29 April 2019

Media Sosial Pensiun: WHO IS NEXT?

2:57 AM 0 Comments
Seperti yang kita tahu, sekarang google+ sudah tutup usia. Hiks :(
Kali ini, siapa lagi yang tutup usia?



BBM dan Path.
Anak-anak zaman sekarang pasti pernah pakai beberapa media sosial yang akan pensiun ini. Contohnya, aku pribadi juga pernah pakai BBM. Banyak kenangan yang aku simpan di sana, kalau dulu BBM gak ada mungkin aku gak bakal inget sama emot BBM yang ngeselin dan tulisan autotext BB yang alay wkwkwk. XD


Emoticon khas BBM

Berhubung mereka berdua telah tiada, ada baiknya kita mendoakan agar tenang di sisiNya. #Lho.

Nostalgia yuk, ah. 

Kenangan bersama Path.
Aku pribadi, gak pernah sih pakai portal media sosial yang satu ini. Sebab  dulu HPku jadul jadi gak ikutan tren pada masanya. Aku hanya bisa online di pesbuk dan tuiter. Maklum, HP jadoel. Dulu, Path ini selalu penuhi isi timeline Twitter sampai satu layar karena waktu itu teman-temanku pada hijrah dari Twitter ke Path dan kebanyakan akun Path selalu ditautkan dengan akun Twitter. Padahal, dulu sebelum teman-temanku hijrah ke Path, Twitter itu ramai banget dan tempat yang enak buat spam. Tapi, Path yang dulu memenuhi timeline kini jarang ada yang pakai lagi karena teman-temanku sudah pada hijrah ke Insapgan eh Instagram. Terima kasih Path sudah memenuhi isi berandaku pada masanya. :') 

Kenangan bersama BBM.
Portal media sosial satu ini aku pernah pakai, tapi telat banget banget banget pakai banget tambahin banget sekali lagi. Sebab, aku baru pakai media sosial ini sejak aku punya android, iya gaes dulu aku gak punya HP Blackberry aku pakai HP yang made in China. :")
Nah, di sinilah beberapa kenangan tersimpan, ya... gak manis sih tapi gak pahit amat, asin aja deh atau gak hambar lah ya. Dulu BBM ini tempat chatting dengan uhuk mantan uhuk dan tempat di mana kita mengakhiri hubungan ini. Hiya! Uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk. #Keselek tulang ayam kampus. #Eh.
Terima kasih BBM, tanpamu aku tak akan punya kenangan sehambar itu wkwkwk.

Setelah aku yang nostalgia, bagaimana dengan kisahmu bersama mereka berdua? Aku akan merindukan mereka tapi gak rindu-rindu amat soalnya gak kenal[?].

Setelah mereka close down, kira-kira bakal ada yang close down lagi gak ya?
TENANG GAES. Blog aku gak akan close down kok karena ini tempat aku mengasah kreativitasku. 

Oke, sampai sini dulu. #RIPBBMandPath
Have a nice day,

Michiko♡ 

1 April 2019

Kurang Produktif Lagi

11:20 AM 1 Comments
Hihihihihi... #Ceritanya lagi cengengesan.

Maksa nge-post setiap hari, salah.
Gak dipaksain, tambah salah.
Setelah mengumumkan Failure of 30 Days Productive Challenge, malah sering lupa nge-post di blog. Hehehehe...

Tumben aja nih, aku lagi gabut sampai-sampai berharap ada tugas. Ternyata yang antri cuma satu biji doang. Segabut itu aku sampai berharap ada tugas wkwkwk. Akhirnya, daripada guling-guling gak jelas mending nge-post lagi di blog, kan?

Dari kemarin mau lanjut mengisi blog lupa terus karena merasa gak ada tanggungan. Haduh, harus bagaimana ya biar tetap produktif dan gak lupa untuk mengisi blog. Sebab, rutinitas harianku yang kebanyakan malas-malasan ini selalu bikin aku lupa sama blog ini. Jangankan lupain blog, aku aja sering lupa dengan rutinitas hidup semacam mandi dan makan.


Hmm, haruskah aku menantang diriku sendiri lagi? Atau membuat alarm pengingat supaya gak lupa buat menghidupkan blog lagi?

....
....
....
....
....
A few moments later.
....
....
....
....
Four hours later.
....
....
....
A thousand years later.
I love you for a thousand moreeee~
Apa sih.

Oh, aku tahu! Aku buat reminder aja deh ya, minimal seminggu sekali harus nge-post di blog. Bismillaah. Semoga lancar dan selalu konsisten.
Jangan lupa produktif hari ini ya.

Have a nice day,

Michiko♡

20 Maret 2019

The Failure of 30 Days Productive Challenge

11:22 AM 0 Comments
Haduuuuuh.
30 Days Productive Challenge ini ternyata gagal gaeeees :"(
Aku gak sanggup mengepost di blog setiap hari selama satu bulan, sebab ternyata aku gak se-gabut (pengangguran) seperti yang aku kira wkwkwk.

Dua minggu belakangan ini aku sibuk banget. Minggu lalu, aku sempat menge-post tentang rumah sakit. Iya, sebab kala itu aku ada di rumah sakit dan benar-benar sibuk gak bisa memegang gadget sama sekali. Aku sibuk menjaga ayah yang kala itu harus beberapa hari tinggal di rumah sakit dan kebetulan saat itu juga sedang ada banyak tugas membaca jurnal dalam bahasa Jepang. Yang berarti adalah mayoritas waktu yang aku punya aku alokasikan untuk tugas dan menjaga ayah.

Kemudian, aku kembali ke perantauan untuk mengemban tugasku sebagai seorang mahasiswa. Aku pikir, setelah kembali aku bakal gabut segabutnya manusia karena kerjaanku hanya rebahan dan scrolling. TETAPI... ternyata gak seindah yang aku bayangkan gaes. :((
Tugas kuliah semakin menumpuk bahkan akan terus bertambah di kemudian hari.


Maafkan aku ya, sebab aku tidak sanggup lagi menjalani 30 Days Productive Challenge ini huhuhuhuhuhu :'(

KABAR BAIKNYA YEHEHEHEHEHEY
I'll not blame myself, dude LOL
I'll not give myself a punishment.
I'll give myself a reward instead.
Kamu harus bisa menghargai pekerjaan apa pun yang telah kamu lakukan, supaya terbiasa memuji orang lain juga ketika mereka sedang merasa gagal.
AKU SUDAH MENGISI BLOG INI SELAMA SEMBILAN HARI BERTURUT-TURUT.Sebuah pencapaian bagus untukku. Aku biasanya cuma menge-post sebulan dua kali atau bahkan tidak sama sekali. Sekarang aku bisa aktif selama sembilan hari dong. :')

THE REWARD OF MY PRODUCTIVITY IS...
I'll have an ice cream today huehuehuehue...
Mau? Challenge yourself and then give yourself a reward. :3

Have a nice day,

Michiko♡

10 Maret 2019

Masih Iri

5:27 AM 0 Comments
Beberapa hari ini aku off pegang gadget sebab sangat amat sibuk. Aku kelelahan jadi belum sempat menulis blog. Berapa hari? Tapi aku akan membayar utang 30 Days Productive Challenge ini. Boleh ya? Jadi, pada hari yang sama aku mungkin akan mengepost beberapa konten. Maaf ya karena aku kurang konsisten menjalani tantangan ini.

Aku akan melanjutkan kisah Mimpi, Hanya Tinggal Kenangan.

Hari itu adalah hari Sabtu, aku berjalan di sepanjang koridor. Mereka, orang-orang berjas putih berjalan ke sana ke mari dengan berwibawa. Banyak orang yang menggantungkan luka fisik kepada mereka untuk dibantu dalam proses penyembuhan. Aku hanya termenung. Itu mimpiku.


Mengapa? Mengapa aku tidak bisa menjadi seperti mereka? Itu mimpiku. Mengapa sangat sulit untuk membuatnya menjadi kenyataan? Apakah aku sudah terlambat untuk meraihnya? Apakah aku memang tak pantas mendapatkannya?

"....boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 216)

Iya, Tuhan pasti tahu mana yang terbaik untuk hambaNya.

Have a nice day,


Michiko♡

9 Maret 2019

Mimpi, Hanya Tinggal Kenangan

7:08 PM 0 Comments
Hari ini, aku mengunjungi tempat yang aku benci. Rumah sakit. Bukan, aku membencinya bukan karena derita yang tersisa di tempat ini. Bukan pula karena kehilangan seseorang yang aku cintai di tempat ini.

Tetapi... tempat ini cukup mengingatkanku kembali pada sebuah mimpi yang terhenti. Mimpi yang telah tinggal menjadi sebuah kenangan. Bukan, aku tidak sakit parah sampai harus menghentikan mimpiku. Jika kamu penasaran kenapa...

Aku pernah menggantungkan mimpiku di tempat ini. Ya, menggantungkan mimpi. Mimpiku adalah mengabdi di tempat ini sebagai seorang dokter. Ah... air mataku kerap meleleh setiap aku mengunjungi tempat ini. Rasa kecewa meluap di dadaku. Kesedihan terpancar di wajahku. Sungguh kesedihan yang amat mendalam bagiku ketika mengingat mimpi itu.


Hah... sedih. Sudah dulu deh nanti lanjut lagi. Have a nice day.

Michiko♡

8 Maret 2019

Ekspresi Harian

10:57 PM 0 Comments
Senang, nangis.
Sedih, nangis.
Marah, nangis.
Kesal, nangis.
Bosan, nangis.
Semua emosi diluapkan dengan tangisan, seolah gak ada wujud emosi yang bisa diekspresikan. Mungkin sedari kecil gak pernah diajarkan caranya menunjukkan ekspresi marah, ekspresi sedih, ekspresi kesal, dan lain-lain. Gak harus nangis, tapi mungkin bisa jadi diekspresikan dengan senyuman atau bahkan tawa.


Penting gak sih mengajarkan anak untuk menunjukkan emosinya? Penting. Banget. Kebanyakan orang tua bahkan mungkin mengajarkan anaknya buat tetap tersenyum walaupun dia sedang sedih sampai dia tidak tahu caranya menangis. Bahkan ketika sedih pun ia tak bisa meluapkan emosinya. Seolah tertanamkan di dalam pikirannya ketika orang tua memaksa anaknya untuk berhenti meluapkan emosi.

"Kalau aku nangis mama gak bakal sayang aku."
"Kalau aku sedih papa gak bakal sayang aku."

Padahal, lebih baik membiarkan dia meluapkan emosinya terlebih dahulu barulah ajak cerita, tanya bagaimana perasaannya, apa penyebabnya, supaya anak paham emosi apa yang ia rasakan dan apa yang ekspresi apa yang harus dia tunjukkan.

Kenapa aku berbicara tentang ini? Karena aku sendiri gak paham cara menunjukkan emosiku sendiri. Seolah sudah tertanam di kepalaku, semua emosimu adalah tangisan. Ya, beginilah jadinya. Aku jadi orang yang cengeng. Semoga ini bisa jadi pelajaran untuk aku ataupun kalian yang akan jadi orang tua. Mengajarkan betapa pentingnya menunjukkan ekspresi sesuai dengan emosi. Sebab, jika emosi ditahan justru akan membuat seseorang tertekan.

Have a nice day,

Michiko♡

7 Maret 2019

Ganbarimashou

9:28 PM 0 Comments
Jujur, hari ini aku tuh nggak punya bahan buat konten karena kerjaanku hari ini cuma tidur dan cicilan mengerjakan tugas yang seabrek menumpuk di meja.

Lelah? Iya, pasti.
Mengeluh? Ah, nggak perlu ditanya.
Misuh? Apalagi, itu sih nggak diragukan lagi.

Tugas kuliah setiap hari datang melulu dan nggak kasih aku kesempatan buat bersantai. Pengakuan aja nih, kerjaanku dari semalam cuma sambat alias mengeluh. Ya... namanya juga manusia sih, mau ada ini, mau ada itu, pasti mengeluh. 

Dapat duit dua ribu rupiah aja masih mengeluh lho, padahal kan dapat rezeki ya? Maklum, namanya juga manusia, suka merasa nggak puas dengan apa yang didapatkannya

Tugas lagi. Tugas lagi. Tugas lagi. 

Cuman mau bagaimana lagi, jalani saja. Ini kan salah satu perjuangan untuk masa depan. Untuk menjawab pertanyaan yang ada pada postingan Susan, Besok Gede Mau Jadi Apa?

Kadang aku berpikir sih, kok tega ya, pengajar kasih tugas sebanyak ini. Kadang juga aku berpikir, itu pengajar mikir nggak sih kalau mau kasih tugas ke siswanya sampai sebanyak ini? 

Cuman, lagi-lagi aku berpikir lebih dalam lagi juga. Iya memang benar, kerjaan pengajar kasih tugas, kerjaan pelajar ya belajar--melalui mengerjakan tugas. Memangnya apa lagi pekerjaan pelajar selain belajar, nggak ada. Padahal ini salah satu upaya untuk mengatasi kekuranganku sebab Aku Masih Bodoh.

Iya sih, memang berat. Bikin kita jadi sering mengeluh. Belum lagi ditambah masalah di luar lingkungan pendidikan. Haduh, makin berat deh. Tapi untungnya, aku punya cara untuk kerjain tugas biar nggak keteteran.


Kita harus ingat, kita dikirim ke dunia ini karena kita sanggup menjalani itu semua. Kalau nggak sanggup, mana mungkin Tuhan tega kirim kita ke dunia, betul?

Semangat! Ganbarimashou!

Biar pun sulit pasti ada kemudahan. Biar pun berat pasti bisa dijalani. Percaya aja, kalau kita manusia yang kuat.

Waktu jadi sperma aja bisa menang lomba berenang, padahal lawannya jutaan sel sperma. Hidup juga harusnya bisa menang, apalagi wujud kita sudah jadi manusia. Harus lebih kuat pastinya. Ingat aja:

Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan.

Jangan lupa, selalu panjatkan doa meminta kemudahan dalam menjalani kehidupan.

Baca kiat-kiat berdoa agar dikabulkan; Zutto Oinorishimashou

Semangat menyelesaikan tugas yang diemban di dunia ini.

Have a nice day,


Michiko♡

Gif source on Pinterest

6 Maret 2019

Mirror Hanging On The Wall

9:28 PM 0 Comments
Hari ini sudah berapa kali menghadap cermin?
Hari ini berapa lama menatap paras di cermin?

Kebanyakan orang bercermin untuk memandangi parasnya yang indah. Kadangkala pula, memuji kelebihan fisik yang ada pada dirinya atau bahkan nggak jarang pula ada yang kurang mensyukuri penampilan fisiknya yang dirasa kurang sempurna. 

Fisik mungkin bisa dirawat agar penampakannya sesuai keinginan. Salah satunya menggunakan skincare.

Baca review produk skincare untuk merawat kulit wajah Review Jujur: Safi White Expert Purifying Cleanser 2 in 1

Mirror Hanging On The Wall

Akan tetapi, jarang sekali orang yang bercermin untuk melihat ke dalam dirinya. Bercermin untuk menyadari kekurangan yang ada di dalam dirinya, yaitu rupa hati, sikap, tabiat.

Terkadang, manusia sangat senang membicarakan kekurangan orang lain. Namun, kita nggak pernah paham bahwa diri kita sendiri juga punya kekurangan itu, bahkan mungkin lebih parah. Kadang, kita nggak sadar bahwa kita juga manusia yang nggak sempurna dan punya banyak kekurangan. Cuman, kita kadang luput untuk menyadarinya dan lebih fokus pada kekurangan orang lain.

Misalnya nih:
"Hey, lo tahu nggak sih, si Anu egois banget. Masa kemarin blablabla."

Iya, seseorang selalu merasa asik untuk membicarakan orang lain terutama kekurangan yang ada pada diri orang lain. Padahal, kalau kita bercermin nih, boleh jadi kekurangan orang lain yang kita bicarakan juga terdapat dalam diri kita sendiri. 

Atau... misalnya begini, kita nggak punya kekurangan itu, contoh egois, dan kita merasa... "Oh, aku nggak egois tuh." 

Bisa jadi seperti itu. Namun, sadar nggak sih, kalau kita mungkin punya kekurangan yang nggak dimiliki orang lain, misalnya sombong, suka ngomongin orang lain, suka mengadu domba, dan lain sebagainnya. Padahal orang yang kita omongin belum tentu punya sifat yang kita miliki.

Pernah kepikiran begitu nggak?

Bersyukur pada kelebihan yang dimiliki itu memang perlu, tapi jangan pernah merasa sombong dengan kelebihan itu. Sebab, kita juga memiliki kekurangan yang harus diperbaiki. 

Mulailah bercermin dan kenali diri sendiri, sadari kekurangan diri dan pahami kelebihan diri. Kita juga perlu menjaga lisan kita dan mulailah berbicara hal yang baik-baik saja.

Yuk, mulai perbaiki kecantikan dalam diri dimulai dari penerapan tiga kata ajaib dalam postingan 3 Miracle Words.

Bercerminlah dahulu sebelum kamu menghakimi orang lain.

Have a nice day,


Michiko♡

Source Picture on Pinterest

5 Maret 2019

Susan, Besok Gede Mau Jadi Apa?

10:40 PM 0 Comments
Tahu lagu Susan Punya Cita-Cita yang dipopulerkan Ria Enes?

Susan Susan Susan
Besok gede mau jadi apa
Aku kepingin pinter
Biar jadi dokter
 
Waktu kecil kalau ditanya cita-cita, jawabnya enteng banget. Tapi kenyataannya mewujudkannya nggak seenteng bilang pengen jadi ini atau pengen jadi itu. Mewujudkan cita-cita tuh rasanya berat, kamu nggak akan kuat. Biar Dilan aja(?). 

Baca juga beratnya perjuangan sebagai seorang Pejuang Mimpi

Coba sekarang aku tanya. Kamu mau jadi apa? 

Gampang gak sih buat mejawabnya? Kok aku rasanya berat banget ya mau jawab, dan bingung juga. 

Tulisan ini masih berkaitan dengan kisah sebelumnya tentang kekhawatiran seorang mahasiswa. 

Baca dulu deh apa kekhawatiranku sebelumnya di postingan Aku Masih Bodoh

Ini adalah hal baru saja aku alami. Sekali lagi, perkataan dosen kembali menamparku. Kali ini, yang menamparku dengan perkataannya adalah dosen pengampu kelas menulis. Berkat beliau, aku jadi teringat pada masa studiku yang sudah menginjak semester-semester senja.
Setelah ini kalian mau jadi apa?
Begitu kata beliau, ketika kami sedang membahas tentang tema penelitian yang sederhana. 

Bukannya memikirkan ide lain untuk diusulkan pada perkuliahan itu, aku justru kembali merenung. Pikiranku terasa seperti tersengat oleh kata-kata itu. 

Habis ini (lulus kuliah) aku mau ngapain?
Habis lulus apa yang mau aku kerjakan?
Mau lanjut S2 atau kerja?
Mau kerja apa?
Mau S2 di mana?

Kalimat-kalimat itu mulai menghantuiku. Memang, benar kata orang, semakin dewasa bebanmu semakin berat. Kini, aku masih dilema apa yang akan aku lakukan setelah aku lulus kuliah. 

Jujur, aku berpandangan dengan realistis saja, sebab orientasiku menempuh pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Aku pun menginginkan pekerjaan yang tentu menghasilkan penghasilan yang tinggi. Di dalam pandanganku, hidup memerlukan uang. Sandang, pangan, papan, semua membutuhkan uang. 

Kini, pikiranku bukanlah mengejar "keinginan" untuk menjadi seorang ini itu anu ono iki kui kae, tetapi kini pikiranku hanyalah "mencari uang untuk tetap bertahan hidup".

Mungkin pandangan kita berbeda. Aku yakin pasti ada pikiran yang tak sejalan denganku. Aku paham itu. Berbeda pendapat dan pandangan boleh saja, tapi tidak perlu menghakimi dan memaksakan pendapat orang lain agar sama dengan kita. 

Bagaimana dengan pendapatmu tentang masa depanmu sendiri? Apa yang akan kamu lakukan untuk hidup ini? Bekerja atau melakukan hal yang kamu inginkan?

Susan, Besok Gede Mau Jadi Apa?
Hmm, mungkin itu pelajaran yang bisa aku petik hari ini. Apa pun pilihan kita, bekerja, sekolah, atau melakukan hal suka-suka, semoga kita selalu menjadi orang yang sukses dan bahagia. Aamiin.

Have a nice day,


Michiko♡


4 Maret 2019

Aku Masih Bodoh

10:35 PM 0 Comments
Hari ini aku dapat pelajaran baru. Aku menuliskannya untuk berbagi isi kepalaku dengan kamu. Agak sedih sih, sedikit kekhawatiran juga melekat dalam hati.

FYI, aku ini adalah mahasiswa tingkat tiga. Iya, sudah tua. Aku kuliah jurusan sastra Jepang di salah satu universitas. Ada satu mata kuliah bernama Bahasa Jepang Tingkat Lanjut atau Advance Japanese

Di kelas bahasa tingkat lanjut itu, aku benar-benar merasa seperti ditampar oleh perkataan dosenku sendiri.

Saat itu, beliau membawa sebuah buku yang semua mahasiswa miliki tetapi kami nggak pernah membacanya, bahkan menyentuhnya pun jarang. Buku itu adalah Buku Panduan Akademik Mahasiswa. Nggak ada mahasiswa yang membaca uraian standar kompetensi pembelajaran, sama sekali nggak ada satu pun. 

Kemudian, beliau pun membacakannya di depan kelas. Kurang lebih, begini isinya.

Mahasiswa tahun ketiga setidaknya dapat menguasai:

1. Kemampuan mendengarkan (bahasa asing)
Mahasiswa mampu memahami pengumuman lisan (stasiun, mall, bandara, dsb.); mampu memahami perbincangan dan alur pembicaraan; mampu memahami acara TV atau radio; mampu menguping obrolan orang lain.

2. Kemampuan berbicara (bahasa asing)
Mahasiswa mampu berpidato secara singkat dalam acara formal; mampu menjelaskan arah/cara pergi ke suatu tempat; mampu menceritakan pengalaman dan perasaan pada suatu hal yang dialami; mampu bercakap dalam bahasa asing dengan topik ringan sehari-hari.

3. Kemampuan membaca (bahasa asing)
Mahasiswa mampu memahami informasi dari brosur, dll.; mampu menggali informasi dari ensiklopedia; mampu memahami cerita karya sastra pendek; mampu membaca dan memahami isi pengumuman tertulis.

4. Kemampuan menulis (bahasa asing)
Mahasiswa mampu menulis memo; mampu melakukan pemesanan melalui internet; mampu menulis karangan cerita pengalaman dan kehidupannya sehari-hari; mampu menulis surat ucapan.

Kemudian beliau bertanya, "Apa kalian sudah punya kemampuan yang harus dimiliki tingkat tiga?"

Aku duduk terpaku sambil berpikir. Ucapan dosenku seolah menamparku. Kalau aku pikir kembali, sebenarnya aku belum banyak menguasai standar kompetensi itu. Bahkan, amat sangat jauh sekali dari kata baik. #pemborosankata

Aku Masih Bodoh

Kemampuanku untuk mendengarkan ucapan bahasa Jepang masih sangat kurang dari kata baik, bahkan mendengarkan acara seperti rekaman atau seminar pun aku harus mendengarkannya berulang dan tidak semudah itu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.

Kemampuan berbicara juga masih jauh dari kata baik, kosa kata yang aku miliki sangat sedikit bahkan ketika beliau menanyakan 'alat cukur' dalam bahasa itu pun aku nggak tahu.

Kemampuan membaca, nggak perlu ditanya lagi, aku membaca karakter pun masih sering membuka kamus.

Kemampuan menulis, mustahil. Bahkan, ketika aku membuka suatu web yang penuh dengan kanji dan kawan-kawan membuatku pusing dan buru-buru menutupnya lagi.

Jadi, selama ini aku ke mana? 

Aku hanya memikirkan nilai, nilai, dan nilai. Dipikiranku hanya cumlaude, cumlaude, dan cumlaude. 

Aku nggak pernah berpikir tentang skill dan pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari. Bahkan, kemampuan yang menjadi standar minimal pun nggak aku miliki. 

Aku merasa sombong dan puas dengan ilmu yang aku dapatkan, padahal itu hanya sebagian kecil bahkan hanya dasar. Aku terlalu cuek dengan ilmu yang harusnya aku cari dan gali lebih dalam. 

Sekarang, apa kenyataannya? Bahkan aku kesulitan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Aku harus lebih banyak belajar dan mulai menerapkan tips dari tulisan Cara Cerdas dalam Mengatur Waktu untuk Belajar

Ini merupakan bahan untuk evaluasi. Reminder untuk diriku sendiri agar aku bisa introspeksi. Aku akan berusaha lebih keras lagi. Ganbarimasu!

Jangan sombong dan tetaplah haus ilmu. Sebab, ada pepatah mengatakan:
Carilah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat.

Ingat juga pepatah China "今天不努力工作,明天努力找工作", kamu bisa cari artinya di postingan Time Management. Semangat untuk kita semua!

Have a nice day,

Michiko♡

Photo by Aaron Burden on Unsplash