atau fantasi. 

Pertama kali dibuka, bukunya menguarkan aroma yang khas, aromanya agak beda lah dengan aroma novel-novelku yang sebelumnya. Seolah aroma bukunya saja sudah bisa mengantarkan tema buku pada kesan pertama.

Gaya Bahasa yang Menyihir Pembaca

Gaya bahasa yang dipakai Dee Lestari itu benar-benar puitis dan rinci banget dalam mendeskripsikan suasana. Racikan kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, mengalir tanpa hambatan dan nggak disadari aku sudah baca beberapa bab dari buku itu. Gaya bahasanya itu sangat memikat dan membuat aku sebagai pembaca tersihir dengan pembawaan Dee Lestari dalam bercerita.

Cuman, sebagai seorang pembaca buku pemula, aku merasa bahasa yang digunakan oleh Dee Lestari itu berat. Banyak banget kata-kata arkais dan majas di dalam buku ini, kosa kataku nggak sebanyak itu untuk memahami buku ini tanpa bantuan KBBI. Ditambah lagi, aku perlu baca berulang kalimat-kalimat bermajas di dalam catatan Jati Wesi untuk memahami maknanya. Hitung-hitung, baca buku ini sambil latihan memperluas pengetahuan kosa kata.

Penggambaran Suasana yang Detail dan Mewah

Aku suka banget cara Dee Lestari menggambarkan suasana dalam novel Aroma Karsa. Saat membaca novel ini, aku merasa seperti diajak tour di rumah Raras Prayagung yang mewah. Penggambaran rumah Raras Prayagung tergambarkan dengan jelas dari mulai halaman rumahnya yang luas, bentuk teras dan pintu rumahnya, isi rumahnya, rumah kaca tempat tanaman, paviliun, dan satu lagi yang paling menarik: olfaktorium. 

Aku suka banget dengan penggambaran olfaktorium yang rinci, sampai aku membayangkan kalau bangunan itu punya interior sederhana dan nyaman. Olfaktorium yang berupa bangunan kubus, di dalamnya memiliki rak-rak yang penuh dengan botol-botol parfum dipajang di setiap raknya, sofa yang diletakkan di dalam ruangan, meja untuk meracik parfum yang ada di tengah ruangan, penggambaran itu membuat aku bisa memvisualisasikan bentuk olfaktorium.

Selain itu, penggambaran Gunung Lawu dan Desa Dwarapala juga begitu jelas digambarkan oleh Dee Lestari. Visualisasi hutan tergambarkan dengan jelas sampai aku merasa seperti sedang ikut ekspedisi ke Gunung Lawu, rumah-rumah penduduk Desa Dwarapala yang menggantung di atas pohon, juga Goa tempat Puspa Karsa berada, bisa aku bayangkan semua dengan jelas. Semua penggambaran latar dijelaskan secara rinci dan mencengangkan. 

Ditambah lagi, penggambaran emosi dan aktivitas karakternya dijelaskan dengan sangat detail. Aku seperti bisa merasakan apa yang tokoh-tokoh Aroma Karsa alami. Bahkan, aku bisa membayangkan apa yang sedang mereka lakukan. 

Plot yang Penuh Kejutan

Awalnya, aku mengira kalau plot yang ada di novel ini bakalan biasa aja seperti halnya genre romance biasa, kisah cinta yang berawal dari kebencian. Plot itu mainstream banget kan ya, rasanya pasti ketebak lah apa yang bakalan terjadi. Walaupun begitu, tetapi ada plot lain yang membuat aku terkejut. Ternyata, di belakang kisah cinta itu ada kisah misteri dan teka-teki yang mengikuti. Kisah itu bercerita tentang jati diri Jati Wesi dan juga dosa-dosa masa lalu yang pernah dilakukan Raras Prayagung.

Aku tercengang waktu baca plot twist-nya. Aku nggak kepikiran sama sekali tentang alur ceritanya yang bakalan dibawa melenceng jauh dari dugaanku sendiri. Dee Lestari berhasil membuat aku terkecoh dengan ekspektasi plot yang aku bayangkan. 

Belum selesai aku tercengang karena plot twist-nya, Dee Lestari membuat aku berdecak kagum dengan cara dia menyambungkan timeline dari zaman dahulu yang serba kuno dengan zaman sekarang yang serba modern. Alurnya mengalir dengan halus banget sampai aku nggak sadar kalau sedang diajak flashback ke masa lalu. 

Kemudian nggak cuma itu aja, aku kagum banget sih dengan cara Dee Lestari menyatukan dua dunia, antara realitas dan fantasi. Seolah di antara dunia itu nggak ada batasnya, bahkan batasnya jadi saru, nggak bisa dibedakan. Begitu mengikuti alur ceritanya, aku merasa seperti dibawa ke Desa Dwarapala dengan penduduk yang punya super power dan ternyata kehadirannya berada di dunia fantasi.

Saat dibawa berpetualang dalam ekspedisi pencarian Puspa Karsa, aku mulai bisa menyatukan kepingan-kepingan puzzle yang aku baca di bab sebelumnya dan menyimpulkan apa yang terjadi pada setiap karakternya. Pada saat itu pula, aku bisa melihat perkembangan karakternya, ketulusan cinta sepasang kekasih, ketulusan cinta antara orang tua dan anak, juga keserakahan dan kelicikan seorang manusia.

Nggak terasa, usai petualangan ekspedisi Puspa Karsa, aku mengira akhir cerita akan menjadi sebuah kisah bahagia. Akan tetapi, Dee Lestari rupanya ingin mempermainkan rasa penasaran pembaca dan membuat akhir ceritanya menggantung alias open-ending.

Karakter yang Membuat Jatuh Cinta dan Unik

Ada tiga pemeran utama dalam kisah ini, Jati Wesi, Tanaya Suma, dan Raras Prayagung.

Jati Wesi

Jati Wesi digambarkan sebagai seorang pria yang punya tubuh "atletis" karena suka bersepeda dan angkat "beban", beban berupa pupuk dan perkakas untuk berkebun. Dia punya sifat yang pendiam dan cenderung digambarkan sebagai seorang introvert karena dia lebih suka bercerita pada buku catatannya ketimbang mengobrol dengan orang lain. Hal ini membuat dia menjadi orang yang sulit untuk diajak bekerja sama dan kikuk saat bertemu orang baru.

Walaupun begitu, Jati Wesi memiliki sifat yang hangat. Aku jatuh cinta banget dengan satu karakter ini, rasanya ingin aku pacarin, eh hahaha. Jati Wesi itu sosok yang sangat romantis, apalagi waktu dia diam-diam menulis surat untuk Tanaya Suma dalam buku catatannya. Pokoknya, aku meleleh waktu membaca aktivitas Jati Wesi yang menunjukkan sisi romantismenya.

Perkembangan karakter Jati Wesi juga cukup membuatku kagum. Dia yang semula orang pendiam dan dingin seiring waktu berubah menjadi seorang pria pemberani dan romantis.

Tanaya Suma

Tanaya Suma digambarkan sebagai seorang wanita yang memiliki paras cantik dan tubuh yang molek. Suma punya sifat sensitif dan cenderung pemarah, juga punya ambisi yang kuat seperti ibunya, Raras Prayagung. Menurutku, Suma ini sebenarnya adalah seorang ekstrovert tapi dia jarang bergaul karena hambatan indera penciumannya yang terlalu peka. Hal ini membuat Suma hanya punya satu teman saja, yaitu Arya. 

Awalnya, aku sebal banget sama Suma karena menurutku dia itu aneh. Dia memusuhi Jati, padahal Jati nggak ngapa-ngapain. Dia bawaannya kesal terus kalau melihat Jati bahkan sampai membuka rahasia Jati untuk menjatuhkan Jati demi ambisinya.

Perkembangan karakter Suma nggak terlalu banyak mengalami perubahan. Perubahan yang dialami cuma perlakuan dia terhadap Jati, yang semula benci banget dengan Jati malah ujungnya nggak mau jauh-jauh dari Jati.

Raras Prayagung

Raras Prayagung digambarkan sebagai seorang wanita tua yang masih sehat dan kuat. Raras punya sifat peduli, sangat ambisius, dan digambarkan sebagai karakter yang sempurna karena berhasil menjadi wanita yang kaya dan berpengaruh di usia muda.  

Kepedulian Raras Prayagung terhadap hal-hal kecil, ternyata ia gunakan untuk melancarkan ambisinya. Seolah kepeduliannya itu menjadi sebuah alasan untuk memaksa orang lain melakukan hal sesuai kehendaknya. Menurutku, Raras ini sering melakukan gaslighting kepada mereka yang lemah untuk mengikuti keinginannya.

Perkembangan karakter Raras sebenarnya nggak terlalu kentara tetapi Raras dibuat sebagai orang yang baik dan lemah lembut di awal cerita sehingga memberikan kesan pertama yang bagus. Padahal sejak sebelum ekspedisi dimulai, Raras memang sudah punya sifat serakah dan punya ambisi yang kuat.

Keunikan Karakter Lainnya

Selain penggambaran tiga karakter utama yang rinci, Dee Lestari memberikan keunikan masing-masing bagi setiap karakternya agar mudah diingat oleh pembaca. Misalnya:
  • Anung sebagai pria tua yang linglung dan nggak nyambung kalau diajak berbicara.
  • Sarip dengan logat Betawi yang kental.
  • Khalil dengan ciri khas kumis dan pecinya.
  • Nurdin dengan perut buncit dan keegoisannya.

Keserakahan Menjadi Sebuah Pelajaran Utama

Setelah membaca buku Aroma Karsa secara keseluruhan, aku mendapatkan pelajaran baru. Bahwa:
Jika kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, maka bukan keberhasilan yang akan kita dapatkan melainkan petaka dan kesengsaraan. 

Amanat yang disisipkan oleh Dee Lestari dalam buku Aroma Karsa ini membuka pemikiran kita bahwa apa yang pernah kita tabur akan kita tuai di masa mendatang. Apa yang kita lakukan di masa lalu akan mendapatkan balasannya di kemudian hari. Karma.

Kutipan Favorit dalam Buku Aroma Karsa

Kutipan tentang rezeki:
Jika rezeki adalah satuan, di mata Nurdin waktu adalah mistar yang dibagi oleh garis-garis rezeki.
— Dee Lestari, Aroma Karsa Bab 3
Kutipan tentang memaknai kekurangan:
Saya percaya, apa yang terlahir bersama kita adalah anugerah.
— Komandan Mada dalam Aroma Karsa Bab 4

Kesan Setelah Membaca Buku Aroma Karsa

Setelah membaca buku Aroma Karsa secara keseluruhan dan tiba pada halaman Tentang Penulis, rasanya aku nggak rela buku itu tamat. Walaupun drama banget, tapi rasanya sesak waktu baca halaman Tentang Penulis dan membuat aku meneteskan air mata. Belum mau pisah dengan Dee Lestari dan Jati Wesi huhuhu.

Buku ini berhasil membuat aku gagal move on! Aku sampai baca ulang buku ini hanya untuk melihat sosok Jati Wesi. 

Penilaianku terhadap buku ini: ⭐⭐⭐⭐⭐ (Recommended and I love it!)

Aku rekomendasikan buku ini untuk kamu yang suka membaca kisah fantasi dan misteri. Buku ini cocok untuk dibaca oleh remaja dewasa yang berusia 18 tahun ke atas. Jadi, hati-hati untuk pembaca di bawah umur karena terdapat bagian cerita yang melibatkan erotisme di dalam karya sastra ini. 

Sekian ulasan yang aku paparkan untuk novel Aroma Karsa karya Dee Lestari. Aku berharap Dee Lestari bisa menghasilkan novel-novel misteri seperti buku Aroma Karsa lebih banyak lagi.

Sekarang, kamu sedang baca buku apa? Bisikin dong di kolom komentar! 

Sampai jumpa di lain waktu. Selamat membaca!

Have a nice day,


Michiko ♡

Picture by nadhishafa

20 April 2021

Bertahan dalam Keadaan Tersulit

10:42 PM 0 Comments
Hidup itu bagai roda yang berputar, kadang ada masa kita berada di atas dan kadangkala pula kita berada di bawah. Setiap orang pasti pernah berada di dalam kesulitan. Banyak hal yang bisa dipelajari dan dimaknai oleh manusia setiap ia mengalami kesulitan, termasuk aku begitu pun kamu. 

Kamu pasti pernah berada di fase tersulit dalam hidupmu. Yang kemudian, kesulitan itu akan memberikan pelajaran berharga di dalam hidupmu. Lalu pelajaran itu akan selalu kamu ingat dan tak pernah kamu lupakan agar kamu tak mengalaminya lagi di masa depan.

Salah satu fase tersulitku ada pada perjuangan menggapai mimpi. Baca juga: Pejuang Mimpi

Kadangkala, kita merasa dunia terlalu kejam dan tidak ada keadilan di dalamnya. Namun, rupanya itu adalah bayangan di dalam pikiran kita sendiri. Padahal Tuhan Yang Maha Adil telah memberikan kehidupan sesuai porsinya masing-masing. Hanya saja, manusia yang tak pernah tahu diri.

Reaksi pertama kita saat berada di dalam kesulitan adalah tangis dan amarah. Cacian dan makian terlontarkan pada dunia, sedangkan kita tak pernah menyadari bagaimana dunia bekerja. Bagaimana cara Tuhan menghentikan kita agar tidak terjerumus ke dalam kesengsaraan yang jauh lebih menyakitkan. Bagaimana cara Tuhan memberikan kita pelajaran agar kita tak lagi keterlaluan. Selalu ada hikmah di dalam setiap cobaan. 

Baca juga, sajak kehidupan: Roda Kehidupan

Bertahan dalam Keadaan Tersulit
Iya. Selalu ada hikmah di dalam setiap cobaan. Selalu ada kekuatan dalam diri yang semakin membesar di setiap kesulitan.

Seorang belajar dari kesalahan untuk mengetahui sesuatu yang benar. Seseorang belajar dari kegagalan untuk mengetahui arti kesuksesan. Seseorang belajar dari kesulitan untuk mengetahui apa itu kemudahan. Tanggung jawab kita sebagai manusia hanyalah belajar dan terus belajar dalam menghadapi kehidupan.

Sesulit apa pun keadaanmu sekarang, semoga kamu selalu kuat dan semakin kuat dalam menghadapi setiap cobaan yang datang. Semoga kamu selalu bertumbuh semakin kuat hingga angin sekencang apa pun tidak akan pernah bisa merobohkan semangatmu. Kuatlah dan tetap belajar. Sesungguhnya, dalam setiap kesulitan selalu ada kemudahan. 

Butuh semangat? Baca ini: Ganbarimashou

Apakah kamu pernah berada dalam kesulitan? Apa yang kamu lakukan saat kamu menghadapi kesulitan itu? Ayo berbagi denganku! 

Sekian tulisan untuk hari ini.

Have a nice day,


Michiko ♡

#Jejakwarnawritingchallenge #getclosertome #Day9

Challenge by jejakwarna.id

18 April 2021

Tamparan Keras untuk Si Tukang Insecure

9:43 PM 1 Comments
Kamu butuh penyemangat? Mungkin, kutipan-kutipan ini bisa jadi penyemangat untuk kamu yang sedang overthinking, insecure, merasa down, stres, depresi, cemas, dan sebagainya.

Hari ini, aku menonton sebuah drama Korea yang menyinggung tentang psikologi manusia. Kisah drama ini menceritakan tentang kehidupan psikiater yang menghadapi pasien dengan bermacam-macam gangguan psikis. Drama Korea ini berjudul Fix You (Soul Mechanic).

Aku belum selesai menonton keseluruhan episodenya. Akan tetapi, baru delapan episode berjalan, aku sudah menemukan beberapa kutipan yang langsung aku masukkan ke dalam catatan bank motivasiku. Next time, kalau aku sudah selesai menonton drama ini, aku akan buatkan ulasan drama Korea Fix You di postingan selanjutnya ya!

Sekarang, kita akan fokus dulu pada kutipan yang ada di dalam drama ini. Kalau mau baca review drama yang lain bisa baca di sini

Aku, sebagai seorang overthinker yang langganan banget insecure, merasa "gue banget" dengan kutipan-kutipan yang ada di drama ini. Apa saja sih kutipan yang ada di dalam drama ini? Yuk, simak tulisan ini sampai habis!
Tamparan Keras untuk Si Tukang Insecure
Ini lah beberapa kutipan penyemangat untuk si Overthinker yang sering insecure.

1. Salah Itu Manusiawi

Melakukan kesalahan bukanlah apa-apa dibandingkan dengan prestasimu
— Dr. Lee sang Psikiater, Fix You Eps. 1

Kutipan ini dilontarkan oleh seorang psikiater bernama dr. Lee untuk menyemangati seorang pemain sepak bola hebat yang sedang merasa tidak percaya diri karena pernah kalah saat bertanding.

Makna kutipan

Hidup nggak selalu sempurna. Kita adalah seorang manusia yang nggak pernah luput dari kesalahan. Satu kegagalan nggak bisa dibandingkan dengan jutaan prestasi yang kita raih. Jangan menyerah dan berhenti hanya karena kita mengalami satu kegagalan. Sebab, ada seribu prestasi yang bisa kita raih.

Aku pribadi suka dengan kutipan ini karena melihat fakta dalam kehidupan bahwa nggak banyak orang-orang sukses yang bisa bangkit lagi setelah mengalami sebuah kegagalan. 

Ketahui strategi untuk bangkit dari  kegagalan: Memaknai Kegagalan

2. Jangan Ikuti Standar Orang Lain

Jangan mengukur diri dari standar yang ditetapkan oleh orang lain. Pujian dan makian semua hanyalah angin lalu. Mereka tidak bertahan lama.
— dr. Lee, Fix You Eps 3

Kutipan ini diucapkan oleh dr. Lee dalam podcast-nya.

Makna kutipan

Kita nggak harus selalu mengikuti standar dan keinginan orang lain sampai mengesampingkan kebahagiaan kita sendiri. Kita nggak perlu merasa kurang atau nggak berguna, hanya karena kita nggak bisa memenuhi ekspektasi orang lain. Kita nggak harus selalu memenuhi ekspektasi orang lain sampai lupa membahagiakan diri sendiri hanya untuk mendapatkan validasi dan pujian dari orang lain.

Kenapa aku suka dengan salah satu kutipan ini? Sebab, kita hidup di lingkungan yang punya standar tinggi dan dituntut serba sempurna. Bahkan masyarakat sampai lupa, kalau kita cuma manusia biasa yang nggak sempurna. Misalnya, harus putih dan kurus kalau mau dianggap cantik, usia 23 tahun harus punya karir cemerlang, usia 25 harus sudah punya rumah sendiri, usia 27 tahun sudah harus punya pasangan, usia 30 harus sudah punya anak, dan hal-hal lain yang membuat pekak telinga.

Setelah menginjak usia standar yang ditetapkan masyarakat, apakah perjalanan hidup kita semulus itu? Nggak. Setiap orang punya jalannya masing-masing sekalipun kita menginjak usia yang sama. Akan tetapi, kita nggak punya kemampuan crowd control untuk mengubah standar dan tuntutan orang di sekitar kita. Kita cuma bisa mengatur diri kita agar nggak perlu mengubah hidup kita sepenuhnya demi memenuhi standar orang lain. 

3. Diri Sendiri Bisa Menjadi Musuh Utama

Musuh yang paling berbahaya adalah dirimu sendiri.
— dr. Lee, Fix You eps 4

Makna kutipan

Diri sendiri adalah seseorang yang paling mengerti kita. Akan tetapi, diri sendiri juga bisa jadi yang paling jahat dalam hidup kita. Pikiran kita sendiri yang sering membuat kita terjatuh dan terluka.

Aku suka dengan kutipan ini karena ini merupakan tamparan keras untuk orang yang langganan overthinking, kayak aku. Mungkin sebagian dari kamu juga tertampar dengan kutipan ini. Kenapa sih diri kita sendiri bisa jadi musuh paling berbahaya? Sebab, pikiran negatif kita lah yang bisa menjatuhkan mental kita sendiri.

Kerap kali dalam kasus overthinking, pikiran kita suka bilang hal-hal negatif kepada diri kita sendiri. Kalimat yang sering diucapkan pikiran kita kepada diri kita sendiri: 
  • "Kayaknya aku nggak bisa deh."
  • "Aku nggak berguna banget sih."
  • "Orang-orang benci sama aku ya?"
  • "Aku tuh bego banget sih, gini aja nggak bisa?"
  • "Orang lain umur segini sudah punya rumah, aku masih jadi kacung perusahaan."

Kalimat-kalimat itu kan yang biasanya dikatakan oleh pikiran kita sendiri? Padahal kalimat itu sama saja kayak ucapan musuh yang paling toxic dan bisa menghancurkan kepercayaan diri kita sendiri. Ini bisa jadi tanda kamu belum berdamai dengan diri sendiri. 

Baca juga tips biar nggak toxic pada diri sendiri: 4 Tips Berdamai dengan Diri Sendiri

Nah, itulah kutipan-kutipan penyemangat dan tamparan keras untuk kamu yang sering overthinking, insecure, merasa down, cemas, dan semacamnya. Semoga kutipan ini bisa membantu kita untuk mengembangkan diri menjadi orang yang lebih baik lagi. Mulai sekarang, jangan jahat lagi sama diri sendiri ya? Ayo kita mulai perubahan dari diri sendiri!

Apa kutipanmu hari ini? Apa makna kutipan itu bagimu? Yuk, tulis jawabanmu di kolom komentar!

Sekian tulisan untuk hari ini.
Have a nice day,


Michiko ♡

#JejakWarnaWritingChallenge #Day7
Hashtag:
#JejakWarnaWritingChallenge #GetCloserToMe #Day7

Challenge by JejakWarna.id
Picture by Gabrielle Audu on Unsplash

16 April 2021

4 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri

10:10 PM 2 Comments
Siapa yang sering insecure atau overthinking setiap malam? Bisa jadi, itu adalah tanda-tanda kalau kamu belum bisa berdamai dengan diri sendiri.

Ketika kita nggak bisa berdamai dengan diri sendiri, dampaknya bisa menyebabkan kita jadi orang yang selalu membandingkan diri dengan orang lain. Kita bisa jadi orang yang nggak pernah bangga dan puas dengan kemampuan diri sendiri. Bahkan, bisa membuat kita kehilangan rasa percaya diri dan berujung membuat kita nggak bisa melangkah maju, lho.

Kenapa sih bisa begitu? Ada banyak alasan yang menyebabkan kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri. Penasaran nggak? 

Nah, pada tulisan kali ini aku akan membahas beberapa alasan yang menjadi penyebab kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri, serta solusinya yang mungkin bisa membantu kamu untuk mulai berdamai dengan dirimu. Simak sampai akhir, ya!

Cara Berdamai dengan Diri Sendiri

Penyebab Belum Bisa Berdamai dengan Diri Sendiri

Ada empat alasan yang menyebabkan kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri nih. Penyebab-penyebab inilah yang menghambat diri kita untuk maju dan menjadi sumber over-sinting setiap malam. Berikut penyebab yang membuat kita sulit berdamai dengan diri sendiri.

1. Trauma

Trauma atau luka masa lalu bisa jadi salah satu penyebab kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri. Trauma itu bagaikan bekas luka karena mental kita pernah terluka di masa lalu. Misalnya, mendapatkan tekanan dari orang tua, pernah di-bully, sering dapat hate comment, dan lain-lain.

Luka yang pernah tertinggal itu belum sembuh dan masih membekas dalam ingatan sehingga membuat kita penuh ketakutan untuk mengambil langkah ke depan. Kita jadi takut dengan risiko yang akan datang, merasa diburu oleh masa lalu yang kelam karena trauma ini masih melekat dalam ingatan dan kita belum memaafkannya.

2. Insecure

Insecure atau merasa khawatir juga bisa jadi penyebab kita nggak bisa berdamai dengan diri sendiri. Hal ini diakibatkan karena kita terbiasa membandingkan diri sendiri dengan orang lain, baik dari segi fisik, finansial, prestasi, dan sebagainya.

Hal ini menyebabkan kita selalu merasa nggak puas dengan apa yang kita hasilkan. Kita nggak pernah mengapresiasi apa yang telah kita capai. Kita nggak bisa mencintai diri sendiri dengan segala kekurangan yang kita miliki. Padahal mencintai kekurangan adalah sebuah bentuk kesempurnaan.

3. Overthinking

Overthinking alias over-sinting alias kebanyakan menduga-duga dan berpikir yang nggak-nggak, ini adalah salah satu penyebab kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri. Kita kebanyakan memikirkan hal yang belum terjadi, biasanya yang dipikirkan adalah kejadian-kejadian yang negatif. Perilaku ini bisa membuat kita jadi nggak berani melangkah atau mengambil keputusan karena terlalu banyak berpikir dan menduga-duga. Gara-gara over-sinting, kita stagnan di tempat yang sama, belum lagi ditambah insecure, ini bakal jadi double combo yang bikin mental kita lelah dan berujung nggak bisa berkembang alias di situ-situ aja.

4. Tidak Percaya Diri

Rasa tidak percaya diri ini sebenarnya bagian kompleks yang membuat kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri. Rasa percaya diri ini penyebabnya bermacam-macam, bisa karena tiga hal yang telah disebutkan sebelumnya atau gabungan dua atau lebih dari ketiga hal tersebut.

Inilah penyebab yang membuat kita selalu merasa kurang, merasa nggak mampu, nggak berani menghadapi masa depan, juga nggak berani melakukan hal apa pun karena takut salah sehingga membuat kita terus berada di titik yang sama bahkan mengalami penurunan.

Cara Mulai Berdamai dengan Diri Sendiri

Setelah mengetahui penyebab yang membuat kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri, maka kita harus mencari solusinya nih. Minimal kita memulai dari hal kecil aja terlebih dahulu sehingga lama-lama kita terbiasa dan mulai memaafkan keadaan serta berdamai dengan diri sendiri.

1. Percaya pada Kemampuan Diri

Percayalah pada kemampuan dirimu sendiri. Semua orang terlahir dengan potensinya masing-masing. Sisanya, kita sendiri yang menentukan apakah akan mengembangkan potensi itu atau akan membiarkannya terkikis oleh rasa nggak percaya diri. 

Fokus dengan diri sendiri, apa yang kita bisa, apa yang kita sukai, dan apa yang ingin kita kerjakan. Jangan mendengarkan cemoohan orang lain. Jika kita mendapatkan kritik dan saran, dengarkan kritik dan saran yang membangun. Jangan pernah dengarkan orang-orang yang merendahkanmu atau mematahkan semangatmu. Sebab, mereka belum tentu bisa seperti kamu.

2. Jangan Memikirkan Hal yang Belum Pasti Terjadi

Untuk kamu yang sering overthinking dan berujung insecure, sebaiknya berhenti menduga-duga. Kita nggak pernah tahu masa depan, kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa. Kita cuma bisa belajar dari masa lalu dan menghadapi hal yang terjadi saat ini. 

Jadi, sebaiknya jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal negatif yang belum pasti terjadi. Kalau kita terlalu fokus memikirkan hal-hal negatif, kapan kita akan melangkah maju? Semua yang terjadi ada dua kemungkinan, gagal atau berhasil. Jika berhasil, kita bisa lebih meningkatkan kualitas diri. Jika gagal, maka kita bisa belajar dari kegagalan. 

Jangan menyerah kalau kita gagal, inilah cara menerima sebuah kegagalan: Memaknai Kegagalan

Jangan hanya fokus pada kemungkinan gagalnya tapi lirik juga peluang suksesnya. Jangan takut gagal, kalau kita nggak berani melangkah karena takut gagal, berarti kita melewatkan peluang sukses juga dong? 

3. Menerima dan Memaafkan Diri Sendiri
Rasa syukur adalah salah satu cara yang membuat kita bisa menerima diri sendiri. Jangan pernah bandingkan diri kita dengan orang lain, sebab rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau. Akan tetapi, kita sendiri nggak pernah tahu apa yang dialami orang lain, bisa jadi mereka juga punya kesulitannya masing-masing.

Mulai maafkan diri sendiri, belajar dari masa lalu dan evaluasi diri. Tingkatkan kualitas dirimu dengan mempertahankan hal yang baik dalam dirimu dan mulai mengurangi hal yang kurang baik. Jangan benci dirimu sendiri, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Mulailah mencintai dirimu sendiri sepenuh hati sebelum mencintai orang lain. Kalau orang lain bisa mencintai kamu, kenapa kamu nggak bisa mencintai dirimu sendiri?

Evaluasi dirimu hanya dengan sebuah cermin: Mirror Hanging On The Wall

4. Tak Ada yang Sempurna

Kita perlu menyadari bahwa nggak ada hal yang sempurna di dunia ini. Nggak ada kehidupan yang sempurna di dunia ini, begitu pula manusia. Nggak ada manusia yang sempurna, sekali pun dia dianggap sempurna. 

Semua punya kekurangannya masing-masing. Semua ada kesulitannya masing-masing. Jika kita terus mencari kesempurnaan, maka kita nggak akan pernah bisa mendapatkannya. Kita mungkin saja bisa mendapatkan hal yang kita anggap "sempurna" tapi bisa jadi kita justru kehilangan apa yang telah kita miliki sebelumnya. 

Ganti kekurangan dalam hidupmu menjadi sebuah kelebihan, baca juga: Uluran Tangan Tak Berwujud

Maka, yang bisa kita lakukan adalah mencintai kekurangan itu. Sebab, mencintai kekurangan merupakan satu bentuk kelebihan yang dimiliki oleh manusia.

Itulah beberapa cara yang bisa membuat kita berdamai dengan diri sendiri, menurut versiku. 

Kalau menurut versi kamu, bagaimana cara berdamai dengan diri sendiri? Share tips di kolom komentar yuk!

Have a nice day,


Michiko♡

#JejakWarnaWritingChallenge #Day5

Hashtag:
#JejakWarnaWritingChallenge #GetCloserToMe #Day5

Challenge by Jejakwarna.id

15 April 2021

Kemampuan untuk Mengubah Dunia

8:17 PM 0 Comments
Kalau kamu bisa mengubah dunia, kamu mau dunia jadi kayak gimana?

Kemampuan untuk Mengubah Dunia

Hmm, buatku ini pertanyaan sulit sih walaupun cuma dihaluin doang—apalagi direalisasikan. Ditambah melihat faktanya, dunia itu dinamis dan selalu berubah, termasuk keinginan manusia. Awalnya mau kayak gini, besok mau kayak gitu. Banyak aspek yang nggak pernah bikin manusia puas, entah dari sisi ekonomi, politik, humaniora, sosial, budaya, dan sebagainya. 

Semuanya orang pengen dunia yang sempurna. Giliran apa yang diinginkannya terwujudkan... kadang, masih juga dikeluhkan dan ingin hal yang lain, dan begitu seterusnya. Kebanyakan mengeluh melulu, maka perlu dibanyakin rasa syukurnya. 

Pelajari tentang rasa syukur dari drama Korea: Belajar Bersyukur dari Drama Korea 18 Again

Aku pribadi, banyak banget keinginan untuk membuat dunia ini berubah, seperti peningkatan toleransi antar manusia, dunia bisnis dan politik yang bersih, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan budaya, kesetaraan ekonomi dan status sosial, kesejahteraan manusia, dan lain sebagainya. Akan tetapi, untuk mengubah hal itu dan tatanan dunia seperti kehendakku sih rasanya nggak semudah itu—bahkan cenderung nggak mungkin. 

Maka, satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah mengubah diriku sendiri yang termasuk ke dalam bagian kecil dari dunia ini. Kalau aku nggak bisa mengubah dunia secara keseluruhan, aku bisa mengubah duniaku terlebih dahulu. 

Apa yang ingin aku ubah dalam duniaku?

Tentunya, jalan hidup dan pola pikirku sendiri. Aku ingin mengubah jalan hidupku agar lebih baik. Belajar dari kesalahan yang pernah aku buat dan meniti jalan yang lebih baik untuk ke depannya. Selain itu, aku ingin mengubah pola pikirku agar lebih terbuka dan banyak bertoleransi pada perbedaan, baik perbedaan budaya ataupun perbedaan pendapat. 

Semua itu dimulai dari diri sendiri. Aku harus memulainya dengan melakukan hal-hal kecil seperti melakukan evaluasi diri, merencanakan masa depan, melangkah satu per satu dalam menata diri dan meniti karir, serta melakukan kegiatan yang menyenangkan serta bermanfaat. 

Baca juga caraku mengevaluasi diri: Memaknai Kegagalan

Kalau kamu bisa mengubah dunia, kamu ingin dunia jadi kayak gimana? Berbagi cerita yuk! Kamu bisa tinggalkan jawabanmu di komentar atau formulir kontak.

Sekian tulisan untuk hari ini.

Have a nice day,


Michiko♡

#JejakWarnaWritingChallenge #Day4

Hashtag:
#JejakWarnaWritingChallenge #GetCloserToMe #Day4

Challenge by Jejakwarna.id

14 April 2021

Sepucuk Surat untuk Si Kecil

8:49 PM 2 Comments
Sepucuk Surat untuk Si Kecil
Semakin hari, usiamu semakin bertambah. Kini, kamu bertumbuh sebagai orang dewasa. Walaupun berulang kali merengek tak ingin tumbuh dewasa dan selalu berangan untuk kembali ke masa kanak-kanak saat kamu berada di puncak euforia kenangan.

Tubuhmu membesar. Pola pikirmu berubah. Mentalmu semakin kuat. Seiring perkembanganmu bersama waktu yang kian menua, banyak hal indah yang kamu lalui disertai dengan bumbu-bumbu drama kehidupan yang membuatmu menjadi manusia kuat seperti sekarang.

Dan aku, hadir di sini untuk mengucapkan jutaan kata terima kasih kepada kamu yang kini sudah beranjak dewasa.

Aku ingin berterima kasih kepada kamu yang tetap bertahan dalam keadaan tersulit sekalipun. Yang tetap berdiri kuat di tengah terjangan ombak yang bergulung-gulung ganas dengan tubuh mungilmu itu. Yang tetap berdiri walaupun kegagalan menghantammu hingga terjatuh dan terjungkal sekali pun. Aku berterima kasih atas kegigihanmu, kini aku menjadi orang yang kuat berkat kehadiranmu. Aku belajar banyak dari kamu.

Aku ingin berterima kasih kepada kamu karena telah membawakan kenangan indah dan pelajaran menarik untuk masa depanku. Kenangan indah itu selalu melekat dalam ingatanku, membawa jejak kebahagiaan bagiku untuk selalu diingat di saat tersulit yang sedang aku alami. Hal-hal sulit yang pernah kamu lalui juga memberikan pelajaran menarik yang tidak pernah didapatkan di bangku sekolah atau perkuliahan. Terima kasih, kamu membawa kebahagiaan juga pelajaran yang amat berharga.

Aku ingin berterima kasih kepada kamu karena telah menetapkan mimpi yang tinggi dan sempurna. Mimpimu yang tinggi itu membawaku ke sini, membawaku pada situasi sulitnya menggapai mimpi dan perasaan bahagia saat mewujudkannya dengan susah payah. Mimpimu yang tinggi itu membuatku tetap bertahan hingga saat ini untuk menunaikan tugasku dalam mewujudkan mimpi-mimpimu. Terima kasih telah bermimpi menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, mimpi itu terdengar mudah tapi nyatanya tidak semudah itu untuk mewujudkannya dan menghentikannya. Namun, aku akan berusaha mewujudkan mimpimu itu.

Aku ingin berterima kasih kepada kamu karena telah menjadi bagian dari diriku dan masa laluku. Semua itu akan selalu tersimpan di dalam kotak memoriku sampai kapan pun. Sebab, kamu lah yang membawaku ke sini. Kamu lah yang membuatku menjadi manusia seperti ini. Kamu lah yang membuat aku kuat dan penuh tekad. Kamu lah yang membuat aku lebih bijak karena belajar dari pengalaman yang pernah kamu alami. 

Semua ini tentang kamu dan aku, yang berpadu satu dan saling membantu. Sepucuk surat ini aku persembahkan untukmu, aku di masa lalu.

Ditulis oleh Michiko

Baca juga surat-surat yang lainnya klik di sini

#JejakWarnaWritingChallenge #Day3

Hashtag:
#Jejakwarnawritingchallenge #getclosertome #Day3

Challenge by jejakwarna.id