Tampilkan postingan dengan label Daily Life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Daily Life. Tampilkan semua postingan

1 Januari 2021

Thank You Card For 2020

8:21 AM 0 Comments

Selamat tahun baru!

Tahun 2020 telah resmi berakhir. Selamat datang tahun baru 2021. Biasanya, tahun baru selalu dipenuhi dengan resolusi dan refleksi diri. Tahun baru pula, semua rencana sepanjang tahun dituliskan dalam serangkaian daftar target yang harus dicapai. Tahun lalu, aku juga membuatnya di postingan Resolusi untuk Berevolusi, di sana aku menuliskan daftar target tahunan yang ingin aku capai. 


Kalian pasti masih ingat juga kan resolusi tahun 2020? Sebelum melanjutkan, aku ingin mengajak kalian untuk evaluasi diri bersama-sama. 


Evaluasi Diri dan Refleksi Diri 

Apa saja sih resolusi tahun 2020 punya kalian?

Apakah resolusi yang kalian tulis sudah tercapai semua? 

Kalau belum, apa ada sesuatu yang menghambat kalian dalam mencapai hal itu?

Apakah ada suatu hal yang membuat kita menjadi manusia yang lebih baik pada tahun 2020?

Apa saja hal-hal yang kita lakukan pada tahun 2020?

Coba tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu di kolom komentar kalau kalian membaca ini. 


Apa saja resolusiku tahun 2020?

Aku sendiri memiliki empat resolusi pada tahun 2020. Keempat resolusi itu adalah bekerja, berangkat ke Jepang, lulus N2, dan mencukupi kebutuhan air minum.


Baca juga resolusi tahun lalu: Resolusi untuk Berevolusi


Apakah sudah tercapai semua?

Belum. Kenyataannya, tahun 2020 bukanlah tahun keberuntungan untukku. Tiga dari empat resolusi belum aku capai pada tahun itu. Mungkin bukan jalannya dan bukan waktunya untuk mewujudkan itu semua. But it's okay, ternyata dari itu semua aku bisa mencapai hal yang lain yang nggak aku tulis sebagai resolusi tahunan. 


Apa saja hambatan untuk mewujudkan resolusi tahun 2020?

Dari keempat resolusi itu, tiga di antaranya terhambat karena merebaknya virus COVID-19. Segala sektor mengalami kesulitan, termasuk perusahaan-perusahaan internasional yang membutuhkan relasi antar negara. Hal itu juga berdampak pada negara Jepang yang menjalin hubungan dengan Indonesia untuk berbagai urusan seperti ekonomi, bisnis, dan pendidikan. Demi menjaga kesehatan bersama, maka lembaga penyalur tenaga kerja pun harus berhenti untuk mengirim tenaga kerja sementara dan ujian-ujian kesetaraan bahasa pun harus dibatalkan. Hal itu berdampak banget untuk tiga resolusi yang aku buat karena memang itu bidang utama yang sangat mempengaruhi rencana karirku sendiri.


Baca juga tentang COVID-19: Corona Virus World Tour


Apa saja hal yang membuatku menjadi manusia yang lebih baik?

Seperti yang telah kita ketahui, COVID-19 mulai menginvasi dunia sejak tahun 2019 dan pada tahun 2020 hampir seluruh dunia harus berdiam diri di rumah karena kehadirannya. Hal itu memberikan pelajaran walaupun memang rasanya sangat menyebalkan. Rencana yang sudah dirancang sejak awal tahun untuk direalisasikan pada tahun itu, semuanya batal. Hal itu membuat aku harus berpikir cepat dan tanggap dengan situasi yang mengungkung masa. Aku harus mencari kegiatan lain yang mungkin bisa menjadi rencana cadangan untuk sesuatu hal yang harus aku capai pada tahun itu. Maka, aku pun membanting setir dengan mempersiapkan target lulus kuliah tahun 2020 dan mengubah target pencapaian pada tahun itu. 


Selain itu, aku juga dituntut untuk lebih sabar dan berpikir dewasa untuk menghadapi sistem kehidupan yang baru sejak pandemi. Semua kegiatan dan cita-cita yang batal dilaksanakan harus aku terima dengan lapang dada. Aku juga sering stres karena berdiam diri di rumah dan nggak ada kawan untuk mengobrol sehingga membuat pikiranku sering banget memikirkan hal-hal yang nggak diperlukan alias overthinking. Namun, aku harus tetap bisa bertahan dalam situasi apa pun, maka aku harus bisa mengatur diriku sendiri agar bisa mengelola stres dengan baik.


Kemudian pandemi ini juga membuat komunikasi jadi terbatas. Manusia lebih sering mengobrol melalui internet padahal obrolan nggak langsung itu seringkali mengundang kesalahpahaman sehingga butuh kepala dingin untuk mencerna kata-kata yang diungkapkan oleh orang lain. Aku harus mengolah emosi marah dengan baik agar nggak sembarangan marah dengan hal-hal yang nggak perlu dipikirkan. Selain mengatur emosi marah, aku juga jadi lebih hati-hati dalam berbicara agar ucapanku nggak salah diterjemahkan sebagai ungkapan yang menyinggung perasaan oleh lawan bicaraku. Komunikasi yang terbatas juga membuat aku harus belajar lebih keras karena membuat aku kesulitan untuk berdiskusi dan bertukar opini khususnya di bidang akademik perkuliahan sehingga aku harus belajar mandiri.


Namun, dari segala kesulitan yang harus dilalui pada tahun 2020, aku belajar bahwa:

Apa yang manusia rencanakan belum tentu menjadi kenyataan. Boleh jadi kita menyukai suatu hal, sedangkan hal itu nggak baik untuk kehidupan kita. Boleh jadi pula kita nggak menyukai suatu hal tetapi hal itu adalah yang terbaik bagi kita. Kita nggak tahu masa depan dan nggak bisa memaksakan takdir.

Jadi, aku lebih banyak berlapang dada dan bersyukur atas segala hal yang datang ke kehidupanku walaupun terkadang aku juga masih mengeluh sih.


Baca juga hal-hal yang membuat aku stres pada tahun 2020Bangun dari Hibernasi


Apa saja hal yang telah aku lakukan pada tahun 2020?

Rutinitas yang biasa aku lakukan saat kehidupan normal tanpa pandemi harus berubah drastis. Semua berubah menjadi serba elektronik dan internet, aku harus belajar lebih keras supaya nggak gagap teknologi. Belajar lebih giat mengetahui tentang cara menggunakan email, google meet, zoom, sosial media, dan lain-lain. Kebanyakan waktuku dihabiskan untuk berselancar di internet mencari informasi dan jurnal penelitian guna menggarap skripsi. Selain itu, aku juga punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan bakat dan minatku seperti menulis, menggambar dan lainnya. 


Itu lah refleksi diriku pada tahun 2020 dan hal-hal yang bisa aku evaluasi untuk perjalanan hidup ke depannya. Setelah melihat ke belakang, mari kita mulai move on dan melihat ke depan. Pasti kalian sudah punya rencana hidup masing-masing untuk tahun 2021 kan? Setidaknya kalian pasti punya resolusi walaupun hanya satu agar hidup nggak selalu stuck di titik yang sama dan nggak membuat kita insecure sendiri karena melihat orang lain yang terus maju sedangkan kita masih ada di zona nyaman.


Baca juga tentang kekhawatiran dalam diri tentang masa depan: Rebahan adalah Passion


Resolusi tahun 2021

Resolusi tahun 2021 yang aku rencanakan untuk aku wujudkan tahun ini ada empat:

1. Membaca buku minimal 1 buku dalam sebulan.

2. Menyelesaikan novel dan menerbitkannya.

3. Mengikuti berbagai macam lomba.

4. Mendapatkan penghargaan atau mempunyai penghasilan sendiri.


Itu adalah beberapa resolusi yang aku buat untuk tahun ini. Aku sedang fokus dalam pengembangan kemampuan diri. Bagaimana dengan kalian? Apa saja resolusi tahun 2021 milik kalian? Yuk sharing.


Selamat tinggal tahun 2020


Begitulah sekiranya refleksi diri dan perencanaan masa depanku. Semoga kita yang sedang berjuang untuk berkembang selalu mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan semuanya. Semangat, guys!


Terima kasih tahun 2020, walaupun nggak sedikit duka dan luka yang kau bawa tetapi dari sana pelajaran hidup kau ajarkan untukku. Selamat datang tahun 2021, semoga tahun ini menjadi tahun yang membawa suka cita dan kebahagiaan. Selamat tahun baru! Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik pada tahun ini.

Have a nice day,



Michiko ♡


Photo by Immo Wegmann on Unsplash

16 November 2020

Bangun dari Hibernasi

10:00 AM 0 Comments
Halo. 
Ada yang kangen aku? Hahahaha. 
Ada yang kangen lihat aku spam promosi postingan blog di media sosial? 
Ada yang heran engga sih, mengapa aku menghilang selama ini? 

Sebenarnya sama sih, aku juga heran kenapa aku bisa hibernasi lama banget.

Padahal, ketika tahun 2019, betapa produktifnya aku untuk menulis di blog ini. Bahkan, sampai nekat untuk menantang diri sendiri dengan 30 Days Productive Challenge. Eh, ternyata itu engga bisa aku pertahankan di tahun 2020. Selain produktivitas yang menurun, ada tanggung jawab yang harus aku emban selain menghidupkan blog ini.

( Baca kisahnya di sini: Failure of 30 Days Productive Challenge )

Ke mana saja aku selama ini?

Ya... aku menunaikan kewajibanku untuk memenuhi harapan kedua orang tua. Iya, tahun ini adalah tahun yang sangat penting bagiku, tapi jadi engga terlalu menyenangkan sih karena berbarengan dengan pandemi COVID-19. 

( Simak tulisan tentang pandemi: Corona Virus World Tour )

Jadi, tahun ini adalah tahun di mana aku bekerja keras untuk lulus dari perguruan tinggi. Ya ampun, terharu banget aku gaes, ternyata aku sudah lulus. Hiks srot. :")

Sebenarnya, banyak banget lika-liku yang aku jalani untuk mencapai titik itu. Aku banyak banget sambat alias mengeluh, tapi aku engga kepikiran sih buat membaginya di blog ini pada waktu itu. Padahal banyak banget yang ingin aku bagikan, supaya masalah engga aku pendam sendirian. Mungkin, karena aku terlalu stres dengan tekanan skripsi dan tuntutan ambisi kali ya, makanya energi untuk menulis pun sepertinya sudah habis terkuras duluan untuk skripsi.

Sebenarnya, aku sudah lulus dari bulan September lalu sih, tapi entah mengapa, aku engga kunjung balik untuk menulis lagi di blog. Aku merasa engga punya pengalaman yang berbeda, yang bisa aku ambil hikmahnya ataupun aku bagikan kisah inspiratifnya. Tahu sendiri lah ya, sudah hampir satu tahun penuh karantina di rumah, pasti pengalaman hidupnya setiap hari cuma makan dan tidur aja. Makanya, aku semacam mengalami writer block gitu deh, yang berujung jadi alasan untuk rebahan dan bermalas-malasan.

( Baca juga: Rebahan Adalah Passion )

Nah, setelah ini aku ingin berkomitmen lagi untuk menulis di blog. Mungkin aku akan membagi kisahku ketika menjalani kewajiban untuk menyelesaikan skripsi atau cuma sekadar cuap-cuap engga penting, yang penting blog terisi. 

Oh iya, dilatarbelakangi dengan aku yang suka berandai-andai, aku jadi ingin bikin konten baru. Khusus konten untuk halu gitu deh. Enaknya dikasih tag apa ya? Konten halu? Idealisme? Emm, belum kepikiran nama tagnya sih, tapi yang jelas nanti isinya penuh dengan khayalan random aja supaya blog engga sepi. Selain itu, supaya isi blog engga cuma realita tapi juga cita-cita—walaupun mungkin beberapa ada yang engga bisa diterima logika. Hahahaha. 

Sekian untuk hari ini, selamat beraktivitas!
Have a nice day,


Michiko ♡

Photo by Kelvin Yup on Unsplash

6 Januari 2020

Rebahan adalah Passion

2:30 PM 0 Comments

Rebahan, rebahan, rebahan. Siapa sih yang gak suka rebahan dan santai?

Hampir semua orang suka banget rebahan dan santai. Apalagi ditemani dengan sekaleng camilan dan akses internet unlimited untuk nonton drama korea, anime, film, dan sebagainya. Bahkan, merasa kalau manusia memang passionnya adalah rebahan. Padahal kalimat "rebahan adalah passionku" sebenarnya hanyalah sebuah alasan untuk bermalas-malasan. I'm not judging anyone of you, but  this is me, tbh

Sampai pada suatu hari, aku yang punya hobi rebahan sedang melakukan ritual scrolling Twitter dan melihat postingan viral yang lewat di timeline. PLAK! Tertamparlah aku dengan kata-kata seorang netizen.


I'm like.... WOW.
Kalau dipikir-pikir lagi, waktu luang yang kumiliki sering aku sia-siakan. Misalnya, sebelum berangkat kuliah dan ketika aku gak ada tugas sama sekali, aku pakai untuk streaming video di YouTube atau melihat konten video di Instagram atau berdalih untuk melihat berita trending masa kini di Twitter tapi ujungnya malah kebablasan sampai waktu luang sia-sia. Padahal sebenarnya dalam waktu luang itu, setidaknya aku bisa produktif seperti membuat konten blog misalnya.

Tweet salah satu netizen tersebut juga membuat aku berpikir lagi ke depannya, setelah ini aku mau melakukan apa? Prestasi gak punya, pengalaman gak punya. Mengandalkan ijazah S1 untuk melamar ke berbagai perusahaan dan yakin akan langsung diterima? Ck, naif. 

Imma talk to my self:
Di luar sana, banyak orang-orang yang punya ijazah S1 dengan jurusan yang sama dengan lo, Nad. Mereka mungkin punya pengalaman pernah ikut lomba tingkat nasional atau bahkan internasional. Mereka mungkin punya pengalaman pernah ikut pertukaran pelajar ke Amerika, Korea, Jepang, China, Afrika, Mesir atau berbagai belahan dunia lainnya. 
Mereka mungkin pernah dapat beasiswa untuk kuliah di luar negeri dan dalam negeri.
Mereka mungkin punya pengalaman bekerja untuk memenuhi syarat perusahaan yang membutuhkan orang berpengalaman. 
Mereka mungkin punya banyak skill yang memang dibutuhkan dalam dunia pekerjaan. 

Gak perlu jauh-jauh deh, lihat teman-teman lo, Nad. 
Banyak teman-teman lo yang sudah pernah menginjakkan kaki mereka dan punya pengalaman untuk bekerja di kemudian hari. 
Banyak teman-teman lo menjadi wibu berprestasi. 
Tetangga lo sendiri aja punya skill yang keren. 
Lo apa kabar? Rebahan doang di kamar?
Insecure gak lo? Lo asik rebahan sedangkan teman-teman lo semua sudah berada jauh di depan.

Sejujurnya, aku memang merasa insecure melihat teman-temanku yang sudah berjalan jauh ke depan sedangkan aku masih berada di zona nyaman. Jadi, perlahan aku ingin mulai keluar dari zona nyaman walaupun jiwa nolepku terusik.

( Merasa lelah dengan kehidupan? Baca deh: Ganbarimashou )

Kita memang tak sepatutnya membandingkan diri dengan orang lain, tetapi kalau kita tetap tidak mau bergerak menjadi orang yang lebih baik, sudah seharusnya kita mendapatkan dorongan dari dalam diri sendiri dengan melihat ke kanan dan ke kiri agar tidak tertinggal jauh dengan orang lain. 

Mungkin ada beberapa orang yang tidak setuju dengan hal ini, tetapi inilah pemikiran yang muncul pada fase Quarter Life Crisis berhubung aku juga sudah mulai menginjak usia 20-an. Banyak kekhawatiran, pertanyaan, keraguan, dan hal lainnya yang mungkin membebani pikiran. So, semangat untuk aku dan kalian yang sedang berada dalam fase Quarter Life Crisis. 

Semoga kita semua bisa melewati fase ini dengan baik. 

Have a nice day,

Michiko♡


Picture by:

unsplash-logoKate Stone Matheson

30 Desember 2019

Resolusi untuk Berevolusi

10:32 PM 0 Comments
Halo kawan.

Sudah lama ya aku gak mengajak kalian berinteraksi melalui artikel yang aku posting di blog ini. Pada postingan kali ini, aku mau mengajak kalian untuk bertukar pikiran dan ingin mengetahui lebih jauh tentang kalian.

Pada hari ini, kita sudah berada di penghujung tahun 2019. Sebentar lagi, tahun 2020 akan datang dengan ceritanya yang baru. Mari kita merefleksikan diri sendiri.


Apa yang telah kita lakukan selama tahun 2019?
Apa yang telah kita capai pada tahun 2019?
Apa yang belum kita capai pada tahun 2019?
Sudahkah kita merenungkannya?

Baiklah, setelah kita melihat ke belakang tentang diri kita sendiri, mari kita lihat ke depan.
Apa yang ingin kita capai pada tahun 2020?
Apa yang ingin kita lakukan pada tahun 2020?
Apa resolusimu untuk tahun 2020?
Apa kamu sudah membuatnya? Beri tahu aku!

Apa sih arti resolusi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "Resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah sidang); pernyataan tertulis; biasanya berisi tentang tuntutan tentang suatu hal."

Dikutip dari Kompasiana, menurut Edy Nugraha seorang pengajar bahasa Indonesia di salah satu sekolah di Jakarta, resolusi memiliki perluasan makna, yakni:
Dalam konteks tahun baru, resolusi mengandung makna sebagai sebuah tetapan harapan atau tuntutan hati yang ingin dicapai pada tahun baru.

Biasanya, resolusi tahun baru dapat berupa harapan, target pencapaian, ketetapan diri untuk berubah. Misalnya terkait karir, percintaan, kesehatan, dan lain-lain. Resolusi tahun baru sangat berguna untuk menjadi sebuah patokan bagi kita untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik daripada tahun sebelumnya. Sebaiknya, resolusi tahun baru juga dibuat dengan realistis untuk mempermudah kita dalam mencapai hal tersebut. Sebab, jika harapan ke depan tidak realistis, justru hal tersebut akan memberatkan diri kita sendiri.

Baca juga: Daftar Kegagalan

Seberapa pentingkah resolusi tahun baru? Bagiku, resolusi tahun baru sangat penting. Aku ingin berbagi sedikit cerita. Resolusiku pada tahun 2019 ada tiga, yaitu:
1. Produktif.
2. Lulus N3.
3. Bekerja.
Dua dari tiga poin tersebut sudah aku capai pada tahun 2019, yaitu produktif dan lulus N3. Produktivitasku meningkat setelah menulis resolusi tersebut, bisa dilihat perbandingan jumlah postinganku pada tahun 2018 dengan 2019. Sertifikat kelulusan kemampuan bahasa Jepang setara N3 pun sudah aku dapatkan berkat belajar dengan sungguh-sungguh. Sedangkan, poin bekerja belum bisa terlaksana pada tahun 2019 sehingga bekerja akan tetap menjadi resolusiku di tahun 2020. Aku tidak menulis banyak pencapaian pada tahun 2019 karena sejujurnya butuh usaha dan niat yang sangat besar untuk mencapai ketiga poin tersebut. Hal-hal yang ingin aku capai tidak semata-mata langsung aku dapatkan hanya dengan mengedipkan kedua mata, pasti butuh perjuangan dan pengorbanan.

Sekarang, aku ingin menuliskan beberapa hal yang ingin aku lakukan dan capai pada tahun 2020. 
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Resolusi tahun 2020:
1. Bekerja.
2. Berangkat ke Jepang.
3. Lulus N2.
4. Mencukupi kebutuhan minum air putih setiap hari.
Semoga, aku bisa memenuhi semua resolusi yang aku tulis. Aamiin. 

Bagaimana dengan resolusimu pada tahun 2020?
Aku penasaran. Kalau sudah membuatnya, beritahu aku ya.

Have a nice day,

Michiko♡


7 Juli 2019

Daftar Kegagalan

11:48 PM 0 Comments
Halo! ^0^
Kembali lagi bersama aku di channel ikan terbang hohoho.
Hari ini aku akan membahas tentang sebuah perjuangan dan makna kegagalan.

Sebagai seorang pelajar, tentu aku pernah mengalami beberapa kegagalan, mulai dari remidial ujian, nilai ujian nasional yang gak memuaskan, gagal masuk perguruan tinggi dan jenis kegagalan yang lainnya. Tentu, kegagalan itu sangat mengecewakan apalagi kalau ekspektasi dan standar keinginan terlalu tinggi untuk dicapai. Tapi gak masalah dong punya ekspektasi dan standar keinginan yang tinggi, namanya juga cita-cita wajar untuk dikejar dan ingin kita wujudkan. Iya, kan?

Masalahnya, namanya hidup gak selalu mulus nih. Pasti ada sandungan batu kerikil atau bahkan batu kali dalam hidup ini. Oke ini lebay wkwkwk.
Dalam mencapai impian, pasti kita selalu memikirkan jalanan yang mulus kayak paha ayam jalan tol tanpa memikirkan lika-likunya. Tapi, untuk mencapai cita-cita gak semudah itu, Bambang!

Bambang be like:


Banyak yang harus dikorbankan dan diperjuangkan, banyak pula kerikil jalanan yang harus disingkirkan dari "jalanan mulus" yang diharapkan. Tapi, yang harus kita sadari adalah...  untuk membuat jalan menjadi mulus, yang kita perlu lakukan bukanlah menyingkirkan kerikil di tengah jalan (capek lah wkwkwk), tetapi mengumpulkan semua kerikil untuk mengaspal jalan itu. Betul? Kalau gak tahu, coba cari jalanan yang lagi diaspal deh.
Begitu pula kehidupan ini, seharusnya kita gak menghindari kegagalan, melainkan mengumpulkan kegagalan yang pernah kita lalui. Buat apa dikumpulkan? Buat mengaspal jalan kita menuju sebuah impian yang besar.

Kok bisa?

Bisa dong. Sebab, kegagalan yang pernah kita lalui itu adalah sebuah pelajaran hidup yang harus bisa kita ambil hikmahnya. Contohnya, kita bisa mengevaluasi kesalahan yang pernah kita lakukan saat berusaha menggapai sebuah impian, kita bisa tahu di mana letak kekurangan selama kita memperjuangkan impian itu, atau bahkan kita bisa memperkirakan peluang lain dari sebuah kegagalan yang pernah kita lalui.

Biasanya, aku mencatat semua yang kegagalan yang pernah aku alami. Contohnya seperti ini:


Oke maaf RIP grammar wkwkwk.

Waktu menulis ini sedih gak? Sedih lah. Aku pun pernah menulis satu poin di atas sambil menangis.
Sedih wajar kok, menangisi kegagalan juga wajar dengan catatan sewajarnya aja jangan sampai berlarut-larut dan gak mau maju lagi. Gak gitu. Tujuan menulis itu untuk evaluasi diri bukan untuk menangisinya.

Kadang, setiap aku melihat kegagalan yang pernah aku lalui itu, aku tiba-tiba teringat seberapa niatnya aku berjuang buat mencapai poin itu, betapa sedihnya aku waktu tahu poin itu gagal. Tetapi, ada satu hal yang terpikirkan setelah kesedihan itu terlewatkan, yaitu: Aku habis ini mau apa dan harus kayak gimana biar gak gagal lagi?

Coba deh! Tuliskan semua kegagalan yang pernah dialami. Secara gak langsung, itu bisa jadi sebuah motivasi untuk kalian tetap berjalan menuju kesuksesan walaupun gak sesuai keinginan.

Note: Pintu sukses ada di mana saja kok.

Cukup untuk hari ini, have a nice day.

Michiko♡

23 Juni 2019

Bersatunya Sangkuriang, Jaka Tingkir, Rama dan Shinta

7:47 AM 0 Comments
Sudah lama banget ya aku gak post di blog? Hohohoho. XD

Maaf ya, aku sibuk. Sibuk tidur, goleran, malas-malasan. Hehehe. Tapi... karena hari ini aku punya kisah untuk dibagikan, jadi aku kembali ingin menuliskannya dan membagikannya di blog ini.

Best struggles are the best memories. —Nadhira, 2019.

Tim Percakapan Bahasa Jepang Lanjut Malam

10 Juni 2019
Aku baru pulang dari rumah menuju perantauanku. Temanku, sebut saja Aaron (nama asli lah, malas bikin nama samaran 😂) sebelumnya sudah mengirimkan pesan lewat watsap. Katanya, "Nad, kamu balik ke sini kapan? Kalau sudah pulang, bantu bikin properti ya?"

Asli, aku saat itu malas pulang. Tapi, apa boleh buat? Aku harus membantu mereka untuk membuat properti. Akhirnya, aku pulang siang hari dan sampai di perantauan pada sore hari. Iya, dekat kok. Hanya dua jam perjalanan. Sesampainya di sana, aku langsung mengunjungi kos tetanggaku, Mualif, sebab katanya mereka membuat properti di sana.

Ketika aku masuk menelusuri lorong kemudian berhenti di depan pintu kamar kedua dari arah pintu di sebelah kanan, aku melihat seisi kamar yang dihuni beberapa temanku di dalamnya tetapi tuan rumah tak ada di sana. Widih... berantakan. Di dalam kamarnya banyak kardus berserakan di lantai dan rafia hijau yang digantung dari ujung kamar ke ujung kamar yang lainnya. Satu properti sudah selesai, itu rumput.

Bisa tebak, kami membuat properti apa? Ya! Properti untuk drama. Drama kali ini merupakan project terakhir mata kuliah "Percakapan Bahasa Jepang" untuk tingkat tiga. Setelah itu, kami tak akan bertemu dengan mata kuliah itu lagi. Bye~

Pada hari itu, tujuan kami adalah membuat pohon dan properti per kelompok. Tanganku sibuk untuk membuat kuda-kudaan, ada beberapa temanku yang lain sibuk membuat properti kelompoknya sendiri dan ada beberapa yang membuat pohon. Kuda yang aku buat terbuat dari kardus kecil yang aku lipat, kemudian untuk ekor dan rambutnya terbuat dari tali rafia hijau (sisa untuk membuat rerumputan). Kuda-kudaan yang aku buat adalah unicorn hijau. Oke siap wkwkwk. 😂
Aku membuat kuda-kudaan bekerjasama dengan kedua temanku, Vicky dan Tangguh. Sambil menyisir rambut kuda yang terbuat dari rafia, kami membuka sesi curhat dan canda supaya gak terlalu spaneng.

Teman-teman di sebelahku sibuk membuat pohon, mereka bingung sebab rencananya pohon akan dibuat 2D atau 3D. Namun, mengingat keperluan dibuatnya pohon ini adalah untuk bersembunyi, akhirnya diputuskan untuk membuat pohon 3D.

Maka, dibuatlah pohon 3D setengah 2D(?), jadi bentuk pohonnya gak berbentuk pohon tetapi pakai kardus dibuat alas batang datar lalu ditutup dengan kertas cokelat dan daunnya dibuat dari kardus lalu ditempel kertas hijau. Sederhana ya? Setelah itu, kami pulang dan memutuskan untuk melanjutkannya di hari selanjutnya.

11 Juni 2019

Kami berkumpul lagi di kos Mualif untuk lanjut membuat properti. Kali ini masih sepi karena aku datang tepat waktu. Ya, biasa... orang Indonesia penganut jam karet. Sudah ada beberapa orang di dalam kamarnya, sekitar empat orang dan mereka sedang kebingungan sebab pohon yang kemarin dibuat ternyata roboh dan hancur. Akhirnya, dengan menggunakan kekuatan otak Akrom yang encer sampai netes dari kuping (ITU CONGE GBLK), kami membuat pohon dari awal. Dimulai dari memotong kardus, membuat jari-jari pohon agar bentuk pohonnya kokoh, dan terakhir menggunakan payung yang ditempel kertas hijau sebagai daunnya. 

Tanganku gak turut serta dalam membuat pohon itu, karena di dalam kamar sudah ada beberapa orang dan aku memilih untuk membuat di lorong kos saja. Tanganku sibuk membuat properti kelompokku sendiri. Membuat bunga-bungaan untuk digunakan dalam salah satu adegan drama. Lucu gak?

Bunga properti kelompok tiga.

Selain itu, aku juga membantu dalam menempelkan kresek biru untuk membuat sungai di penghujung acara saat itu. Setelah semua selesai, semua properti sudah tuntas diperiksa kelengkapannya, kami pun pulang dan beristirahat.

12 Juni 2019

Hari ini merupakan hari dekorasi dan gladi bersih. Beberapa properti yang belum selesai, kembali dituntaskan seperti mengecat sayap dan membuat perahu. Semua properti dan kostum masing-masing disiapkan per kelompok. Tugasku adalah membawa peralatan makan, peralatan rajut, dan sapu. Iya gaes, aku naik motor ke kampus sambil nenteng-nenteng sapu sampai-sampai dilihatin oleh orang lain sampai terheran-heran. Ya Allah, tabah dedek. :")

Di kelas, kami sibuk dengan urusan kami masing-masing. Ada yang mengecat properti, ada yang menggunting kardus, ada yang memasang kain untuk pemisah panggung dan belakang panggung, ada yang sibuk mencari latar untuk drama, ada yang sibuk mengatur speaker dan layar, ada yang sibuk menata bangku, dan ada pula yang duduk manis sambil menunggu. Pokoknya saat itu, suasana kelas penuh dengan kesibukan sejak pukul satu siang sampai pukul tujuh malam. Kebetulan, saat itu kampus memang masih bebas dari aktivitas kegiatan belajar mengajar sebab hari itu sebenarnya kami belum diharuskan untuk masuk kuliah karena ada kegiatan halal bihalal untuk dosen dan rekan kerja sehingga kami gak bisa tinggal lebih lama untuk menjajal panggung saat gladi bersih. 

Katanya, "Cepat dirapikan, satpam ngamuk gaes!"

Ujaran itu membuat kami grasak-grusuk untuk membereskan seluruh kekacauan di kelas dan merapikan properti yang berserakan. Dengan keadaan terusir, kami pun melakukan gladi bersih di lapangan parkir yang kosong. Pentas drama untuk mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini dibagi menjadi tiga kelompok, kami pun gladi "bersih bersihan" secara berkelompok karena hari sudah mulai malam, tanpa panggung tanpa penonton. Gladi bersih macam apa ini. XD

Selesai gladi bersih, kami pun membubarkan diri pada pukul 8.30 malam. Begini Mak, anakmu berjuang di perantauan. :')

13 Juni 2019
Hari ini, aku bangun lebih pagi dari biasanya. Pukul lima pagi, padahal kalau dulu sekolah aku biasa bangun jam segini hahahaha. Efek kelas sore gaes, makanya aku bangunnya sering siang. Hari ini aku sudah berangkat ke kampus pada pukul enam lebih, kami datang lebih pagi sebab pentas drama kecil-kecilan ini akan dimulai pada pukul 08.00 WIB. Suasana kampus sudah mulai sibuk. Kami mulai memakai kostum dan berdandan bila diperlukan.

Kelompokku memutuskan untuk tidak memakai riasan wajah karena kami kira pasti akan memakan banyak waktu. Jadi, kami memanfaatkan waktu persiapan untuk memasang kostum dan berlatih melempar palu. Ngapain coba ya? XD
Konsep kelompok tiga atau kelompokku adalah konsep lokal Indonesia campur budaya Jepang. Cerita yang kelompokku bawakan adalah kisah seorang anak yang ngebet kawin sama ibunya(?), berjudul "Sangkuriang". Kostum yang kelompok kami pakai bukan kebaya juga tanpa kujang, melainkan yukata. Budaya Indonesia yang kami ambil adalah budaya ketika orang jaman dahulu mencuci di sungai, suasana latar dan waktu dan latar musik yang dibuat ala kesundaan.
Dalam persiapan untuk pentas drama ini, hal yang paling menyita waktu di kelompokku adalah memasang obi. Ini adalah hal yang rumit bagiku yang gak terbiasa pakai yukata, makanya memakan banyak waktu.

Sekilas info:
Obi ini adalah sabuk untuk yukata atau kimono dan semacamnya. Bentuknya hampir mirip seperti selendang tetapi bahannya jauh lebih tebal dan kaku. Lebarnya sekitar 16-30 cm tergantung jenisnya dan panjangnya bisa mencapai 3-4 meter. Obi ini banyak jenis namanya, tergantung penggunaannya untuk yukata atau kimono atau lainnya. Tapi, biar lebih singkat jadi aku sebut obi saja. Cara memakainya hanya dililit dan diikat saja tanpa perlu peniti atau jarum. Untuk tutorial, bisa dicari di Youtube ya. Banyak kok tutorial dari orang Jepang asli.
Sedangkan, kelompok yang memanfaatkan waktunya untuk merias wajah dan memakai kostum adalah kelompok satu. Mereka merias wajah mereka mirip seperti wayang dan kostum yang dipakai juga lokal banget seperti kebaya dan semacamnya.  Kelompok satu ini punya konsep kerajaan zaman dahulu, seperti film yang suka tayang di channel ikan terbang itu lho. Mereka membawakan kisah cinta antara dua sejoli yang terpisah karena orang ketiga(?), judulnya "Rama dan Shinta". 

Mereka cukup memakan waktu yang banyak dalam melakukan persiapan, terutama Mbak Shinta (ini bukan nama asli dia ya, tapi ini pemeran tokoh Shinta), dia memakai kebaya dan rambut palsu serta riasan di wajah agar "jadi" cantik. Mengapa memakai wig? Sebab, pemeran Shinta ini adalah seorang laki-laki bernama Heru. 🤣

Heru as Shinta

Cantik, bukan? 
Ya, aku kira memang begitu. Pantas saja dia ini diperebutkan oleh Rama dan Rahwana. Gak deng. 😂

Kelompok dua ini selama kelompok satu dan kelompok tiga bersiap-siap, mereka diam saja sambil duduk manis memperhatikan yang lain justru membantu kelompok lain dalam persiapan pentas drama. Aku pun bingung, kenapa mereka gak bersiap-siap juga. Rupanya, semua ini karena kostum dan riasan mereka sangat simpel bahkan tanpa perlu bantuan siapa pun dalam persiapannya. Kenapa sih? Kelompokku aja rasanya ribet banget. :")

Konsep yang mereka bawakan ini merupakan campuran zaman dahulu dan zaman modern saat sudah terciptanya gadget. Cerita yang mereka bawakan adalah mencari jati diri demi restu calon mertua(?), berjudul "Jaka Tingkir". 

Setelah bersiap-siap, dosen pengampu datang dengan membawa tiga buah kertas undian. Masing-masing ketua kelompok diharapkan untuk mengambil kertas tersebut. Angka yang tertulis di kertas itu merupakan penentu siapa yang akan pentas lebih dahulu. Dan... jeng jeng jeng! Kelompok "Sangkuriang" yang akan menjadi pembuka pada pentas drama hari ini, setelah itu "Rama dan Shinta", lalu "Jaka Tingkir" sebagai penutup.

Deg-degan gaes. :")

Anggota kelompok "Sangkuriang" sudah bersiap di belakang panggung untuk mengecek background latar dan musik juga sebagian mempersiapkan properti yang akan digunakan. Pentas pun dimulai, aku bertugas untuk memberi aba-aba pada operator yang mengoperasikan musik latar. Saat giliranku untuk masuk ke panggung, aku grogi sampai ada beberapa dialog yang terlewat atau sekadar lidahku kepeleset dalam pengucapannya. Dosaku yang menghantuiku sampai keesokan harinya adalah... salah bahasa. Ya Allah, cobaan apa lagi ini. :")

Harusnya dialogku adalah...
Sangkuriang: "Kitto kimi to kekkon suru" (Pokoknya, aku akan menikahimu."
Dayang sumbi: "Iya da yo." (Gak mau!)

Tapi aku malah bilang...
Dayang sumbi: "Shireo yo!" (Gak mau!)

Iya, artinya memang sama sih. Tapi itu bahasa Korea. Gblk banget dah. 😭
Gini nih efeknya kalau kebanyakan nonton drama korea. Hiks.
Gak apa-apa, setidaknya diriku pernah berjuang~ :")

Untuk kisah kelompok satu dan kelompok dua, aku gak bisa menceritakannya dengan detail sebab aku tidak tahu apa saja yang terjadi di belakang panggung. Ketika kelompok satu dan dua sedang tampil, aku duduk di kursi penonton dan merekam penampilan mereka untuk dokumen pribadiku.

Setelah drama ini selesai, kami pun foto bersama. 






Aku sisipkan dokumentasi tambahan ehe. Plot twist:
Setelah Rahwana gagal mendapatkan Shinta dan Sangkuriang gagal mendapatkan Dayang Sumbi, akhirnya Dayang Sumbi dan Rahwana pun memutuskan untuk hidup bersama. Gak.



お疲れ様でした!
Thank you for creating this memories in my life.

Michiko♡

29 April 2019

Media Sosial Pensiun: WHO IS NEXT?

2:57 AM 0 Comments
Seperti yang kita tahu, sekarang google+ sudah tutup usia. Hiks :(
Kali ini, siapa lagi yang tutup usia?



BBM dan Path.
Anak-anak zaman sekarang pasti pernah pakai beberapa media sosial yang akan pensiun ini. Contohnya, aku pribadi juga pernah pakai BBM. Banyak kenangan yang aku simpan di sana, kalau dulu BBM gak ada mungkin aku gak bakal inget sama emot BBM yang ngeselin dan tulisan autotext BB yang alay wkwkwk. XD


Emoticon khas BBM

Berhubung mereka berdua telah tiada, ada baiknya kita mendoakan agar tenang di sisiNya. #Lho.

Nostalgia yuk, ah. 

Kenangan bersama Path.
Aku pribadi, gak pernah sih pakai portal media sosial yang satu ini. Sebab  dulu HPku jadul jadi gak ikutan tren pada masanya. Aku hanya bisa online di pesbuk dan tuiter. Maklum, HP jadoel. Dulu, Path ini selalu penuhi isi timeline Twitter sampai satu layar karena waktu itu teman-temanku pada hijrah dari Twitter ke Path dan kebanyakan akun Path selalu ditautkan dengan akun Twitter. Padahal, dulu sebelum teman-temanku hijrah ke Path, Twitter itu ramai banget dan tempat yang enak buat spam. Tapi, Path yang dulu memenuhi timeline kini jarang ada yang pakai lagi karena teman-temanku sudah pada hijrah ke Insapgan eh Instagram. Terima kasih Path sudah memenuhi isi berandaku pada masanya. :') 

Kenangan bersama BBM.
Portal media sosial satu ini aku pernah pakai, tapi telat banget banget banget pakai banget tambahin banget sekali lagi. Sebab, aku baru pakai media sosial ini sejak aku punya android, iya gaes dulu aku gak punya HP Blackberry aku pakai HP yang made in China. :")
Nah, di sinilah beberapa kenangan tersimpan, ya... gak manis sih tapi gak pahit amat, asin aja deh atau gak hambar lah ya. Dulu BBM ini tempat chatting dengan uhuk mantan uhuk dan tempat di mana kita mengakhiri hubungan ini. Hiya! Uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk. #Keselek tulang ayam kampus. #Eh.
Terima kasih BBM, tanpamu aku tak akan punya kenangan sehambar itu wkwkwk.

Setelah aku yang nostalgia, bagaimana dengan kisahmu bersama mereka berdua? Aku akan merindukan mereka tapi gak rindu-rindu amat soalnya gak kenal[?].

Setelah mereka close down, kira-kira bakal ada yang close down lagi gak ya?
TENANG GAES. Blog aku gak akan close down kok karena ini tempat aku mengasah kreativitasku. 

Oke, sampai sini dulu. #RIPBBMandPath
Have a nice day,

Michiko♡ 

1 April 2019

Kurang Produktif Lagi

11:20 AM 1 Comments
Hihihihihi... #Ceritanya lagi cengengesan.

Maksa nge-post setiap hari, salah.
Gak dipaksain, tambah salah.
Setelah mengumumkan Failure of 30 Days Productive Challenge, malah sering lupa nge-post di blog. Hehehehe...

Tumben aja nih, aku lagi gabut sampai-sampai berharap ada tugas. Ternyata yang antri cuma satu biji doang. Segabut itu aku sampai berharap ada tugas wkwkwk. Akhirnya, daripada guling-guling gak jelas mending nge-post lagi di blog, kan?

Dari kemarin mau lanjut mengisi blog lupa terus karena merasa gak ada tanggungan. Haduh, harus bagaimana ya biar tetap produktif dan gak lupa untuk mengisi blog. Sebab, rutinitas harianku yang kebanyakan malas-malasan ini selalu bikin aku lupa sama blog ini. Jangankan lupain blog, aku aja sering lupa dengan rutinitas hidup semacam mandi dan makan.


Hmm, haruskah aku menantang diriku sendiri lagi? Atau membuat alarm pengingat supaya gak lupa buat menghidupkan blog lagi?

....
....
....
....
....
A few moments later.
....
....
....
....
Four hours later.
....
....
....
A thousand years later.
I love you for a thousand moreeee~
Apa sih.

Oh, aku tahu! Aku buat reminder aja deh ya, minimal seminggu sekali harus nge-post di blog. Bismillaah. Semoga lancar dan selalu konsisten.
Jangan lupa produktif hari ini ya.

Have a nice day,

Michiko♡

20 Maret 2019

The Failure of 30 Days Productive Challenge

11:22 AM 0 Comments
Haduuuuuh.
30 Days Productive Challenge ini ternyata gagal gaeeees :"(
Aku gak sanggup mengepost di blog setiap hari selama satu bulan, sebab ternyata aku gak se-gabut (pengangguran) seperti yang aku kira wkwkwk.

Dua minggu belakangan ini aku sibuk banget. Minggu lalu, aku sempat menge-post tentang rumah sakit. Iya, sebab kala itu aku ada di rumah sakit dan benar-benar sibuk gak bisa memegang gadget sama sekali. Aku sibuk menjaga ayah yang kala itu harus beberapa hari tinggal di rumah sakit dan kebetulan saat itu juga sedang ada banyak tugas membaca jurnal dalam bahasa Jepang. Yang berarti adalah mayoritas waktu yang aku punya aku alokasikan untuk tugas dan menjaga ayah.

Kemudian, aku kembali ke perantauan untuk mengemban tugasku sebagai seorang mahasiswa. Aku pikir, setelah kembali aku bakal gabut segabutnya manusia karena kerjaanku hanya rebahan dan scrolling. TETAPI... ternyata gak seindah yang aku bayangkan gaes. :((
Tugas kuliah semakin menumpuk bahkan akan terus bertambah di kemudian hari.


Maafkan aku ya, sebab aku tidak sanggup lagi menjalani 30 Days Productive Challenge ini huhuhuhuhuhu :'(

KABAR BAIKNYA YEHEHEHEHEHEY
I'll not blame myself, dude LOL
I'll not give myself a punishment.
I'll give myself a reward instead.
Kamu harus bisa menghargai pekerjaan apa pun yang telah kamu lakukan, supaya terbiasa memuji orang lain juga ketika mereka sedang merasa gagal.
AKU SUDAH MENGISI BLOG INI SELAMA SEMBILAN HARI BERTURUT-TURUT.Sebuah pencapaian bagus untukku. Aku biasanya cuma menge-post sebulan dua kali atau bahkan tidak sama sekali. Sekarang aku bisa aktif selama sembilan hari dong. :')

THE REWARD OF MY PRODUCTIVITY IS...
I'll have an ice cream today huehuehuehue...
Mau? Challenge yourself and then give yourself a reward. :3

Have a nice day,

Michiko♡

10 Maret 2019

Masih Iri

5:27 AM 0 Comments
Beberapa hari ini aku off pegang gadget sebab sangat amat sibuk. Aku kelelahan jadi belum sempat menulis blog. Berapa hari? Tapi aku akan membayar utang 30 Days Productive Challenge ini. Boleh ya? Jadi, pada hari yang sama aku mungkin akan mengepost beberapa konten. Maaf ya karena aku kurang konsisten menjalani tantangan ini.

Aku akan melanjutkan kisah Mimpi, Hanya Tinggal Kenangan.

Hari itu adalah hari Sabtu, aku berjalan di sepanjang koridor. Mereka, orang-orang berjas putih berjalan ke sana ke mari dengan berwibawa. Banyak orang yang menggantungkan luka fisik kepada mereka untuk dibantu dalam proses penyembuhan. Aku hanya termenung. Itu mimpiku.


Mengapa? Mengapa aku tidak bisa menjadi seperti mereka? Itu mimpiku. Mengapa sangat sulit untuk membuatnya menjadi kenyataan? Apakah aku sudah terlambat untuk meraihnya? Apakah aku memang tak pantas mendapatkannya?

"....boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 216)

Iya, Tuhan pasti tahu mana yang terbaik untuk hambaNya.

Have a nice day,


Michiko♡

9 Maret 2019

Mimpi, Hanya Tinggal Kenangan

7:08 PM 0 Comments
Hari ini, aku mengunjungi tempat yang aku benci. Rumah sakit. Bukan, aku membencinya bukan karena derita yang tersisa di tempat ini. Bukan pula karena kehilangan seseorang yang aku cintai di tempat ini.

Tetapi... tempat ini cukup mengingatkanku kembali pada sebuah mimpi yang terhenti. Mimpi yang telah tinggal menjadi sebuah kenangan. Bukan, aku tidak sakit parah sampai harus menghentikan mimpiku. Jika kamu penasaran kenapa...

Aku pernah menggantungkan mimpiku di tempat ini. Ya, menggantungkan mimpi. Mimpiku adalah mengabdi di tempat ini sebagai seorang dokter. Ah... air mataku kerap meleleh setiap aku mengunjungi tempat ini. Rasa kecewa meluap di dadaku. Kesedihan terpancar di wajahku. Sungguh kesedihan yang amat mendalam bagiku ketika mengingat mimpi itu.


Hah... sedih. Sudah dulu deh nanti lanjut lagi. Have a nice day.

Michiko♡

7 Maret 2019

Ganbarimashou

9:28 PM 0 Comments
Jujur, hari ini aku tuh nggak punya bahan buat konten karena kerjaanku hari ini cuma tidur dan cicilan mengerjakan tugas yang seabrek menumpuk di meja.

Lelah? Iya, pasti.
Mengeluh? Ah, nggak perlu ditanya.
Misuh? Apalagi, itu sih nggak diragukan lagi.

Tugas kuliah setiap hari datang melulu dan nggak kasih aku kesempatan buat bersantai. Pengakuan aja nih, kerjaanku dari semalam cuma sambat alias mengeluh. Ya... namanya juga manusia sih, mau ada ini, mau ada itu, pasti mengeluh. 

Dapat duit dua ribu rupiah aja masih mengeluh lho, padahal kan dapat rezeki ya? Maklum, namanya juga manusia, suka merasa nggak puas dengan apa yang didapatkannya

Tugas lagi. Tugas lagi. Tugas lagi. 

Cuman mau bagaimana lagi, jalani saja. Ini kan salah satu perjuangan untuk masa depan. Untuk menjawab pertanyaan yang ada pada postingan Susan, Besok Gede Mau Jadi Apa?

Kadang aku berpikir sih, kok tega ya, pengajar kasih tugas sebanyak ini. Kadang juga aku berpikir, itu pengajar mikir nggak sih kalau mau kasih tugas ke siswanya sampai sebanyak ini? 

Cuman, lagi-lagi aku berpikir lebih dalam lagi juga. Iya memang benar, kerjaan pengajar kasih tugas, kerjaan pelajar ya belajar--melalui mengerjakan tugas. Memangnya apa lagi pekerjaan pelajar selain belajar, nggak ada. Padahal ini salah satu upaya untuk mengatasi kekuranganku sebab Aku Masih Bodoh.

Iya sih, memang berat. Bikin kita jadi sering mengeluh. Belum lagi ditambah masalah di luar lingkungan pendidikan. Haduh, makin berat deh. Tapi untungnya, aku punya cara untuk kerjain tugas biar nggak keteteran.


Kita harus ingat, kita dikirim ke dunia ini karena kita sanggup menjalani itu semua. Kalau nggak sanggup, mana mungkin Tuhan tega kirim kita ke dunia, betul?

Semangat! Ganbarimashou!

Biar pun sulit pasti ada kemudahan. Biar pun berat pasti bisa dijalani. Percaya aja, kalau kita manusia yang kuat.

Waktu jadi sperma aja bisa menang lomba berenang, padahal lawannya jutaan sel sperma. Hidup juga harusnya bisa menang, apalagi wujud kita sudah jadi manusia. Harus lebih kuat pastinya. Ingat aja:

Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan.

Jangan lupa, selalu panjatkan doa meminta kemudahan dalam menjalani kehidupan.

Baca kiat-kiat berdoa agar dikabulkan; Zutto Oinorishimashou

Semangat menyelesaikan tugas yang diemban di dunia ini.

Have a nice day,


Michiko♡

Gif source on Pinterest

5 Maret 2019

Susan, Besok Gede Mau Jadi Apa?

10:40 PM 0 Comments
Tahu lagu Susan Punya Cita-Cita yang dipopulerkan Ria Enes?

Susan Susan Susan
Besok gede mau jadi apa
Aku kepingin pinter
Biar jadi dokter
 
Waktu kecil kalau ditanya cita-cita, jawabnya enteng banget. Tapi kenyataannya mewujudkannya nggak seenteng bilang pengen jadi ini atau pengen jadi itu. Mewujudkan cita-cita tuh rasanya berat, kamu nggak akan kuat. Biar Dilan aja(?). 

Baca juga beratnya perjuangan sebagai seorang Pejuang Mimpi

Coba sekarang aku tanya. Kamu mau jadi apa? 

Gampang gak sih buat mejawabnya? Kok aku rasanya berat banget ya mau jawab, dan bingung juga. 

Tulisan ini masih berkaitan dengan kisah sebelumnya tentang kekhawatiran seorang mahasiswa. 

Baca dulu deh apa kekhawatiranku sebelumnya di postingan Aku Masih Bodoh

Ini adalah hal baru saja aku alami. Sekali lagi, perkataan dosen kembali menamparku. Kali ini, yang menamparku dengan perkataannya adalah dosen pengampu kelas menulis. Berkat beliau, aku jadi teringat pada masa studiku yang sudah menginjak semester-semester senja.
Setelah ini kalian mau jadi apa?
Begitu kata beliau, ketika kami sedang membahas tentang tema penelitian yang sederhana. 

Bukannya memikirkan ide lain untuk diusulkan pada perkuliahan itu, aku justru kembali merenung. Pikiranku terasa seperti tersengat oleh kata-kata itu. 

Habis ini (lulus kuliah) aku mau ngapain?
Habis lulus apa yang mau aku kerjakan?
Mau lanjut S2 atau kerja?
Mau kerja apa?
Mau S2 di mana?

Kalimat-kalimat itu mulai menghantuiku. Memang, benar kata orang, semakin dewasa bebanmu semakin berat. Kini, aku masih dilema apa yang akan aku lakukan setelah aku lulus kuliah. 

Jujur, aku berpandangan dengan realistis saja, sebab orientasiku menempuh pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Aku pun menginginkan pekerjaan yang tentu menghasilkan penghasilan yang tinggi. Di dalam pandanganku, hidup memerlukan uang. Sandang, pangan, papan, semua membutuhkan uang. 

Kini, pikiranku bukanlah mengejar "keinginan" untuk menjadi seorang ini itu anu ono iki kui kae, tetapi kini pikiranku hanyalah "mencari uang untuk tetap bertahan hidup".

Mungkin pandangan kita berbeda. Aku yakin pasti ada pikiran yang tak sejalan denganku. Aku paham itu. Berbeda pendapat dan pandangan boleh saja, tapi tidak perlu menghakimi dan memaksakan pendapat orang lain agar sama dengan kita. 

Bagaimana dengan pendapatmu tentang masa depanmu sendiri? Apa yang akan kamu lakukan untuk hidup ini? Bekerja atau melakukan hal yang kamu inginkan?

Susan, Besok Gede Mau Jadi Apa?
Hmm, mungkin itu pelajaran yang bisa aku petik hari ini. Apa pun pilihan kita, bekerja, sekolah, atau melakukan hal suka-suka, semoga kita selalu menjadi orang yang sukses dan bahagia. Aamiin.

Have a nice day,


Michiko♡


4 Maret 2019

Aku Masih Bodoh

10:35 PM 0 Comments
Hari ini aku dapat pelajaran baru. Aku menuliskannya untuk berbagi isi kepalaku dengan kamu. Agak sedih sih, sedikit kekhawatiran juga melekat dalam hati.

FYI, aku ini adalah mahasiswa tingkat tiga. Iya, sudah tua. Aku kuliah jurusan sastra Jepang di salah satu universitas. Ada satu mata kuliah bernama Bahasa Jepang Tingkat Lanjut atau Advance Japanese

Di kelas bahasa tingkat lanjut itu, aku benar-benar merasa seperti ditampar oleh perkataan dosenku sendiri.

Saat itu, beliau membawa sebuah buku yang semua mahasiswa miliki tetapi kami nggak pernah membacanya, bahkan menyentuhnya pun jarang. Buku itu adalah Buku Panduan Akademik Mahasiswa. Nggak ada mahasiswa yang membaca uraian standar kompetensi pembelajaran, sama sekali nggak ada satu pun. 

Kemudian, beliau pun membacakannya di depan kelas. Kurang lebih, begini isinya.

Mahasiswa tahun ketiga setidaknya dapat menguasai:

1. Kemampuan mendengarkan (bahasa asing)
Mahasiswa mampu memahami pengumuman lisan (stasiun, mall, bandara, dsb.); mampu memahami perbincangan dan alur pembicaraan; mampu memahami acara TV atau radio; mampu menguping obrolan orang lain.

2. Kemampuan berbicara (bahasa asing)
Mahasiswa mampu berpidato secara singkat dalam acara formal; mampu menjelaskan arah/cara pergi ke suatu tempat; mampu menceritakan pengalaman dan perasaan pada suatu hal yang dialami; mampu bercakap dalam bahasa asing dengan topik ringan sehari-hari.

3. Kemampuan membaca (bahasa asing)
Mahasiswa mampu memahami informasi dari brosur, dll.; mampu menggali informasi dari ensiklopedia; mampu memahami cerita karya sastra pendek; mampu membaca dan memahami isi pengumuman tertulis.

4. Kemampuan menulis (bahasa asing)
Mahasiswa mampu menulis memo; mampu melakukan pemesanan melalui internet; mampu menulis karangan cerita pengalaman dan kehidupannya sehari-hari; mampu menulis surat ucapan.

Kemudian beliau bertanya, "Apa kalian sudah punya kemampuan yang harus dimiliki tingkat tiga?"

Aku duduk terpaku sambil berpikir. Ucapan dosenku seolah menamparku. Kalau aku pikir kembali, sebenarnya aku belum banyak menguasai standar kompetensi itu. Bahkan, amat sangat jauh sekali dari kata baik. #pemborosankata

Aku Masih Bodoh

Kemampuanku untuk mendengarkan ucapan bahasa Jepang masih sangat kurang dari kata baik, bahkan mendengarkan acara seperti rekaman atau seminar pun aku harus mendengarkannya berulang dan tidak semudah itu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.

Kemampuan berbicara juga masih jauh dari kata baik, kosa kata yang aku miliki sangat sedikit bahkan ketika beliau menanyakan 'alat cukur' dalam bahasa itu pun aku nggak tahu.

Kemampuan membaca, nggak perlu ditanya lagi, aku membaca karakter pun masih sering membuka kamus.

Kemampuan menulis, mustahil. Bahkan, ketika aku membuka suatu web yang penuh dengan kanji dan kawan-kawan membuatku pusing dan buru-buru menutupnya lagi.

Jadi, selama ini aku ke mana? 

Aku hanya memikirkan nilai, nilai, dan nilai. Dipikiranku hanya cumlaude, cumlaude, dan cumlaude. 

Aku nggak pernah berpikir tentang skill dan pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari. Bahkan, kemampuan yang menjadi standar minimal pun nggak aku miliki. 

Aku merasa sombong dan puas dengan ilmu yang aku dapatkan, padahal itu hanya sebagian kecil bahkan hanya dasar. Aku terlalu cuek dengan ilmu yang harusnya aku cari dan gali lebih dalam. 

Sekarang, apa kenyataannya? Bahkan aku kesulitan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Aku harus lebih banyak belajar dan mulai menerapkan tips dari tulisan Cara Cerdas dalam Mengatur Waktu untuk Belajar

Ini merupakan bahan untuk evaluasi. Reminder untuk diriku sendiri agar aku bisa introspeksi. Aku akan berusaha lebih keras lagi. Ganbarimasu!

Jangan sombong dan tetaplah haus ilmu. Sebab, ada pepatah mengatakan:
Carilah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat.

Ingat juga pepatah China "今天不努力工作,明天努力找工作", kamu bisa cari artinya di postingan Time Management. Semangat untuk kita semua!

Have a nice day,

Michiko♡

Photo by Aaron Burden on Unsplash

3 Maret 2019

Dia Adalah Guruku Bukan Dilanku

11:47 PM 0 Comments
Tadi siang, aku membuka blog lamaku (link blog lama) yang sudah lama banget terbengkalai. Seketika aku teringat pada seseorang yang pernah hadir di dalam garis hidupku. Sebab, pada era aku aktif di blog lamaku juga merupakan masa di mana aku pernah membuang seseorang dari kehidupanku juga.

He was my teacher

Beliau adalah seorang penulis berbakat. Seorang yang sering mendukung aku untuk mengembangkan potensi menulis yang aku miliki. Seorang yang (pernah) sangat mempedulikan muridnya. 

Beliau adalah seorang yang memotivasi aku untuk mulai menulis novel.  Sejujurnya, beliau ini adalah panutanku karena menurutku beliau adalah penulis yang hebat. Yeah, I remember this cleary

Perjuangan menulis novel tidak mudah, baca kisah perjuangan sang Pejuang Mimpi

Beliau orang yang rendah hati dan asik diajak berdiskusi. Akan tetapi, aku justru memperlakukannya dengan sangat kejam sebab kepeduliannya yang menurutku terlalu berlebihan sampai kuanggap terlalu kelewatan sampai mencampuri urusanku. Setelah aku pikir lagi, sebenarnya wajar sih kalau guru menasihati dan peduli kepada muridnya. Tetapi, mungkin saat itu aku masih labil dan keras kepala. Jadi, hal yang beliau lakukan terasa sangat menyulitkan aku.

Pada postingan kali ini, saya mau meminta maaf atas segala hal yang pernah saya lakukan terhadap beliau. Serta berterimakasih karena telah menasihati saya dan mengingatkan saya kalau saya berbuat kesalahan.

Sebenarnya, aku menulis ini dengan pertimbangan yang cukup lama. Sebab, aku nggak mau menuai kesalahpahaman yang dulu terulang lagi. 

Sejujurnya, kami sudah lost contact since five years ago, malah kayaknya sih lebih. Uhm... I'm not sure. Saat ini aku benar-benar nggak tahu kabarnya bahkan aku juga nggak tahu beliau masih mengajar di sana atau nggak sehingga aku pun nggak bisa meminta maaf secara langsung. 

Maka dari itu, aku menulis postingan ini untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah aku lakukan kepada beliau. Semoga beliau sudi membaca dan memaafkanku.

Ucapan Terima kasih dan Maaf untuk Guruku

Pesan untuk beliau:
Pak, saya sudah dewasa dan menyadari kesalahan yang saya lakukan dahulu kala. Jadi, saya mau meminta maaf atas apa yang pernah saya lakukan dan saya menyadari kesalahan saya. Terima kasih atas support-nya di kala itu. Semoga tidak ada kesalahpahaman yang terjadi lagi. Sebagai manusia, kita harus berbuat baik kepada sesama makhluk Tuhan. Cukup sekian, terima kasih telah membimbing saya, Pak. Semoga Bapak selalu bahagia dan menjalani hidup dengan baik.
Cukup segini aja postingan hari ini.

Have a nice day,


Michiko♡

Photo by rawpixel on Unsplash

1 Maret 2019

30 Days Productive Challenge

11:29 AM 1 Comments
Happy New Year! 

Aku tahu ini telat pakai banget karena aku baru nge-post di blog setelah sekian lama.  

Tahun sudah berganti. 

Bukan lagi tahun genap, melainkan tahun ganjil. Tahun genap kemarin, dengan segenap hati aku mengisi blog ini. Tahun ganjil ini, ada sesuatu yang ganjil pada blog ini.

Hal yang ganjil itu adalah... belum ada postingan sama sekali yang aku publikasikan tahun ini. Iya, ini adalah postingan pertamaku pada tahun 2019.

30 Days Productive Challenge

Tahun berubah, aku pun harus berubah. Bukan masalah resolusi atau apa pun. Resolusi bagiku adalah pencapaian besar yang harus aku capai sebelum tahun berganti dan perlu proses yang cukup panjang untuk mencapainya. Perubahan yang aku perlukan saat ini adalah produktivitasku. Belakangan ini produktivitasku menurun. Jelas, sangat menurun kalau dilihat dari jumlah postingan yang dipublikasikan pada tahun ini.

Kayaknya sih produktivitasku menurun gara-gara aku pemuja setia si Setan Gepeng yang bucin akut. Siapa sih Setan Gepeng? Baca dulu: Setan Gepeng

Maka dari itu, aku akan menantang diriku sendiri dengan "30 Days Productive Challenge". Tujuan dari tantangan ini adalah:
1. Mengembangkan skill menulis.
2. Menumpahkan segala ide dan cerita ke dalam blog ini.
3. Membuat blog tetap hidup tentunya hehehe.

Panjang atau sedikit hal yang aku sampaikan nggak masalah, selama aku dapat membaginya untuk kalian semua (Semua? Hahaha... satu orang yang baca aja belum tentu wkwkwk) dan yang paling penting adalah aku bisa mengeksplorasi diri supaya nggak mager di kamar, kerjaannya cuma scrolling HP nggak jelas. 

Tantangan ini bisa memicu aku supaya lebih produktif, mencari pengalaman hidup walaupun sederhana dan menjadikannya sebagai konten blog tentunya hehehe. Hal ini juga sebagai sarana untuk belajar memahami arti kehidupan dan mengambil hikmah dari segala yang terjadi di dalam hidupku.

Cukup untuk pengumuman hari ini karena setelah ini aku harus pergi ke kampus.

Dengan ini saya nyatakan, "30 Days Productive Challenge" dimulai!

DUNG! DUNG! DUNG! (suara gong ceritanya)

Yuk baca tips melawan rasa malas: Cara Cerdas dalam Mengatur Waktu untuk Belajar

Sampai jumpa! Have a nice day.


Michiko♡

Photo by Ross Findon on Unsplash