Kebiasaan Orang Kaya
Kebiasaan Orang Kaya |
Mengunjungi blog ini dapat menyebabkan kanker ide, infeksi imajinasi, hipotalkative, hiperwriteblogging, dan ketagihan. Hak cipta penulis dilindungi oleh undang-undang.
Kebiasaan Orang Kaya |
Cara Berdamai dengan Diri Sendiri |
#JejakWarnaWritingChallenge #Day5 |
Memaknai Kegagalan |
Kegagalan akan membuat kita menjadi orang yang kuat, tekun, dan bijak.— Nadhira Shafa G. (nadhishafa), 2021
#JejakWarnaWritingChallenge Day 2 |
Manusia pasti selalu punya banyak keinginan. Banyak banget mimpi yang selalu ingin diwujudkan.
Aku ingin jadi orang kaya.
Aku ingin punya badan yang kurus.
Aku ingin punya badan yang berotot.
Aku ingin jadi orang pintar.
Aku ingin punya wajah yang mulus bebas dari jerawat.
Aku ingin jadi orang yang terkenal.
Aku punya keinginan sendiri dan tentu saja kalian juga punya keinginan yang ingin kalian wujudkan. Intinya, kita semua punya keinginan masing-masing, kan? Namun, kita kadang nggak tahu caranya untuk memulai dalam mewujudkan keinginan itu. Kadang ada juga yang berhasil mencapainya tetapi cuma bertahan sementara karena nggak bisa mempertahankannya. Kadang ada juga yang maunya langsung instan, kalau yang ini sih naif banget ya.
Semuanya itu nggak ada yang instan, guys. Harus diusahakan terus-terusan. Wong ng3p3t dan p3sugihan [redacted biar nggak ada iklan perdoekoenan] yang katanya bisa kaya dengan instan saja, tetap harus konsisten buat kasih tumb4l. Kita itu nggak akan bisa kaya, kalau nggak konsisten untuk bekerja. Kita nggak akan jadi kurus atau berotot, kalau nggak konsisten olahraga. Kita nggak akan jadi orang pintar, cuma karena minum tolak angin. Kita nggak akan punya wajah yang mulus bebas dari jerawat, kalau nggak konsisten merawat kulit. Kita nggak akan jadi orang yang terkenal, kalau nggak konsisten berkarya.
Nah, ini dia! K O N S I S T E N S I
Segala keinginan itu harus dilandaskan dengan KONSISTENSI.
K O N S I S T E N S I
Tuh, sampai berapa kali aku menyebut kata konsistensi? Lah, nambah lagi kan. Serius deh, ini itu benar-benar kunci ajaib untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan tentunya mempertahankannya. Manusia sering lupa banget sama kunci ini, setiap sudah mencapai keinginan, pasti ujungnya nggak tahu diri. Kenapa aku sebut nggak tahu diri? Karena manusia itu merasa kalau apa yang sudah dimiliki itu akan selalu dimiliki selamanya.
Aku juga sama, pernah jadi manusia yang nggak tahu diri karena telah memiliki apa yang aku inginkan.
Dulu, aku pernah mencapai keinginanku, yaitu memiliki berat badan ideal. Waktu itu mungkin berat badanku 43 kilogram karena ikut ekskul PASKIBRA. Tahu sendiri lah ya, ekskul yang nggak pernah jauh dari latihan fisik, keringat, dan panas-panasan. Wah, waktu lihat angka timbangan setelah satu tahun nggak menimbang berat badan (karena dari kelas 7 sampai 9 berat badanku stuck di angka yang sama jadi malas nimbang berat badan), aku senangnya bukan main. Merasa jadi orang paling seksi. Hahahaha oke ini lebay. Terlalu terlarut dalam euforia, akhirnya aku merasa bebas tuh. Aku sering banget berpikir, "Wah, berat badanku sekarang segini, bebas makan apa aja, nggak perlu olahraga juga nggak apa-apa." Gara-gara hal itu, aku jadi makan sembarangan, nggak memperhatikan asupan kalori yang masuk, malas olahraga, semua itu disebabkan karena aku yang nggak tahu diri karena merasa bahwa berat badanku yang sekarang akan aku miliki selamanya. Sampai suatu ketika, kaget banget tuh melihat timbangan mencapai angka 60 kilogram. Mau diet juga nggak turun berat badannya karena olahraga nggak sekonsisten waktu masih ikut PASKIBRA. Jaga pola makan doang juga nggak terlalu berpengaruh banyak. Ujungnya, justru menyesal.
Kebodohan selanjutnya juga pernah aku lakukan karena nggak konsisten melakukan sesuatu. Dulu, aku punya wajah yang banyak banget jerawat bahkan sampai semuka. Tiap malam menangis karena merasa insecure dan nggak pede. Banyak banget ikut video tutorial di YouTube, ikutin semua tips beauty influencer untuk menyembuhkan jerawat. Dulu aku nggak mau ke dokter, soalnya aku berpikir biayanya pasti mahal. Suatu ketika, aku dikasih serangkaian skincare buat sembuhin jerawat dan jerawat pun sembuh lah lumayan, tinggal bekasnya saja. Setelah itu, aku merasa karena jerawat sudah sembuh, untuk apa ya aku pakai rangkaian skincare khusus untuk jerawat lagi toh sekarang aku sudah nggak berjerawat. Kemudian, kembalilah aku menjadi seorang manusia yang nggak tahu diri dan merasa kalau jerawat nggak akan balik lagi. Akhirnya, aku jadi sering begadang, makan sembarangan seperti minyak dan makanan manis, termakan strategi marketing beauty influencer di YouTube sehingga aku coba produk ini, produk itu, semuanya karena merasa bebas untuk coba skincare--yang mungkin nggak sesuai sama kebutuhan kulitku. Nah, lagi-lagi karena ketidakkonsistenan aku itu, break out lagi tuh mukaku, jerawat datang lagi sampai hampir meradang. Akhirnya, aku kapok dan mulai konsisten untuk belajar tentang kebutuhan kulitku sendiri, apa yang perlu aku lakukan dan apa yang perlu aku hindari supaya jerawat itu nggak balik lagi. Aku juga nggak cuma konsisten untuk menyembuhkan jerawat saja, tentunya aku juga konsisten untuk mengaplikasikan skincare sesuai kebutuhan kulitku untuk merawatnya supaya kulitku tetap dalam keadaan yang baik.
Baca juga Review Jujur: SAFI White Expert Purifying Cleanser 2 in 1
Dari pengalamanku itulah aku belajar, bahwa:
Apa yang kita inginkan itu selalu dimulai dengan konsistensi untuk mewujudkannya dan selalu diakhiri dengan konsistensi untuk mempertahankannya.
Kita nggak akan menjadi orang kaya selamanya, jika diberi uang satu miliar saja langsung kalap dan tidak konsisten untuk mengolah uangnya sebagai modal bekerja.
Kita nggak akan punya badan yang kurus atau berotot, jika setelah mencapai tubuh impian kita langsung sembarangan dan tidak lagi rutin olahraga.
Kita nggak akan bebas dari jerawat, jika setelah jerawat sembuh masih saja menjalani pola hidup yang nggak sehat dan nggak merawat kulit.
Jadi, jangan pernah lupakan kunci itu, guys! K O N S I S T E N S I
Sekarang, aku sedang memiliki keinginan untuk bisa menjadi seorang penulis yang bisa dikenal banyak orang atau bekerja sebagai seorang editor dalam bidang penerbitan. Oleh karena itu, aku konsisten untuk menulis agar aku terbiasa dan terus berkarya. ( Baca juga perjuangan sang pemimpi: Pejuang Mimpi )
Kalau kalian, apa keinginan yang ingin kalian wujudkan? Kira-kira hal apa yang harus konsisten untuk dilakukan demi mencapainya? Sharing, yuk! Kalian bisa tinggalkan komen di bawah postingan ini atau kontak lewat email.
Semangat untuk mewujudkan keinginan kita semua, semoga kita selalu dapat mencapai apa yang kita inginkan jika disertai dengan konsistensi dalam berusaha dan berdoa. ( Baca tips agar doa terkabul: Zutto Oinorishimashou )
Sekian tulisan untuk hari ini. Sampai jumpa di lain kesempatan!
Have a nice day,
Michiko ♡
Bercerminlah dahulu sebelum kamu menghakimi orang lain.
Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan. --Imam Syafi'i.
Hargailah orang lain sebagaimana kau ingin dihargai oleh orang lain.
Konspirasi Kemacetan |
Teruslah kau berdoa seolah kau sedang mengayuh sepeda untuk sampai pada tujuan.
"Kalian tahu? Zutto oinorimashita itu berdoa yang terus-menerus, nggak berhenti-berhenti. Jadi, dalam kalimat itu, 'Asa made zutto oinorishimashita.' Artinya si Taro ini nggak cuma berdoa sekali terus bar (selesai). Nggak gitu. Dia itu terus-terusan berdoa dari sore sampai pagi nggak berhenti-berhenti. Biar apa coba? Biar doanya ini dikabulkan sama Kannon-sama.
Kalian juga harus kayak gitu. Kalau punya kemauan jangan cuma mau aja, berdoa sekali terus wis bar (ya sudah). Jangan. Ibaratnya berdoa itu kayak kalian lagi mengayuh sepeda. Kalau kalian naik sepeda terus nggak dikayuh, apa bakal sampai ke tujuan? Nggak toh? Kalian harus mengayuh sepeda itu biar sampai ke tujuan. Kalau kalian nggak kayuh sepeda itu sampai bar Isya' nggak akan sampai tujuan.
Begitu juga dengan berdoa. Kalian kalau punya kemauan, teruslah berdoa. Supaya apa? Supaya kalian sampai ke tujuan. Supaya keinginan kalian itu tercapai. Paham?
Gadget Mania |
Ilustration by Nadhira Shafa |
Illustration by Nadhira Shafa |
Illustration by Nadhira Shafa |
Ada 2 kunci utama dalam menjalani hubungan; komunikasi dan kepercayaan.